Nana adalah kembang desa yang sangat cantik, Ada lima pemuda yang pernah melamar dia dan semua nya di tolak dengan berbagai alasan.
Hingga suatu hari Nana merasakan dada nya sangat sakit luar biasa, Berobat kedokter sudah dan di nyatakan tidak ada kanker payudara. Namun payudara nya sangat sakit, Seminggu kemudian sudah membusuk dan membuat Nana sangat menderita.
Banyak yang menduga bahwa Nana di santet.
Siapa kah yang sudah menyantet Nana?
Mampu kah Nana melawan santet ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Berbaikan
Berkat air yang di berikan oleh Mbah Muni, Nana bisa duduk di meja makan bersama dengan keluarga nya menikmati makan malam bersama. Sejak tadi dia sudah melirik Nani yang ikut majan malam ini, Mencari waktu yang pas untuk minta maaf dan merancang kata kata yang bagus pula. Nana menyadari bahwa perkataan nya sudah sangat menyakiti hati Nani, Bukan cuma sekali dua kali saja dia membunuh mental Nani dengan ucapan yang sangat menusuk hati. Mulai dari rambut keriting dan kulit hitam, Semua nya sudah Nana lontarkan kepada sang adik kandung nya. Maka sebenar nya sangat wajar bila Nani sakit hati mendalam pada Nana yang sangat keterlaluan dulu.
Kini Nana sudah menyadari kesalahan nya kepada semua orang yang sudah pernah ia hina dan caci maki, Lewat teguran penyakit yang allah berikan, Nana bisa menyadari sifat buruk nya dan mulai menata hidup baru dengan meminta maaf pada orang orang dan berharap mereka akan segera memaafkan nya, Walau dia sadari bukan hal yang mudah meminta maaf pada mereka semua, Pasti nya akan ada penolakan juga dari orang yang sudah ia sakiti, Namun mau sampai kapan Nana akan memendam rasa takut nya dengan respon orang orang, Lagi pula ini sudah tanggung jawab dia karena berani berbuat maka berani pula tanggung jawab.
"Nani, Kakak mau bicara dengan mu." Ucap Nana pelan.
"Ya tinggal bicara saja, Toh lagi pula biasa nya kan kau langsung mengeluarkan hinaan." Sambar Nani.
Bu Asih dan Pak Irwin diam saja karena ini masih jadi urusan dua putri nya, Bila nanti memang mereka sudah keterlaluan dan butuh bantuan dari orang tua, Baru lah mereka akan bicara agar mereka bisa tenang saat menghadapi masalah ini. Lagi pula kan mereka masih saudara, Pasti akan lebih enak bila akur dan tak ada bau permusuhan. Orang tua mana yang tak ingin anak nya akur, Setiap orang tua pasti ingin hal itu untuk anak anak yang mereka lahirkan.
"Kakak minta maaf karena sering menghina mu dan merendahkan mu." Ucap Nana.
"Sudah sakit saja kau baru sadar dengan kesalahan mu, Dari kemarin kau lempang saja saat menghina ku." Nani sangat kesal.
"Iya itu memang salah Kakak, Mungkin sakit hatimu tak akan bisa di obati hanya dengan permintaan maaf saja. Namun hanya maaf yang bisa Kakak lakukan, Maaf karena sudah membuat mu terluka." Nana berkata tulus.
Nani membuang muka karena dia tak ingin menangis, Melihat wajah tulus Nana membuat hati gadis ini tak kuat. Namun dia tetap bertahan karena mengingat sakit hati nya yang sangat dalam, Bagai mana ucapan Nana yang sangat menusuk kedalam hati. Nani benci dengan hati nya yang sangat lemah ini, Hanya dengan permintaan maaf dan melihat wajah Nana yang sangat layu itu saja sudah membuat hati nya luluh lantak tak karuan, Mungkin saja karena hubungan darah yang sangat kuat.
"Tak semudah itu kau minta maaf padaku, Aku juga punya perasaan." Sentak Nani langsung berdiri.
"Aku tahu perasaan mu sangat terluka, Tapi tolong maafkan lah aku, Ni." Nana mengejar adik nya dengan susah payah.
"Cium kaki ku bila ingin mendapatkan maaf, Kau pantas mendapatkan nya." Gertak Nani.
"Bicara apa kamu, Ni?!" Bu Asih melerai mereka setelah lama diam.
Namun Nana melarang Ibu nya ikut bicara, Dia ingin berdua saja menyelesaikan masalah mereka, Tanpa melibatkan orang tua yang sudah membesarkan mereka. Bila syarat dari Nani adalah mencium kaki, Maka Nana pun menerima nya dengan hati lapang. Lagi pula tak seberapa bila hanya mencium kaki saja, Perbuatan nya kepada Nani jauh lebih parah dan pasti nya Nani sangat terluka dengan sikap yang telah Nana lakukan kepada nya. Maka Nana pun menerima syarat dari sang adik, Dengan susah payah karena dada nya sangat sakit ketika untuk di pakai bersujud, Namun tetap di paksa kan nya juga.
Hati Nani kian remuk melihat perjuangan Kakak nya yang ingin mendapatkan maaf, Dia menarik kembali kaki nya yang tadi di majukan agar di cium oleh Nana, Dia tak setega itu untuk membuat Nana sungguh mencium kaki nya. Yang ada dia malah menangis pilu akibat rasa sedih yang bercampur aduk, Di sisi hati nya dia ingin memaafkan sang Kakak, Namun hati iblis nya ingin membuat Nana mengemis maaf secara brutal. Namun ternyata hati iblis itu kalah dengan hati malaikat, Dia tak tega bila melihat Nana sampai bersungguh sungguh mencium telapak kaki nya, Karena Nani masih punya hati.
"Tidak perlu, Aku sudah memaafkan mu." Nani mengusap air mata nya.
"Benarkah? Aku minta maaf bersungguh sungguh, Ni! Karena aku tak mau saat mati masih berhutang maaf." Lirih Nana.
"Bicara apa kau ini? Nanti pasti kau akan sembuh." Sergah Nani membantu Kakak nya bangun.
"Nyawa manusia tak ada yang tahu, Contoh nya ya aku ini. Padahal sebelum nya aku sehat sehat saja, Namun mendadak kan aku sakit." Ujar Nana.
"Pokok nya jangan putus asa, Aku sudah memaafkan mu! Besok kau pasti sembuh, Aku berdoa untuk mu juga." Nani memeluk Kakak nya.
Akhir nya dua Kakak adik ini pun saling berpelukan untuk membuang rasa dendam yang bersarang, Nani memang memaafkan Nana dengan hati yang tulus dan tak ada rasa sakit lagi. Kedepan nya mereka pasti akan bisa kompak karena sudah tak ada lagi benih permusuhan yang bercokol, Nani melupakan semua yang sudah Nana katakan kepada nya karena dia ingin menata hidup baru bersama dengan Kakak nya juga. Orang tua mereka tersenyum bahagia melihat sang anak sudah sama sama akur dan saling menyayangi, Berharap kedepan nya mereka akan terus akur dan tak ada permusuhan lagi. Yang paling penting adalah kesehatan nya Nana, Semoga saja anak sulung Pak Irwin segera sembuh dan kembali sehat seperti sedia kala.
"Malam ini aku akan tidur di sini." Ujar Nani.
"Bagus lah, Kedepan nya juga tidur di sini." Sahut Bu Asih.
"Pokok nya Ayah tak mau lagi mendengar kalian bertengkar, Hanya boleh bercanda dan tertawa bersama." Ujar Pak Irwin.
"Mudah mudahan akan selama nya kita bisa begini." Harap Nana.
"Harus bisa dong, Kakak jangan patah semangat." Nani menjawab cepat.
"Tuh dengar adik kamu! Tak boleh patah semangat, Kita harus kuat melawan badai." Bu Asih mencium pipi kedua putri nya.
Nana mengangguk dan bertekad akan melawan penyakit ini, Meski dalam hati nya ada yang berbisik bahwa dia akan segera mati.