NovelToon NovelToon
Sisi Gelap Sebuah Klinik

Sisi Gelap Sebuah Klinik

Status: sedang berlangsung
Genre:Rumahhantu / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: LiliPuy

Doni, seorang anak yang menitipkan hidupnya di sebuah klinik, namun ternyata klinik tersebut menyimpan sejuta rahasia penting, terutama untuk hidupnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiliPuy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

langkah nekad dr.smith

Doni berlari menembus gang sempit, napasnya tersengal-sengal, berusaha mengejar bayangan wanita tua yang baru saja dia temui. Suasana mencekam menyelimuti jalan yang remang-remang. Hari telah larut, dan aroma malam tengah datang melingkupi kota.

Bibirnya menggumam, “Aku harus tahu siapa dia. Mungkin dia bisa memberi tahu tentang ibuku.”

Di ujung gang, sebuah suara menggema, lantang dan penuh perintah.

“Bawa dia ke tempatku!”

Doni membeku. Suara itu familiar. Dia melangkah perlahan, menuju arah suara.

Dari balik bayangan di ujung jalan, Doni melihat Dr. Smith berdiri, dengan ekspresi tegas yang mencemaskan. Di sampingnya, tampak dua orang lelaki bertubuh besar. Mereka bergerak cepat menghampiri wanita tua itu, wajahnya menyiratkan niat buruk.

“Maaf, Nyonya, kami perlu berbicara,” kata salah satu lelaki itu, sambil meraih pergelangan tangan wanita tua tersebut.

“Lepaskan aku!” teriak wanita tua itu.

Doni bergetar. Wajah wanita itu memancarkan ketakutan yang mendalam.

“Dia tidak tahu apa-apa!” Dr. Smith menyela, suaranya tenang, tetapi ada sesuatu yang menggema dalam nada itu. “Kita tidak boleh membuatnya gelisah. Ayo cepat.”

“Dia tahu lebih banyak dari yang dia sampaikan,” lelaki itu berusaha membujuk.

Doni merasa jantungnya berdegup lebih cepat. Tangannya mengepal, dia tidak bisa tinggal diam.

“Berhenti!” teriaknya, mengacungkan tangan. “Apa yang kalian lakukan pada wanita itu?”

Dr. Smith menoleh, wajahnya berubah, seolah matahari mendung menutupi langit.

“Doni, sebaiknya kamu pergi dari sini. Ini bukan urusanmu.”

“Dia wanita tua yang tidak bersalah! Kenapa kalian memperlakukannya seperti ini?” Doni melangkah maju, berusaha melindungi wanita itu meski dia tahu bahaya yang mengancam.

“Jaga mulutmu, Doni!” sambil melanjutkan tekanan pada wanita tua itu, Dr. Smith menambahkan, “Kau tidak tahu apa yang sedang kau hadapi.”

Wanita tua itu menatap Doni, matanya penuh harapan. “Tolong… jangan biarkan mereka membawaku.”

“Jika kau menyentuhnya, aku akan melaporkan semua ini,” Doni menantang. Dalam hati, dia merasakan otot-ototnya kaku, bersiap menghadapi kemungkinan terburuk.

“Kurasa kamu tidak paham situasi, Nak,” satu dari lelaki itu memperdebat. Ketegangan membentang di antara mereka seperti jembatan putus yang siap runtuh.

“Mundur, Doni,” Dr. Smith kembali merespons, suaranya lebih tegas dengan nada berbahaya. “Kau tahu apa yang bisa terjadi jika kau tidak menuruti perintahku.”

Doni terus membulatkan kebenaran di jiwanya, berusaha mengabaikan ancaman. “Jika kau punya sesuatu yang harus disembunyikan, bisa jadi itu hal terburuk yang kau takuti,” katanya, menegaskan.

“Jangan terlalu jauh, anak kecil. Kau hanya akan menyakiti dirimu sendiri.” Lelaki bertubuh besar itu mengangguk ke arah temannya, yang masih mencengkeram wanita tua dengan erat.

Dr. Smith melangkah maju. “Lihatlah, tidak perlu ada kekacauan di sini. Wanita ini tidak bisa membantu kamu.”

Wanita tua itu terbatuk-batuk, wajahnya berkerut. “Doni… please, pergi. Jangan ikut campur.”

Doni merasa terombang-ambing, antara melindungi wanita itu dan melindungi dirinya sendiri.

“Aku tidak akan mundur tanpa tahu kebenarannya,” matanya tidak berkedip, menatap wajah Dr. Smith, mencari celah dalam dominasi pria itu.

“Jika kamu ingin bertahan hidup, maka lupakan masa lalu dan keluarlah dari urusan ini,” ujar Dr. Smith, jelas mengancam. “Kau tidak paham seberapa dalam masalah ini.”

“Tapi dia—” Doni melanjutkan, suara tegasnya terputus.

“Doni!” teriak wanita tua itu, suaranya lembut namun penuh ketegasan. “Jangan! Mereka berbahaya.”

Tanpa peringatan, salah satu dari lelaki itu menjatuhkan pria tua hingga terhuyung ke dinding. “Kau punya satu kesempatan, anak. Pergi atau…” Suaranya terhenti, mengarah ke sisa kata yang menggenang di angin malam.

Doni menggeram, merasakan adrenalin meluap. Dia tidak akan menghancurkan harapannya meskipun bayarannya adalah nyawanya.

“Kalau begitu,” dia berteriak, “aku tidak akan pergi. Mereka tidak berhak memperlakukanmu seperti ini. Tidak!”

Wanita tua itu menatapnya dalam-dalam, jejak kemarahan dan ketuaan terlihat di wajahnya. “Doni… jadi ini semua ada harapan. Berhati-hatilah.”

Kedua lelaki itu bergerak, dan Doni beranjak maju, bertekad meski nyawa menjadi taruhan. Lalu, dalam malam yang gelap, sebuah keputusan akan membawa mereka kepada takdir yang tidak bisa dihindarkan.

“Jangan, Doni!” teriak wanita tua itu lagi, panik. “Mereka—”

Satu dari lelaki itu maju, mengacungkan tinju. Wajah Doni menghampiri ketakutan, tetapi dia berdiri tegak.

“Kau pikir kau bisa menghentikan kami?” lelaki itu meremehkan, namun lei tidak membiarkan diri terpengaruh.

Dia menatap wanita itu, berharap kehangatan dalam tatapan matanya memberi kekuatan. Dia tidak akan membiarkan satu orang pun di belakangnya tertekan lagi.

“Bawa dia pergi, aku tidak peduli apa yang kau lakukan padaku!” Doni memulai langkah mendekati mereka. “Tapi jika kau menyentuhnya…”

“Kalau aku melakukan itu, apa yang akan kau perbuat?” Dr. Smith menjawab, nada sinis dalam suara. “Kau hanya seorang office boy, Doni. Kehidupanmu tidak berharga.”

Doni merasakan rasa sakit menusuk, kalimat itu seolah mengoyak hatinya. Namun, dia segera mengubahnya menjadi keberanian.

“Tapi aku lebih dari itu. Aku berhak mencari tahu siapa diriku!” Doni berdiri lebih teguh, menghadang mereka.

Dr. Smith menggelengkan kepala, tampak kecewa. “Kau telah memilih jalanmu sendiri. Ayo, bawa wanita itu.” Dengan gerakan cepat, dia memberikan isyarat dan kedua lelaki itu meraih wanita tua itu lebih kuat.

“Tidak!” teriak Doni, melangkah maju dengan sepenuh hati. Dia menggapai tangan wanita tua itu.

“Doni…,” lirih wanita itu. Suaranya, meski lemah, mengandung peringatan. “Dia menginginkan sesuatu yang lebih gelap. Jangan mengikuti jejak ini.”

“Dia tidak akan lolos dari ini!” Doni semakin keras.

Lelaki yang mencengkeram tangan wanita tua itu menangkan Doni dengan tatapan tajam. “Setiap tindakanmu akan berujung pada penyesalan.”

“Satu lagi langkahmu, dan aku akan menghancurkan semuanya!” Doni berseru, percaya pada kekuatan kata-katanya.

Dr. Smith kembali menghampiri. “Kau benar-benar tak paham, Doni. Rencana ini sudah lebih jauh dari yang bisa kau bayangkan.”

Doni menggigit bibirnya, berusaha mempertahankan konsentrasi walau rasa panik terus saja merayap.

“Doni, ini bukan tempatmu,” Dr. Smith berusaha melunak, tetapi Doni melihat kedok itu.

“Jangan beranikan untuk menyentuhnya!” Ucapnya, semakin meyakinkan dirinya sendiri.

Dr. Smith memperlihatkan ketidakpedulian. “Oke, waktu kita habis. Bawa dia!”

Saat itu, Doni berjuang seraya memikirkan pilihan yang harus diambil. Dia tidak ingin melukai wanita itu, tetapi tidak ada cara kembali sekarang. Harus ada cara untuk merobek kegelapan ini.

“Stop!” Suara pagi tiba-tiba memecahkan suasana tegang. Seorang perempuan mendatangi, wajahnya memancarkan keberanian, meski terlihat gemetar.

“Siapa kamu?” Dr. Smith menatap curiga.

Dia melangkah maju, tanpa pikir panjang, langsung mendekati Doni. “Doni, jangan—aku tidak ingin kehilanganmu!”

“Ara!” seru Doni, rasa syukur meluap dalam hatinya.

Ara telah mengetahui niat mereka, dan wajahnya menunjukkan tekad yang sama, entah dari mana ia mendapatkan keberanian ini.

“Dia bukan orang yang harus kau hadapi,” lanjut Ara, menatap Dr. Smith tajam. “Dan kau tidak bisa menghabiskan satu orang pun di sini.”

“Heh, aku bisa berbuat apa saja,” balas Dr. Smith, tetapi ketegangan di wajahnya mulai mereda, berhadapan dengan dua orang yang berdiri di depan.

“Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti wanita itu!” Ara berteriak. “Kami punya hak untuk tahu kebenarannya!”

Emosi membara di dalam hati Doni. Bersama Ara, mereka membawa harapan baru.

Dr. Smith merengut, kehadiran Ara mengguncang rencananya. “Kalian berdua hanya anak—tidak tahu apa yang sedang kalian hadapi!”

“Lebih baik kami tidak tahu daripada berpasrah pada orang sepertimu!” Doni kembali menyerang. Dia tersadar, dia memang memiliki sesuatu yang berharga dalam hidupnya—teman yang siap berjuang bersamanya.

1
anggita
like👍+☝iklan. moga novelnya sukses.
anggita
Doni.. Ara,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!