Kisah cinta Halalillah dan Hilal dimulai dari sebuah rumah tahfidz, mereka memilih menjadi Volunteer, dan itu bukanlah keputusan yang mudah, berani menggadaikan masa muda dan mimpinya pilihan yang amat berat.
Menjaga dan mendidik para penghafal qur'an menjadi sebuah amanah yang berat, begitu juga ujian cinta yang dialami Halal dan Hilal, bukan sampai disitu, kehadiran Mahab dan Isfanah menjadi sebuah pilihan yang berat bagi Hilal dan Halal, siapa yang akhirnya saling memiliki, dan bagaimana perjuangan mereka mempertahankan cinta dan persahabatan serta ujian dan cobaan mengabdikan diri di sebuah rumah tahfidz?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emha albana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia atau Dia?
Mamah Fida mulai merasakan perubahan Hilal, dan ia sudah berani untuk membantah, bahkan semakin sulit untuk bisa bertemu dengan-nya, walau Hilal tinggal satu rumah dengannya, terkadang sampai tertidur hanya untuk bisa menunggu Hilal kembali, begitu juga ketika Mamah Fida ingin bertemu dengan-nya di pagi hari, Hilal justru pergi diam-diam, tanpa pamit.
"Hilal sekarang banyak berubah Pah, sudah nggak bisa lagi diajak diskusi dan sering banget menghindar." Keluh Fida kepada Papah.
"Dia bukan anak kecil lagi Mah, sudah nggak bisa diatur-atur, dan inget usianya sudah 31 Tahun, waktu-nya dia mencari jati diri, nggak bisa terus-terus kamu jagain dia, kamu awasi dia, apa lagi dia anak laki-laki, bebas menentukan jalan hidupnya sendiri."
"Males mamah kalo curhat sama Papah, ngebalin dia terus, bukannya ngasih Mamah jalan keluar, malah kayanya Papah nyalahin Mamah."
"Bukan nyalahin, tapi memang keliatan dari Hilal yang nggak mau diatur-atur, apa lagi Mamah maksain dia banget untuk berjodoh dengan Vika."
"Loh, bukannya kamu juga yang ikut ngejodohin dia?! Kan si Vika anak temen Papah."
"Papah nggak ngejodohin, cuma ngenalin aja, kalo emang jodoh yang syukur, kalo nggak juga nggak apa-apa."
"Tapi kita malu-lah sama keluarganya Vika, ini sejak Hilal kenal si Pemulung itu!"
"Pemulung? Maksud Mamah siapa?"
"Iya, di rumah Tahfidz ada pemulung yang jadi pengajar."
"Selagi profesinya tidak ngerugiin orang dan halal, kenapa sih?! Kecuali dia ngerugiin orang, baru kita tolak."
"Jadi Papah setujuh si Hilal sama pemulung?!"
"Loh, yang bilang setujuh siapa? Papah cuma ngebas masalah profesinya aja, urusan berjodoh atau tidak bukan wewenang Papah, tapi Allah. Kita sebagai orang tua yah tinggal restuin dan mendoakan yang terbaik untuk anak kita, itu aja!"
"Capek ah, diskusi sama Papah!" Mamah Fida lantas pergi meninggalkan suami-nya, menyimpan kekesalan, Amrullah ia tinggalkan sendir di meja makan.
"Perempuan, dia yang minta masukan, dia juga yang nyalahin lelaki." Gerutu Amrullah.
_________________oOo_________________
Memasuki hari kedua, Halal dan Rizka sudah mulai aktif mengajar beberapa murid penghafal qur'an, dari balik jendela, Hilal memperhatikan mereka. Hilal agak terkejut ketika Mila memergokinya.
"Ini hari pertama mereka mengajar pak, dan saya perhatikan mereka juga bisa beradaptasi dengan murid-murid." Ucap Mila dari belakang Hilal.
"Eh iya Mil….kamu ngangetin aja! Ini lagi saya perhatikan cara mereka mengajar."
"Saya tinggal dulu Yah Pak, mau keliling lagi, ngecek semua."
"Oh iya Mil, silahkan, saya habis ini juga mau ke perumahan, ngecek kerjaan disana, sekalian saya pamit sama kamu."
"Iya Pak."
Mila melanjutkan aktifitasnya, dan mengecek dapur umum untuk memastikan kalau makan siang untuk anak asuh dan pengurus sudah disiapkan, sebelum masuk waktu istirahat. Sedangkan Hilal masih memperhatikan Halal dan Rizka, selang beberapa menit, Rizka keluar dari kelas, dan berpapasan dengan Hilal.
"Mau kemana Lal?"
"Maaf saya Rizka Pak, kalo Hilal lagi di dalam, mau ke ruang guru, ada yang tertinggal Pak."
"Oh, maaf saya kira Halal."
Pandangan Hilal pun terus memperhatikan Rizka yang juga tidak kalah cantiknya dengan Halal, Hilal benar-benar mencari calon pendamping hidup-nya, rupanya Hilal belum memiliki pilihan yang tepat. Sengaja hilal diam-diam mengikuti Rizka.
"Kalo kamu saya belum tahu lengkap." Disatu moment yang tepat, disaat pengurus lain sedang sibuk dengan aktifitasnya masing-masing, Hilal mencari tahu siapa Rizka.
"Saya Rizka pak, teman dekat Halal juga, dan tempat tinggal saya dengan Halal pun tidak jauh, hanya selisih RT aja."
"Oh…Kalo Halal aku pernah ketemu waktu dia lagi mau berangkat sekolah dan saya liat dia lagi ngumpulin barang bekas."
"Iya, kalo Halal memang punya aktifias lain, selain sekolah dan sekarang ngajar, Halal mencari untuk tambahan dari situ."
"Kalo kamu?"
"Kalo saya? Jadi buruh cuci di laundry."
"Yang jadi pertanyaan saya, ayah-ibu kalian sibuk apa?"
"Saya dan Halal sudah tidak punya orang tua."
"Innalillahi, maaf yah…."
"Nggak apa Pak. Oh yah, maaf yah Pak, saya kembali ngajar, nggak enak sama Halal, pasti dia nunggu."
"Oh, oke..oke, sorry yah…"
"Iya Pak."
Rizka kembali menujuh ruang kelas, dan berpapasan dengan Ustadz Iskandar, keduanya hanya saling mengucapkan salam.
"Assalamualikum Ustadzah."
"Wa'alaikum salam Ustadz."
"Baru aktif hari ini yah?"
"Iya Stadz, baru masuk kelas hari ini,"
"Oh, salam kenal yah…afwan, nama antum siapa?"
"Rizka, stadz."
"Oh, Ustadzah Rizka."
"Na'am Stadz, afwan, ana masuk kelas lagi yah Stadz."
"Tafadhol, afwan yah…"
"Nggak apa Stadz."
Ustadz Iskandra mulai berani saling sapa, dan mengenal Rizka, Rizka mulai merasakan satu gejala yang aneh dan benar pesan Mila, kalau disini banyak akhwat yang jomblo dan sibuk mencari jodoh rupanya.
"Bagaimana hari pertama ngajar?" Tanya Mila disela-sela istirahat.
"Kalo aku seneng, murid-muridnya mau diarahin dan nggak sulit juga untuk bantu mereka," Ucap Halal.
"Kalo Rizka, haha, sudah mulai ditanya-tanya sama Ustadz Iskandar dan tadi pun berpapasan dengan Pak Hilal, ia juga banyak cari tahu, saya dan Halal, bener kata Kak Mila, kalo disini banyak yang cari jodoh, alias Jomblo Fii Sabilillah."
Mereka pun saling melepas tawa, "Heh, jangan kenceng-kenceng ketawanya, nanti dikira kita lagi nge-gibah."
"Abisnya aneh aja, udah tahu kita anak baru, dan untungnya Kak Mila sudah titip pesen."
"Yah gitulah, kalo kumbang melihat bunga."
"Eh, tapi kak Mila sendiri sudah nikah?"
"Alhamdulillah sudah, dan punya anak dua."
"Jangan bilang, suami Kak Mila dari sini juga, atau masih kerja disini!" Halal langsung nebak.
"Hahaha, dulu memang kita kenal disini dan akhirnya salah satu dari kita harus ada yang ngalah, kebetulan juga si mantan dapet tempat kerja baru."
"Benerkan dugaan saya,"
"Kan memang di awal juga saya pesen ke kalian, hati-hati banyak jomblo."
"Kalo kita masih jauh untuk mikir ke arah sana." Ucap Rizka.
"Yah, itu kan rencana kalian, tapi kalo Allah berkata lain, bagaimana?"
"Iya juga sih,"
Selagi asik berbincang di selah jam istirahat, muncul Arza, "Assalamu'alikum gadis-gadis calon penghuni syurga."
"Wa'alikum salam Kang Arza."
"Keliatanya ada obrolan seruh yah? Atau jangan-jangan ada yang lagi nge-gibah-in saya?!"
"Kepedean ente!" Potong Mila.
Mila-lah senior dan sekaligus temen curhat Halal dan Rizka, mereka pun sudah terlihat akrab dan saling shaaring satu sama lain.
Hari kedua memberikan kesan yang berbeda, entah bagaimana di hari-hari berikutnya, akan seperti apa jalan ceritanya, apakah menyimpan Bahagia atau air mata? Atau apakah harus ada yang terluka dengan perasaannya? Apa iya Hilal menjadi jodoh untuk Halal, atau jangan-jangan Rizka yang menjadi jodoh-nya Hilal, bisa jadi juga Ustadz Iskandar yang Allah siapkan untuk Halal atau Rizka.
kalo kita pandai bersyukur,apapun yg Alloh kasih,akan terasa nikmat
kefakiran tidak menjadikan kalian kufur nikmat
Rizk & iskandar🥰🥰