" Om om, mau jadi ayah Aga ndak. Aga ndak punya ayah. Ibu Aga tantik lho Om."
" Hahaha, anak ini lucu bener."
Seorang bocah kecil tiba-tiba bicara seperti itu kepada pria asing. Wajah polosnya tersebut tidak bisa membuat si pria marah meskipun dia dipinang dadakan oleh bocah itu.
Tapi siapa sangka anak kecil itu datang bersama dengan seseorang yang ia kenal.
" Kamu, ini anakmu?"
" Maaf, kami permisi."
Wanita itu langsung pergi membuat si pria penasaran.
Siapa sebenarnya mereka dan apa yang terjadi? Dan mengapa Aga mengatakan bahwa tidak punya ayah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JAYO 32: Kok Nyesek Ya?
Davka membuang nafasnya kasar, ia ingin sekali menarik tangan Dara saat ini juga. Tapi dia jelas tidak bisa melakukannya, ini adalah tempat publik dimana dia harus bisa menjaga image dirinya. Davka juga tidak ingin keinginannya itu nanti akan diketahui oleh Ryder. Selama ini dia sudah membangun citra baik di depan atasannya itu, jadi ia tidak ingin menghancurkannya.
Pada akhirnya Davka memilih pulang, tapi ketika dia hendak keluar gerbang, kakinya tiba-tiba terhenti. Ia berdiri mematung ketika seorang anak kecil mengatakan kata ayah. Davka membalikkan tubuhnya, dan melihat ke arah sumber suara. Sebuah pemandangan yang indah namun tiba-tiba membuat hatinya sakit bak tertusuk belai.
" Ayaaah, Aga seneng deh Ayah jemput Aga baleng Ibu."
" Gitu kah, cium dulu kalau seneng."
Rupanya bukanlah dirinya yang dipanggil ayah oleh Aga, melainkan Kaivan. Dimata Davka saat ini, Aga, Dara dan Kaivan sudah seperti keluarga kecil yang bahagia. Ada rasa nyeri yang terasa, namun Davka masih tidak tahu mengapa demikian.
" Ayah, itu Om yang temalen kan?"
" Iya betul, dia temen Ayah."
" Aloooo Om, dadaah!"
Kaivan hanya tersenyum sembari melewati Davka yang masih berdiri mematung. Ya, Davka merasa kakinya tidak bisa bergerak, mulutnya tiba-tiba kelu, padahal ia ingin sekali memanggil Aga, nama anaknya yang baru saja ia ketahui itu.
" Kok rasanya nyesek sih?"
Hanya itulah kalimat yang keluar dari mulut Davka, ia mencengkeram kerah bajunya sendiri. Menahan sesaknya kerongkongan.
Perlahan tapi pasti dia berjalan menuju ke mobil, dan sejenak duduk termangu di belakang stir kemudi. Matanya kembali menerawang senyuman dan tawa riang dari Aga, anak yang selama ini tidak pernah ia lihat dan tidak pernah ia cukupi haknya.
Anak itu tampak sangat bahagia berada di gendongan pria lain, dan dengan mudahnya memanggilnya ayah. Hal itu cukup melukai harga dirinya.
" Aku ... aku harus dapetin anak aku kembali. Aku punya hak atas Aga."
Davka menyalakan mobilnya, ia mencengkeram erat stir kemudi dan matanya menatap tajam. Sepertinya Davka kembali merencanakan sesuatu. Perasaan tidak rela nya melihat Aga dan Dara berada di pelukan pria lain agaknya membuat hasratnya untuk kembali memiliki ibu dan anak itu membara.
Bruuum
Davka melajukan mobilnya, selama perjalanan kembali ke Surabaya pra itu terus memikirkan cara untuk mendekati Aga. Sampai-sampai berkali-kali telpon dan pesan masuk ke ponselnya, tidak ia lihat sama sekali. Davka baru membuka ponselnya ketika ia sampai di rumah. Betapa terkejutnya dia melihat Erika sudah ada dis sana, duduk di sofa sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Dari raut wajah saja sudah bisa dilihat bahwa saat ini Erika sedang marah, tatapan mata wanita itu tajam dan kedua alisnya berkerut.
" Kamu kemana sih mas, aku nyusul ke kantor katanya kamu hari ini izin. Kamu pergi kemana, kok nggak bilang apapun ke aku. Kita tuh bentar lagi nikah, tingga nunggu hari. Kamu tuh jangan pergi-pergi, pamali. Aku tuh khawatir kamu kenapa-napa."
Bohong, semua yang dikatakan oleh Erika adalah sebuah kebohongan. Dia bukannya khawatir Daka kenapa-napa, tapi Erika takut jika Davka mengejar Dara kembali. Bodohnya wanita itu adalah, dia memilih resign dari perusahaan lebih awal, yakni setelah memberitahukan pernikahan kepada Ryder. Kini Erika menyesal karena dia tidak bisa mengawasi Davka.
Jika dia mash berada di BHP maka pasti ia akan tahu bagaimana gerak-gerik Davka. Tapi semuanya sekarang sudah terlambat untuk menyesalinya, yan perlu dilakukan hanyalah berusaha untuk menahan Davka untuk tidak pergi kemanapun selama menuju hari pernikahan.
" Ya ampun Erika, please jangan buat aku pusing deh. Aku tuh cuma keluar izin buat nyari cincin pernikahan kita. Kan aku belum beli, dan aku sengaja ngga ngajak kamu karena emang biar kamu suprise pas lihat besok. Dah lah jangan mikir yanga aneh-aneh.Aku mau tidur, capek banget."
Davka melenggang pergi menuju ke kamar. Dia tidak peduli dengan apa yang ada dipikiran Erika saat ini. Yang pasti sekarang, Davka sedang tidak ingin berdebat dengan Erika.
Sedangkan Erika, dia hanya bisa membuang nafasnya kasar. Apa yang baru saja keluar dari mulut Davka sama sekali tidak bisa dia percaya. Namun dia juga tidak bisa kembali bertanya lebih jauh lagi, apalagi Davka terlihat sangat lelah.
" Apa aku salah? Apa aku terlalu sensitif? Ah entahlah, huh!"
TBC
tunggu aja tnggal mainnya... seorang loe bleh aja diatas angin tpi nnti kehancuran siap memelukmu 😏😏