NovelToon NovelToon
Wanita Pelangkah

Wanita Pelangkah

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Murid Genius / Keluarga / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.8M
Nilai: 4.8
Nama Author: Kuswara

Apa yang akan terjadi pada Jamilah setelah tiga kali dilangkahi oleh ketiga adiknya?.

Apa Jamilah akan memiliki jodohnya sendiri setelah kata orang kalau dilangkahi akan susah untuk menikah atau mendapatkan jodoh?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 Wanita Pelangkah

Malam pun tiba. Tapi Emir tidak jadi datang ke rumah Jamilah dengan alasan ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Dan Jamilah pun tidak masalah. Padahal nyatanya saat ini Emir sedang berbicara manja dan mesra dengan wanita yang diyakininya akan menjadi istri dan ibu yang sempurna untuk dirinya dan kedua anaknya. Tapi pada kenyataannya saat ini, hanya karena melihat air mata wanita yang tidak menarik baginya, kini dalam waktu satu Minggu dirinya dan Jamilah akan menyandang status baru yaitu suami dan istri. Sedangkan bersama Tiffani saja, sudah hampir lima tahun bersama semenjak perpisahannya dari istrinya yang pertama.

Menyudahi sambungan telepon dengan Tiffani dna juga Joy, sekarang Arkam yang menghubungi Emir. Menanyakan bagaimana dengan wanita yang akan dibawa Emir menemuinya?. Sebab satu hari ini, Arkam tidak menerima update apa pun dari Emir. Dengan seribu alasan pula Emir mengelabui Arkam untuk sementara waktu. Sampai ia bisa bicara langsung sangat sahabatnya itu.

"Banyak yang ingin aku jelaskan padamu tentang pernikahan ini?." Gumam Emir menatap foto Jamilah yang ada di ponselnya.

"Maafkan aku jika nantinya akan sangat melukaimu. Tapi sungguh aku hanya ingin menolong mu, menghapus air mata mu." Ucapnya penuh sesal memandangi foto Jamilah.

"Aku tahu, aku sudah sangat salah dengan melakukan ini. Tapi ini yang bisa aku lakukan untuk membawa mu pergi dari sini, dari hinaan mereka semua." Emir meletakkan kembali ponsel yang ada ditangannya.

"Alexander." Emir tidak pernah bisa menembus dinding pertahan anak itu. Untuk bisa menikahi Tiffani saja, Emir harus menunggu selama itu. Emir juga belum tahu apa reaksi Alexander jika tahu ia akan menikah dengan gurunya itu. Apa tetap akan sama atau malah bisa merestui hubungan mereka?.

.

.

.

"Kau selalu saja berbuat sesuka hati Emir!. Tidak ada persiapan apa pun untuk melamar anak orang. Kau memberitahu ku saja tadi pas kita dimeja makan." Omel Pak Utomo saat mereka berdua menuju rumah Jamilah.

"Tidak perlu persiapan apa pun. Kau hanya perlu memberikan uang yang banyak untuk pesta pernikahan kami." Balas Emir santai.

"Uang kau banyak. Kenapa harus pakai uang ku?." Pak Utomo menatap datar pada Emir. Sampai saat ini pun, ia belum pernah bisa menebak atau tahu jalan pikiran anaknya itu.

"Lalu bagaimana dengan Alexander?." Tanya Pak Utomo menatap Emir yang fokus pada kemudinya. Tapi hari ini Pak Utomo melihat Emir yang sama dengan saat waktu kuliah dulu. Wajah yang selalu dihiasi oleh senyum, hangat dan sangat ramah.

Emir menggeleng cepat mendapatkan pertanyaan seperti itu. "Jangan katakan apa pun pada Alexander saat ini. Biar nanti kami yang akan memberitahunya."

"Terserah pada kau saja." Balas Pak Utomo.

Hening untuk beberapa saat sampai Pak Utomo baru menyadari kalau Emir belum memperkenalkan wanita yang akan dilamarnya hari ini.

"Kau tidak ingin memberitahuku, wanita mana yang akan kau jadikan istri." Keluh Pak Utomo.

"Kau juga nanti akan tahu." Balas Emir singkat.

Pak Utomo mengingat jalan yang sedang dilewatinya ini. Jalanan ini menuju rumah orang yang sudah dikenalnya beberapa lama. Tapi ia tidak ingin menebak, membiarkan Emir tetap membawanya sampai tujuan.

"Ingat satu hal, pernikahan bukan untuk dipermainkan. Jadi sebelum kau mau bermain-main, kau harus memikirkan ribuan kali, jangan sampai kau melakukannya." Pak Utomo mengingatkan hakikatnya pernikahan pada Emir. Kegagalan akan selalu ada, hanya kitanya saja yang perlu menurunkan ego untuk mempertahankan pernikahan itu sendiri.

.

.

.

"Ibu guru Alexander." Gumamnya lirih ketika mobil Emir sudah berhenti didepan rumah yang sangat dikenalnya.

Kedatangan Pak Utomo dan Emir disambut hangat oleh Emak dan Bapak. Selanjutnya mereka semua masuk untuk melanjutkan obrolan pada acara intinya.

Para tetangga sudah berdatangan guna melihat ada apa di rumah Jamilah?, sebab desas desus tentang kedatangan Emir pagi ini sudah sampai pada telinga mereka. Hanya berbekal informasi dari tukang kue saja yang mendapatkan pesanan dari Emaknya Jamilah.

"Wah Jamilah hebat ya, buah dari kesabarannya selama ini mendapat calon suami yang ganteng dan tajir melintir."

"Iya kamu benar, kalau begitu juga enggak apa-apa kalau nanti anak ku yang pertama dilangkahi oleh adiknya. Toh lebih bagus juga mendapatkan jodohnya."

"Eh kalian jangan senang dulu, siapa tahu lakinya itu laki orang. Jamilah cuma yang dijadikan yang kedua."

"Kalau aku mah enggak apa-apa dijadikan uang kedua kalau dijamin hidup enak mah."

Selalu ada bahan atau celah yang bisa mereka bicarakan tentang Jamilah. Baik buruk apa yang dikerjakan Jamilah, tetap akan menjadi bahan omongan orang lain.

Pembicaraan sudah sampai pada intinya. Kakek sudah meminta langsung Jamilah pada Emak dan Bapak untuk putranya Fahreza Emir. Jari manis Jamilah sudah memakai cincin berlian yang disematkan langsung oleh Emir. Rencana Emir tetap akan dilaksankan dalam waktu kurang dari satu Minggu lagi. Emir dan Jamilah akan tetap menikah di KUA, di rumah Emak ada hajatan besar tapi tidak ada undangan khusus yang mereka kirimkan. Siapa pun nantinya bisa datang untuk mengucapkan selamat dan mendoakan mereka.

"Tolong pergunakan ini, untuk keperluan pesta pernikahan Emir dan Jamilah. Saya sangat merestui keduanya." Ucap Pak Utomo menatap Emak dan Bapak dari tadi mengelap air matanya. Menyerahkan satu tas kecil yang didalamnya terdapat banyak uang yang sudah dipersiapkannya untuk keluarga Jamilah.

"Maaf kalau kami tidak bisa membantu banyak secara finansial. Kami hanya mampu membantu dengan tanaga kami." Bapak merasa tidak berdaya berada dalam suasana bahagia ini. Semuanya mengharu biru.

"Jangan pernah merendah, kita semua sama di mata Gusti Alloh. Jamilah anak baik, wanita sholehah jadi pantas mendapatkan yang terbaik dari calon suaminya." Pak Utomo menoleh kearah Emir yang saat ini tidak ada hentinya menatap Jamilah, si wanita tidak menarik itu.

"Bukannya begitu Emir?." Pak Utomo sengaja mengagetkan Emir, supaya sadar jangan terus menatap Jamilah. Emir harus bersabar untuk beberapa hari lagi.

"Ah iya Pa, ada apa?. Tanya Emir gelagapan. Hingga menimbulkan kelucuan, mereka sampai dibuat tersenyum tipis.

Usai dengan obrolan mereka, dan Pak Utomo sudah resmi meminta Jamilah pada keduanya orang tuanya, yaitu Emak dan Bapak. Makan bersama pun sudah, kini Pak Utomo dan Emir berpamitan pulang.

"Terima kasih banyak calon besan, jamuan yang sangat luar biasa enak." Puji Pak Utomo.

"Sama-sama Pak Utomo, kami juga berterima kasih atas apa yang sudah diberikan dan dilakukan Pak Utomo untuk keluarga kami." Balas Bapak merendah.

Pak Utomo pun masuk kedalam mobil, menunggu Emir yang sedang memberikan sesuatu pada Jamilah.

"Saya titipkan ini pada mu. Saya ingin setelah kita sah menjadi suami istri, kamu memakainya untuk saya." Ucap Emir pelan, supaya yang lain tidak bisa mendengarnya. Emir meyerahkan kotak berukuran kecil pada tangan Jamilah. Jamilah mengangguk sambil memegang erat kotak tersebut.

Sepulangnya Emir dan Pak Utomo. Julia dan Jaka yang membantu Emak memberikan semua makanan, piring dan gelas yang kotor. Bapak masih tidak percaya jika putri pertama yang selalu tinggal di rumah ini, dalam hitungan hari akan menjadi milik suaminya.

"Semoga Emir jodoh dunia dan akhirat mu, Milah." Batin bapak segera mengelap air matanya lagi.

.

.

.

Satu malam sebelum hari pernikahan Jamilah dan Emir.

Jamilah bukan gadis naif, polos diusianya yang sudah menginjak 34 tahun ini. Tapi ia berusaha untuk menyikapi segala sesuatunya dengan kepala dingin. Tidak ingin mengedepankan emosi atau pikiran-pikiran buruk yang nantinya membuat pikirannya tidak sehat dan tidak bisa berpikir dengan jernih dan baik. Banyak hal yang sudah Jamilah pikiran, tapi hanya ia pikirkan tanpa ingin tahu terlalu jauh. Biarkan saja waktu yang akan membuka satu persatu dari semua yang menjadi pertanyaannya. Terlebih, kenapa Emir menikahinya?.

Alexander dengan masalah pembagiannya. Alexander yang sangat merindukan Mommy nya. Perasan dirinya dan Emir. Kehidupan Emir saat diluar negeri. Percintaan Emir yang seperti apa?, memilki kekasih atau tidak?. Belum lagi Joy, anak kedua Emir yang belum dikenalnya. Bagaimana dengan restu kedua anak Emir?. Bagaimana dengan bisnis Emir, baik atau tidak?. Dan masih banyak lagi yang belum diketahui Jamilah akan seperti apa kedepannya. Namun satu hal yang pasti, ia menerima pernikahan ini sebagai ladang pahala untuk dirinya. Ibadah terpajang yang coba ia lakoni dengan menjadi seorang istri dari pria yang bernama Fahreza Emir. Yang diyakini Jamilah sangat tidak mudah bisa masuk dalam kehidupan mereka yang sangat kompleks.

"Cepetan tidur calon manten!, besok kesiangan loh." Goda Julia setelah membuka pintu kamar Jamilah.

Julia memeluk tubuh sang Kakak dari belakang. "Kak Jami akan selalu bisa menghadapi apa pun nantinya, yang ada dalam hidup Kak Jami setelah menikah. Doa kami akan selalu menyertai Kak Jami."

Tetesan air mata Julia mengenai pundak Jamilah. Bukan tanpa alasan Julia mengatakan hal itu. Jika ketiga Kakaknya Julia yang yang lain, mereka menikah karena cinta, sudah saling mengenal satu sama lain. Tidak tiba-tiba seperti Jamilah dan Emir. Keduanya bagaikan membeli kucing dalam karung. Tapi mudah-mudahan pernikahan Jamilah dan Emir akan langgeng, selamanya, Aamiin.

"Terima kasih untuk setiap doa baik yang selalu kamu panjatkan untuk Kakak." Jamilah mengelus lengan Julia yang berada dipundaknya.

.

.

.

"Saya terima nikah dan kawinnya Jamilah Putri Wulandari binti Iyus Mashud dengan maskawin tersebut dibayar tunai."

Sah

"Bagaimana para saksi?, sah?."

"Sah"

"Alhamdulillah"

Haru, tangis Emak pecah sambil memeluk Bapak. Anak yang selalu dilangkahi, dihina, direndahkan, kini berstatus istri dari seseorang yang bernama Emir. Emir sudah memberinya gelar sebagai istri. Yang artinya itu, Jamilah bukan milik mereka lagi, melainkan milik suaminya. Pun, Julia dan Jaka melepas Kakak tersayang mereka pada pria yang menjadi suaminya.

Usia dengan semua administrasi di KUA, mereka semua pulang ke rumah Jamilah. Dimana pesta akan digelar.

Kini Emir dan Jamilah sudah menjadi satu ikatan dan hanya Gusti Alloh yang bisa memisahkan atau memutuskan ikatan itu.

Sampai di rumah. Para tetangga sudah heboh guna menyambut kedatangan pengantin baru.

Mereka semua sudah berdandan dengan sangat menor, mau saingan dengan pengantinnya.

"Wah Jamilah cantik sekali."

"Aduh itu semuanya kok bisa ganteng begitu, jadi meleleh aku."

"Beruntung banget ya Jamilah dapat suami ganteng. suami-suami adiknya mah lewat semua. Ini gantengnya banget banget lagi."

"Anak gadis kita suruh sabar kaya Jamilah, biar suaminya ganteng kaya suami Jamilah."

1
YuWie
kapokmu kapan emirrr..sainganmu alexander ure child 😀😃😄
YuWie
apakah Tiffani perempuannyg ngaku2 hamil ketika jamilah dilamar lelaki dr kota?..hmmmm
Eni Etiningsih
pasti ulah arkam yg menulis surat mengatas namakan isyana . jahat banget arkam
Yani Yan
Biasa
Yani Yan
Buruk
RithaMartinE
luar biasa
RithaMartinE
Alexander /Grin//Grin//Facepalm/
Mega Haerunita
tadi ny masih rate 1 Karana cerita nya gantung. tpi kasian.
klo emng GK mau lanjut dri awal GK udh bikin versi 2 ny tor.
Hasrie Bakrie
Assalamualaikum mampir ya
Capricorn 🦄
ok
Nurul Syahriani
Kalau pun mereka pisah, belum tentu juga jamilah mau sama kamu akram
Nendah Nurjanah
saya banget di langkahi 3 adik perempuan sampe usia 39 pun sekarang saya blm di kasih jodoh sama Allah tp hidup harus tetap berjalanan tidak lagi memperdulikan gunjingan orang sekitar dan selalu berusaha berperasangka baik dengan takdir Allah😇
Desilastri Alfaris Alfaris
aku nangis
Anonymous
ok
Nurul Syahriani
Bibi isti ini pembantu apa siapa? Panggil emir kakak..
Bzaa
emir jdi ayah egois gak Mao ngurusin Alex
Bzaa
semakin dikasari akan semakin ikut kasar...
lili
makasih kak author sungguh ceritanya bgs bgt😍😍😍
lili
takutnya Joy bangun Gatot deh 🙈🙈🙈
lili
kok ada ya dokter mulutnya culamitan,harusnya jaga rahasia pasiennya kok ember bener mulutnya.....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!