NovelToon NovelToon
Nilai Penyembuh Dari Antagonis

Nilai Penyembuh Dari Antagonis

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Sistem / Enemy to Lovers
Popularitas:23.6k
Nilai: 5
Nama Author: Febbfbrynt

Mara, gadis yang terbaring koma berbulan-bulan, terpaksa harus menerima tawaran sesuatu yang disebut "sistem", yang di mana dia harus pergi ke dunia novel untuk meningkatkan nilai baik antagonis sebagai ganti tubuh aslinya tersembuhkan perlahan. Hanya saja, sang target merupakan orang sangat sulit didekati, paranoid, dan dibenci banyak orang.
______

Suatu hari, Mara menyelesaikan tugasnya dan akan pergi. Tapi tiba-tiba dia ditangkap pria menakutkan yang telah dia jinakkan.

"Jangan berpikir kamu bisa memanjat jurang gelap yang telanjur kamu lompati sesuka hati!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febbfbrynt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kamar Rahan?

Rahan menatap pemandangan lewat jendela busway. Tiba-tiba, bahunya memberat seolah ditekan sesuatu. Tanpa menoleh pun, ia tahu siapa pelakunya setelah mencium aroma dari orang disampingnya yang semakin kuat.

Rahan menunduk ke samping dan melihat dari dekat wajah tidurnya yang sedikit pucat karena demam. Kepala gadis itu bersandar di bahunya mencari kenyamanan. Tanpa sadar tubuhnya menurun dan duduk tegak untuk menyesuaikan dan membuatnya nyaman.

Setelah pingsan dan siuman, Mara dibolehkan pulang. Tapi bukannya memanggil supir, gadis itu malah ingin pulang naik kendaraan umum dengan ditemani olehnya. Guru dan temannya yang sempat menjenguk tidak tahu itu justru menganjurkannya pulang dengan dijemput. Entah kenapa hati Rahan tergerak dan malah mengikuti untuk mengantarnya pulang setelah meminta izin pada guru di kelasnya. Terjadilah saat ini.

Rambut Mara menggesek rahangnya sehingga aroma rambutnya pun bisa tercium olehnya. Itu sangat menggelitik, tapi ia tak berani bergerak. Suhu tubuh gadis itu agak panas karena demam. Saat kepalanya akan terjatuh karena goncangan, refleks tangannya memegang bagan rahang dan pipi Mara. Seharusnya Rahan segera melepaskan, tapi tangan Mara menumpu memegang punggung tangannya agar tetap di pipinya.

"Ini dingin ...." gumamnya dengan mata masih tertutup.

Rahan merasa kaku, suhu tubuhnya memang selalu dingin meskipun cuaca panas. Jadi ia tak melepaskan dan membiarkan. Kulit di pipinya lembut dan panas. Tanpa sadar ia mengusap dengan ibu jarinya. Tapi ingatannya malah terbesit percakapan dengan ayah gadis ini di rumah sakit saat itu.

"Mau buat kesepakatan?"

Wilson memicingkan mata tajam padanya. "Kesepakatan apa?"

"Sebelum itu, perlu Anda tahu bahwa aku bukan orang yang akan dengan mudah mempercayai orang lain. Aku juga tidak percaya akan disayangi atau dicintai. Apa Anda pikir aku menginginkan hal ini terjadi? Aku sendiri tidak pernah menduga putri Anda akan mendatangiku dan mengalami hal ini."

Wilson menatapnya dengan tatapan rumit.

"Jika Anda ingin aku menjauhi putri Anda, maka jauhkan terlebih dulu dia dariku. Aku tak pernah sekalipun mendekatinya karena bahkan aku tidak tahu apa yang dia inginkan dariku."

Wilson mengerutkan kening tidak nyaman. "Apa yang kamu pikir putriku inginkan darimu? Tentu saja karena dia menyukaimu. Kamu tidak memiliki apapun untuk diberikan kepadanya bukan? Apa kamu meremehkan ketulusannya?"

Ekspresi Rahan menggelap. Itu benar. Dia tidak memiliki apapun, teman, harta, kasih sayang, bahkan keluarga. Dia mengingat saat-saat gadis itu terus berputar di sekelilingnya dan menatapnya dengan tatapan seolah-olah dialah orang yang paling mengenalnya dibanding dirinya sendiri.

Lalu apa? Bahkan jika gadis itu mendekatinya dengan ketulusan cinta dia tetap tidak akan mempercayainya dan membutuhkan banyak sekali waktu. Tapi entah kenapa ia masih saja merasa dirugikan oleh dunia. Mengapa ia tidak memiliki kesempatan untuk menggenggamnya sampai ia mempercayainya? Bahkan sebelum menyentuh seujung jari pun, ketulusan yang datang malah ditarik menjauh darinya seperti keadaan sekarang.

Rahan memikirkan sesuatu, dan menatap pria dewasa itu dengan tenang. "Anda berkata bahwa Putri Anda adalah hidup Anda, kebahagiaan Anda, lalu apakah Anda ingin merenggut kebahagiaannya? Anda tidak tahu betapa bahagianya saat dia melihatku dan tersenyum sangat cerah."

"...apa?" Wilson termangu. Ia langsung membayangkan wajah tersenyum putrinya sehingga membuat hatinya tergelitik senang. Tapi, itu bukan senyuman untuknya tapi untuk anak lelaki suram ini. Alisnya langsung mengerut tidak senang.

"Kesepakatan yang aku ajukan adalah ... bagaimana jika membiarkan dia mengejarku sampai dia tidak menyukaiku lagi? Jika dia tetap bahagia di sisiku, bukankah itu bagus? Tapi jika tidak, dia akan menjauh dengan sendirinya."

Wilson berpikir bahwa kesepakatan ini merupakan hal yang akan terjadi bahkan tanpa menjadi 'kesepakatan'. Tapi mengingat bahwa memang Mara selalu sering tersenyum karena anak ini, ia tak bisa menyangkalnya.

Ia menghela nafas. "Dengan syarat kamu akan terus menjaganya dan tidak akan pernah menyakitinya. Jika suatu saat dia sakit karenamu, aku, sebagai Ayahnya tetap akan memilih putrinya selalu sehat daripada bahagia tapi banyak terluka secara fisik."

Rahan menutup matanya sejenak saat ingatan itu buyar. Nyatanya, Mara selalu terluka jika terus berada di sisinya. Gadis ini anehnya selalu berusaha menghalangi berbagai hal yang akan menyakitinya dengan tubuh rapuh dan kecil itu.

Alih-alih mengantar gadis itu pulang ke rumahnya, dia malah membawanya ke tempat dia tinggal. Rahan berpikir untuk merawatnya sendiri selama waktu sekolah belum selesai, karena yang ia amati pun Mara tidak memberi kabar orang rumah bahwa dia pulang karena sakit.

Ia menggendongnya sejak dari busway sampai ke gedung apartemen. Ia tidak berpikir itu aneh.

Padahal, yang tidak ia sadari, setiap orang yang ia lewati terus menatapnya yang berjalan santai sembari menggendong Mara yang tertidur di pelukannya.

~•~

Mara terbangun oleh rasa panas berkeringat di tubuhnya. Ia merasa mulutnya pahit dan tenggorokannya kering. Ia menatap buram langit-langit kamar gelap asing dan terdiam linglung.

Di mana ia? Ia tidak mengingat apapun.

Mara menyentuh sesuatu yang dingin di dahinya. Itu adalah kompres. Teringatlah bahwa dia pingsan saat upacara dan sedikit demam sehingga diizinkan pulang. Tapi di mana ini? Ini bukanlah rumahnya.

Mara bangun untuk duduk sembari bersandar di kepala ranjang. Saat mencium aroma familiar, lalu mengamati kamar kosong beraura suram itu, Mara sedikit syok berpikir bahwa dirinya berada di kamar seseorang yang temperamennya sama persis dengan aura kamar ini.

Lalu di mana orang itu? Dan jam berapa sekarang?

Saat ia menoleh, di nakas samping tempat tidur, ada segelas air minum dan obat. Ia meminumnya dan salah fokus pada benda pipih hitam di samping lampu kecil yang masih menyala.

Apa itu ponsel milik Rahan? Sepertinya ini pertama kali ia melihat ponsel itu karena ia selalu beranggapan Rahan tidak memilikinya. Mara mengambilnya dan berniat untuk melihat jam karena ia tak menemukan jam dinding di kamar itu. Karena layarnya masih menyala, tak sengaja Mara membaca isinya.

Itu adalah pencarian google. Yang berhubungan dengan orang demam. Bagaimana cara mengatasinya, bagaimana cara merawat orang demam, bagaimana agar panasnya akan segera hilang, alat apa yang digunakan. Tiba-tiba Mara merasa terkejut dan lucu. Pasti tentunya pencarian itu Rahan lakukan untuknya.

Mara tertawa kecil.

"Apa kamu sudah bangun?"

Mara terkejut sehingga melempar ponsel itu dan terbanting ke lantai. Ia menutup mulut syok dan menatap Rahan yang tidak bereaksi.

Sial! Sial! Kenapa dirinya sangat ceroboh!!

"Maaf, maaf!" Mara dilanda panik. "Sungguh aku sangat terkejut hingga menjatuhkannya ..."

Mara melihat Rahan maju dan mengambilnya. Ia yakin ponsel itu pasti retak atau bahkan mati karena rusak.

"Ini mati," ujarnya pelan.

"Maafkan aku ...." Mara sangat bersalah hingga ingin menangis.

Bukan hanya itu masalahnya, dia pasti menggunakan satu-satunya ponsel itu untuk memulai masa depannya! Sedangkan Rahan sama sekali tidak memiliki laptop atau alat lain. Dan semua data-data penting masih ada di dalamnya!!

"Aku akan memperbaikinya, oke? Jangan marah. Atau apa kamu ingin membeli yang baru?"

"Tidak perlu." Rahan memasukan ponsel mati itu pada kantung celananya tanpa memiliki ekspresi di wajahnya sehingga Mara tidak tahu apa yang dia pikirkan. Rahan malah bertanya santai. "Apa kamu sudah meminum obatnya?"

"Ya itu ..." Mara masih kepikiran sehingga terus mengungkit. "Berikan ponselmu, aku akan langsung mencari tempat untuk memperbaiki dan selesai besok."

"Kenapa kamu sangat gelisah soal ponsel?"

Mara menggigit bibir dengan rasa bersalah. "Karena pasti kamu harus segera menggunakannya untuk sesuatu."

"Sesuatu? Kamu tahu apa itu?"

Rahan berjalan mendekat dengan tatapan menyelidik dan duduk di sisi tempat tidur. Mara tanpa sadar agak mundur sembari menghindari tatapan itu.

"Apa kamu juga tahu apa yang aku lakukan dengan ponsel ini?" Rahan mengacungkan ponsel itu di depan Mara.

"Ah??" Mara menatapnya bingung.

"Kamu selalu bertingkah seolah sangat tahu tentangku dan apa yang aku lakukan. Bukankah kita baru saja kenal dalam beberapa minggu ini? Dari mana kamu mengetahuinya?"

Atas Intimidasi dingin itu, Mara berkeringat dingin dan tidak tahu apa yang harus ia katakan. Ia merasa sangat bingung. Entah karena efek demam.

"Sistem, apa yang harus aku lakukan?"

Sistem sama sekali tidak menjawab. Mara tidak tahu mengapa dan sangat panik.

"Aku... aku merasa sangat pusing." Mara memegang dahinya yang berkeringat sembari mengalihkan topik pembicaraan.

Rahan masih menatapnya seperti itu. Sampai akhirnya aura dinginnya hilang dan berdiri menjauh, Mara merasa sangat lega. Tiba-tiba ponsel itu dilempar padanya.

"Perbaiki itu sesuai keinginanmu."

"Oke." Mara menjawab pelan seperti suara nyamuk.

"Setelah minum obat, pulanglah. Aku akan mengantarmu."

"Iya."

"Lain kali jangan mengintip ponsel orang lain."

Wajah Mara memerah. Ia hanya ingin melihat jam berapa!

Ah, untungnya Rahan tak bertanya lagi. Sepertinya orang ini sangat sensitif sampai menyadari tingkahnya seolah mengetahui semua tentangnya.

1
Lippe
author hiatus atau emang mau berhenti bikin cerita? Aku rindu berat /Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
selir Caesars
thorrrrrr upppppp ya Alloh
selir Caesars
thorr tenggelam kemana kau thorrr kok ga upp,thorrrrrrr uppppppo dongggggggg
fiza
Lumayan
Xi Feng Jiu
Gw bolak balik noveltoon cuman nunggu nih cerita doang, authornya kemana nih😭
Xi Feng Jiu
Kapan up kak😭
Alfiananda Puspita
author nya lagi bertapa
Alfiananda Puspita
Lamak juga ya gaes wkwk
Alfiananda Puspita
author nya ngilang lama banget ya hehehhee
Alfiananda Puspita
sabar banget Ya Allah ini
Alfiananda Puspita
masih menunggu author nya update
Alfiananda Puspita
masih menunggu update an
Alfiananda Puspita
yah belum update
putri dwi tania
lanjut kak
Alfiananda Puspita
dulu mba penulis nya sering update, sekarang kenapa ya?
Reni Purnama Sari
bagus lanjut kk
Alfiananda Puspita
gabut banget bolak-balik nungguin mba penulis update wkwk
Alfiananda Puspita
gara2 liat kim mingyu versi rambut cepak, ak slalu bayangin arhan kayak beliau wkwkwk
ganteng, gapura kabupaten, tiang listrik, bisa masak wkwkwk
Xi Feng Jiu: Rahan gak sih kak
total 1 replies
Alfiananda Puspita
rajin komen sama kasih gift, biar mba penulis rajin update wkwk
Alfiananda Puspita
masih memantau
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!