Allea Hizka Zirah. Wanita polos nan lugu, telah bersepakat dengan pacar nya akan melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius lagi. Segala sesuatu yang di butuhkan untuk melangsungkan acara sudah beres, hanya tinggal menunggu hari dan tanggal yang di tentukan.
Namun tak di sangka, mempelai pria tidak menghadiri acara pernikahan yang akan di langsungkan. Sontak hal itu mengundang riuh di acara yang di gelar dengan besar-besaran. Begitu juga dengan keluarga wanita yang menanggung malu.
Apa yang menjadi penyebab mempelai pria tidak hadir? Apakah adanya selisih paham? Apakah setelah kejadian yang menimpah Allea akan menimbulkan trauma yang mendalam? Atau malah sebaliknya?
Mari kita ikuti keseruan cerita ini yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keycapp, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERAYAAN ULANG TAHUN.
Setibanya Allea dan Ju di sebuah bangunan gedung, yang menjulang tinggi. Mereka berjalan memasuki ruangan itu, di ikuti oleh seorang anak buah Ju. Sementara yang lain nya, mencari keberadaan istri dan anak dari Deniro.
Tok... Tok... Tok..
" Masuk!" Jawab seorang laki-laki dari arah dalam.
Tanpa menunggu lama, mereka bertiga segera membuka pintu dan memasuki ruangan itu. Sebelumya mereka sudah di perbolehkan oleh sekretaris dari pemilik perusahaan ini, tanpa meminta izin lagi kepada bos nya. Menurut sekretaris Jansen, gak mungkin atasan nya menolak akan kehadiran orang yang terkenal dan pesaing bisnis yang handal di negara ini.
Sementara laki-laki yang mereka datangi tak mengalihkan pandangan nya, dari dokumen yang bertengger di meja nya.
" Halo pak Jansen!" Sapa Ju, alih-alih supaya mereka di lihat oleh si empunya.
Laki-laki yang sibuk dengan pekerjaan nya, sejenak terdiam setelah mendengar suara yang familiar di telinga nya. Tanpa menunggu lama, ia langsung mengangkat kepala nya.
" B-bu Allea? Pak Ju?" Jansen di buat terkejut, akan kedatangan sang pemuda sukses ke perusahaan nya.
" Tidak usah terkejut pak," senyum Allea, melihat keterkejutan rekan bisnis nya.
" Silahkan duduk!" Pinta Jansen.
" Baik."
Mereka sudah duduk di sofa mewah, yang tersedia di ruangan itu. Di barengi dengan teh yang di seduh, dan beberapa cemilan.
" Kami tak punya banyak waktu. Hanya kami ingin mencari salah satu karyawan yang bekerja di sini," ucap Ju langsung ke inti nya saja, selain tak suka basa-basi. Mereka juga tidak suka buang-buang waktu.
" Silahkan pak, atas nama siapa?"
" Deniro Rizky Setyo."
" Sebentar saya panggilan sekretaris saya pak."
Pak Jansen langsung meraih benda pipih milik nya, tanpa menunggu lama panggilan tersambung.
" Silahkan datang ke ruangan saya," ucap pak Jansen dari handphone nya.
" Baik pak."
Sambungan terputus.
" Sebentar pak, bu" izin pak Jansen kepada Meraka.
" Baik."
Tanpa menunggu lama, seorang wanita datang memasuki ruangan itu. Tak lupa mengetuk pintu terlebih dahulu, baru lah ia masuk.
" Ada yang bisa saya bantu pak?" Tanya perempuan itu dengan sopan.
" Deniro Rizky Setyo, hubungi dia sekarang." Pinta pak Jansen kepada Sang sekretaris nya.
" Maaf pak. Sebelumnya, beliau tidak masuk. Ia izin karna memiliki acara keluarga." Beritahu sekretaris itu.
Sejenak pak Jansen berfikir.
" Oh. Acara perayaan ulang tahun anak nya ya?" Tanya pak Jansen memastikan, karna hari sebelum nya ia seperti mengingat bahwa salah seorang karyawan nya. Mengundang dirinya, untuk menghadiri acara perayaan ulang tahun yang di gelar tak sederhana juga tak glamor.
" Betul pak."
" Boleh kasih tahu saya alamat nya?" Tanya Allea langsung, kepada sekretaris pak Jansen.
" Boleh bu," balas sekretaris itu, dan langsung menuliskan sebuah alamat di kertas putih.
" Ini bu." Perempuan itu menyerahkan kertas yang ia tuliskan tadi.
" Terimakasih." Balas Ju.
Pak Jansen sudah mengizinkan sekretaris nya pergi, sekretaris itu pergi meninggalkan meraka. Sebelum pergi, tak lupa ia membungkuk kan sedikit badan nya sebagai tanda hormat kepada para orang kalangan atas.
" Kami permisi pergi pak. Kami hanya membutuhkan itu, karna mengetahui beliau bekerja di perusahaan anda. Terimakasih.
" Baik pak, bu. Kapan-kapan singgah jika punya waktu."
" Baik."
Lalu mereka bertiga segera bergegas, tak lupa menghubungi beberapa anak buah untuk segera datang ke alamat yang telah di berikan kepada mereka.
.
Dengan laju kecepatan mobil yang tinggi, meraka sudah tiba di sebuah rumah yang mereka yakini adalah tempat tinggal Deniro dan istrinya beserta anak nya. Mengapa mereka bisa langsung menganggap bahwa itu benar rumah nya? Karna di sana, Meraka melihat dekorasi ulang tahun dan beberapa orang yang berada di luar menggunakan gaun pesta.
" Waktu yang tepat!" Ucap Allea sembari mereka berjalan, masuk ke dalam.
" Silahkan tunjukkan kartu undangan kalian," ucap sang penerima tamu, yang berjaga di depan.
Allea sedikit kesal dengan laki-laki yang berjaga di sana, ingin rasanya meremukan wajah keduanya.
" Butuh uang berapa? Akan saya berikan." Ucap Allea dengan nada dingin.
" Kami tidak butuh uang nona. Kami butuh kartu undangan, atau kalian tamu tak di undang ya." Ucap salah satu laki-laki yang berjaga di sana, dengan nada mengejek.
" Bisa jadi bang." Timpal teman laki-laki itu, membenarkan ucapan teman nya.
Bugh!
Satu tonjokan, melayang di pipi laki-laki yang pertama kali mengejek mereka. Pelakunya bukan anak buah Ju, maupun Ju sendiri. Akan tetapi Allea lah pelakunya, bagi nya laki-laki kepar\*t seperti ini tidak ada gunanya.
" Tolong jangan membuat keributan!" Pinta teman dari laki-laki, yang Allea berikan sebuah hadiah tadi.
" Minggir. Atau nyawa kalian habis sekarang juga!" Ancam Ju.
" Tidak akan pernah. Emang nya kalian siapa?!" Sanggah laki-laki itu lagi.
" Dasar sampah!"
Allea langsung memberikan kode melalui bola mata nya, kepada anak buah lain nya yang baru sampai menyusul mereka. Tanpa menunggu lama, urusan akan kedua laki-laki itu telah beres. Dan sudah sangat di yakini, ini adalah hari terakhir kedua laki-laki itu melihat indah nya dunia.
Tak ada halangan lagi, mereka kembali melanjutkan langkah sampai ke ruang utama. Di mana orang-orang sedang berpesta, merayakan perayaan ulang tahun. Allea sedikit terkejut, selain banyak nya anak-anak di Sana. Begitu juga dengan para pebisnis yang Allea dan Ju kenal, di sana.
Banyak yang menyapa Allea dan Ju, namun di balas hanya dengan senyuman terpaksa saja. Mata nya sedikit memanas melihat sepasang suami istri, dan seorang anak perempuan berdiri di sana dengan senyum bahagia. Bukan karna ia cemburu atas Deniro yang sudah menikah, namun ia tidak terima akan perlakuan Deniro kepada Ruby. Hingga Ruby harus mengalami trauma yang dalam, atas perbuatan dari laki-laki bajing\*n yang ada di depan nya itu.
Allea cukup berdiam sejenak, mendeteksi keadaan di ruangan itu. Membutuhkan waktu sebentar, untuk ia mempermalukan laki-laki itu di hadapan banyak nya rekan kerja Deniro di tempat ini. Akan membuat Deniro lebih malu, atas perbuatan nya yang telah lama.
Ting.
Sebuah pesan masuk ke email Ju, yang berisikan beberapa foto dan rekaman CCTV beberapa tahun silam. Atas bukti kejahatan Deniro di masa lalu, informasi begitu cepat di dapat oleh Daddy Tito. Berhubung Daddy Tito sudah pulang ke Indonesia, Allea langsung meminta bantuan untuk mengumpulkan bukti-bukti kejahatan itu. Supaya Deniro tidak punya celah untuk menyanggah, mereka ingin Deniro langsung kalah telak malam ini juga.
" Sudah masuk. Mungkin ini adalah waktu yang pas, sebelum acara pemotongan kue." Ucap Ju memberitahu kan.
" Baik!"
...****************...
Hayo siapa yang pada penasaran nih???
Ayo lanjut baca bab berikut nya cinta ku..