Mika dan Rehan adalah saudara sepupu.
mereka harus menjalani sebuah pernikahan karena desakan Kakek yang mana kondisinya semakin memburuk setiap hari.
penuh dengan konflik dan perselisihan.
Apakah mereka setuju dengan pernikahan itu? Akankah mereka kuat menghadapi pernikahan tanpa dasar cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pe_na, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Terjatuh.
HAPPY READING...
***
"Aku yakin kalau kau pasti belum makan, jadi alu dan Karin membawakan makanan untukku..." ucap Sasa. menyelonong masuk ke dalam rumah seolah dialah pemilik rumah tersebut. sedangkan Karin dan Mika berjalan di belakangnya sambil membawa Paperbag berisi makanan.
"Aku memang berencana tidur sampai siang..." ucap Mika. entah pukul berapa ia sampai semalam. bahkan rasanya mata gadis itu masih berat dan ingin terus di pejamkan.
"Memang kau pergi kemana?" tanya Karin. segera duduk di sofa ruang tamu memposisikan dirinya senyaman mungkin.
"Pergi ke suatu acara..." jawab Mika. tak bisa dikatakan bohong bukan? karena pada kenyataannya semalam memang Mika pergi dengan Rehan ke suatu acara.
hanya saja Mika tak bisa mengatakannya secara detail pada kedua sahabatnya itu.
Mereka bertiga tengah makan camilan yang Karin beli sebelum datang ke sini untuk mengganjal perut.
sambil makan, mereka terus bercerita tentang banyak hal dan tertawa. entah bagaimana asalnya tiba-tiba celetuk Sasa membuat Mika panik.
"Oh iya Mik... mobil siapa yang berada di Carport rumah".
Seketika Mika panik. ia bahkan tak berpikiran sampai sejauh itu. dan sekarang kedua sahabatnya butuh kejelasan tentang mobil yang memang aneh itu. apalagi memang Mika belum bisa mengemudi sendiri.
"Aku seperti tak asing dengan mobil itu... seperti pernah melihatnya..." timpal Karin.
Gawat gawat gawat.. bagaimana ini? batin Mika.
"Mm.. itu..". Mika bahkan sampai sulit menelan makanannya.
"Benar... itukan mobil yang selalu mengantarkan kau kuliah bukan?" celetuk Karin. gadis itu sangat yakin kalau Mika memang selalu diantar menggunakan mobil itu setiap kali berambkat kuliah.
"Apa dia disini juga? sepupu mu itu..." ucap Sasa penasaran.
"Tidak! tidak... mana mungkin dia ada disini.." jawab Mika dengan penuh kepanikan. sedangkan Sasa dan Karin tentu saja bereaksi aneh. padahal mereka hanya bertanya kenapa sampai membuat Mika sepanik itu.
"Ee... itu, kemarin mobil itu sedikit bermasalah... jadi dia menitipkannya disini..." ucap Mika beralasan.
"Oo...".
Semoga mereka percaya.. batin Mika penuh harap.
"Akan aku hangatkan makanan yang kalian beli tadi..." ucap Mika dan langsung beranjak meninggalkan kedua sahabatnya yang masih asyik menikmati camilan.
"Aku merasa ada yang aneh tidak?" bisik Sasa ditelinga Karin.
membuat gadis itu mengangguk setuju. entah kenapa melihat Mika yang sekarang, keduanya seakan curiga. karena Mika terlihat berbeda dari yang mereka kenal selama ini.
"Ada yang dia sembunyikan gak sih?".
"Tapi apa?" Karin tak tau.
"Entahlah..." jawab Sasa sama bingungnya.
Kedua gadis itu beranjak dari sofa.
"Oh iya Mik.. aku belum pernah melihat keseluruhan rumahmu..." ucap Sasa.
"Apa ada kolam renangnya juga?".
"Ada... itu..." tunjuk Mika pada sebuah pintu kaca yang terhubung dengan kolam renang. hanya saja sejak tinggal disini, Mika tak pernah sekalipun menggunakan kolam renang itu. bukan karena tidak suka, hanya saja terlihat aneh karena bukan dia swndiie yang tinggal di rumah ini. ada makhluk lain. Rehan.
Mata Sasa langsung berbinar. gadis itu menarik tangan Karin dan menuju ke kolam renang. "Sepertinya menyenangkan kalau kita berenang.... tempatnya juga tidak panas... iya kan Rin?" ucap Sasa bersemangat.
"Kau yakin?". Karin tak yakin dengan keinginan Sasa untuk berenang sekarang. mereka bahkan tak menyiapkan baju ganti. dan bagaimana mereka pulang nanti?
tidak mungkin kan kalau mereka pulang dengan pakaian basah.
"Lain kali saja... kalian tidak bawa pakaian ganti bukan?" timpal Mika dan mengikuti sahabatnya yang saat ini sudah berada di tepian kolam. bahkan Sasa sudah duduk di sana dan mencelupkan kakinya di air kolam.
"Bagaimana kalau berenang tanpa pakaian? hahaha...".
Mika dan Karin sama-sama tercengang dengan ide gila Sasa. bagaimana mungkin gadis itu sampai berpikir seperti itu.
"Kau gila? bagaimana kalau ada yang melihat?" protes Mika.
bagaimana jika Rehan mengetahui hal itu. akan bahaya dan pria itu pasti akan mengambil keuntungan dari semuanya. tidak! berenang tanpa pakaian bukanlah ide yang bagus.
"Ha?".
Karin bingung dengan ucapan Mika.
"Siapa yang melihat? bukankah kau tinggal sendiri Mik?".
Eh.. apa yang aku katakan tadi? Mika menegang. sepertinya ia salah berucap tadi. dan sekarang kedua sahabatnya itu menatap dirinya dengan penuh tanda tanya.
"Maksudku itu... e.. CCTV... ya ada CCTV di kolam ini...bahaya jika kita melakukannya..." ucap Mika beralasan.
dan untung saja Sasa dan Karin percaya.
kalau tidak, Mika akan lebih repot lagi nanti.
Mika! kau itu jangan asal bicara! batin Mika mengutuk dirinya sendiri.
Sedangkan di lantai atas. Rehan tengah mengintip di balik jendela kamarnya. pria itu mengamati suasana. apalagi terdengar Mika dan sahabatnya mengobrol tanpa henti.
"Sial! aku kelaparan..." gumam pria itu. bagaimana tidak, sekarang jam sudah menunjuk ke angka 1 siang. sedangkan Rehan sejak pagi belum memakan apapun.
pria itu benar-benar tersiksa berada di kamarnya tanpa makanan apapun. tidak mungkin kan dia hanya mengisi perutnya dengan air? yang ada Rehan akan kembung nanti. sedangkan untuk turun dan mengambil makanan juga tak mungkin. Rehan sudah berjanji pada Mika untuk tidak menampakkan diri saat kedua sahabat dari gadis itu masih di rumah ini.
Tapi aku bisa mati disini! batin Rehan berontak.
ia tak bisa bertahan lebih lama lagi. Rehan benar-benar ingin keluar segera mungkin.
Pria itu mengamati sekitar. memutar otak untuk bisa keluar dari kamarnya. Tapi bagaimana caranya? sedangkan satu-satunya akses untuk keluar dari kamar adalah lewat jendela. tentu saja hal itu tidak mungkin Rehan lakukan karena untuk turun, ia harus terjun dari ketinggian. yang ada Rehan bisa mati atau paling tidak tulangnya akan patah.
"Tapi dengan tali sepertinya aman..." gumamnya seorang diri.
Terlintas ide dalam kepalanya. Rehan akan turun menggunakan sebuah tali yang ia ikat pada ranjang kamarnya.
"Sepertinya ide bagus...". pria itu tersenyum.
Dan tanpa berpikir panjang, Rehan langsung mengambil tali. mengikatnya pada ranjang dengan kencang. sedangkan sisi lain tali itu sengaja ia lempar ke bawah dan tergantung sampai di depan mobil.
Rehan menarik tali itu berulang kali. memastikan bahwa ikatannya kuat dan mampu menopang berat tubuhnya nanti.
Dirasa sudah siap, Rehan mulai menaiki jendela dan bersia turun sambil berpegangan tali. pria itu berusaha untuk tidak menimbulkan suara yang akan membuat para gadis penasaran.
Pelan Rey.. pelan-pelan saja... gumamnya.
"Mika.. kita pulang yaaa..". teriakan salah satu gadis itu mengejutkan Rehan. membuat Rehan yang hampir berhasil itu menjadi panik. mau turun juga belum bisa sedangkan untuk kembali naik juga mustahil.
"Gawat!". Rehan semakin panik. kalau seperti ini ia akan dikira pencuri karena berada di rumah orang lain lewat atap.
Rehan semakin panik mendengar percakapan di ruang tamu. dan sebentar lagi tamu itu akan pulang.
hingga pegangan tangan Rehan terlepas dan
Bruuukkk....
terdengar sesuatu yang berat itu terjatuh dari atas.
"Eh, kau dengar itu?" ucap Karin yang sudah berada di ambang pintu menyadari sesuatu. "Seperti ada yang jatuh...".
Mika dan Sasa saling pandang. karena keduanya sibuk bicara tadi sampai tak mendengar apa yang didengar oleh Karin.
"Kalian dengar tidak?".
Tentu saja Mika dan Sasa menggelengkan kepalanya. karena gadis itu tak mendengar apapun.
Jangan-jangan pria itu? batin Mika.
Sedangkan Rehan yang jatuh tepat di depan mobil bertambah panik. belum juga ia mengeluh karena terjatuh, pria itu berusaha untuk bangkit dan meninggalkan tempat itu. takut ketahuan.
"Aww.. gawat..".
dengan menyeret tubuhnya, Rehan berusaha sembunyi. ia tak mau ketahuan.
jadi pria itu memutuskan untuk duduk di depan mobil dan berusaha menyembunyikan dirinya.
"Mika, kami pulang dulu yaa..." pamit Sasa.
"Aku juga..." ucap Karin.
"Hati-hati ya..." jawab Mika.
ketiga gadis itu sudah berada di ambang pagar besi. sedangkan Rehan masih sembunyi dan sesekali mengintip sambil kesakitan.
"Kita akan sering-sering main kesini..." ucap Sasa penuh semangat.
Agghhh.. bukan ide yang bagus.. batin Mika. tapi gadis itu berusaha untuk tersenyum seolah suka dengan ide Sasa barusan.
Hingga para sahabatnya pulang, Mika kembali menutup pagar besi. hendak berjalan masuk ke dalam rumah, gadis itu terkejut dengan suara minta tolong.
"Mikk.. Tolong...".
"Rey! apa yang kau lakukan?". Mika panik melihat sosok Rehan yang terduduk di depan mobil.
"Kau kenapa?".
"Bantu aku..." keluh Rehan.
***