Aku adalah Dara, aku pernah menjalin hubungan dengan Bastian semasa sekolah, tapi karena tidak direstui, akhirnya hubungan kami kandas.
Akhirnya aku menikah dengan seseorang laki-laki lain, Lima tahun kemudian aku bertemu dengan Bastian kembali, yang ternyata sudah menikah juga.
Pernikahanku yang mengalami KDRT dan tidak bahagia, membuatku dan Bastian menjalin hubungan terlarang setelah Lima Tahun.
Salahkah, aku Mendua ~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Dua
"Jadi mama yang sengaja menjodohkan Dara dan Rico?" tanya Bastian dalam hatinya.
Bastian masih bersembunyi, ingin tahu apa saja yang mereka obrolkan. Walau sebenarnya dia ingin sekali muncul dan bertanya, kenapa mamanya begitu tega memisahkan dia dan Dara? Padahal wanita itu tahu jika sang putra sangat mencintai Dara.
Tangan Bastian terkepal menahan amarah, tapi dia paksakan tetap bersembunyi. Ingin tahu rahasia apa lagi yang kedua wanita itu sembunyikan.
"Mama juga jangan lupa akan peranku dalam memutuskan hubungan mereka. Aku sengaja tak memberikan nomor ponsel Dara yang baru, padahal Bastian selalu tanya, dan aku katakan tidak tau!" seru Fanny.
"Memutuskan hubungan saja tak cukup, Fanny. Kau juga harus membuat Bastian jatuh cinta denganmu. Buktikan jika kau pantas dicintai dan lebih baik dari Dara itu!" balas Mama Erna.
"Apa yang tak aku lakukan, Ma. Aku berusaha jadi istri yang baik, tapi Bastian tak pernah menganggap aku ada," ucap Fanny dengan lirih.
Mama Erna terdiam mendengar ucapan menantunya itu. Ada rasa kasihan mendengar ucapannya.
Sedangkan Bastian di tempat persembunyiannya mencoba menahan amarah. Dia tak boleh gegabah, membuka semuanya saat ini. Jika mereka berdua bisa membohonginya, pria itu juga akan melakukan hal sama. Dia akan berpura-pura tak tahu semua yang dilakukan mereka.
"Mungkin satu-satunya cara agar kalian bisa tetap bersama adalah anak. Kamu seharusnya memberikan anak untuk Bastian. Anak bisa mengikat kedua orang tuanya agar tetap bersama," ucap Mama Erna.
Fanny tampak terkejut mendengar ucapan mertuanya. Dalam hatinya tak bisa terima dengan saran wanita itu.
"Bagaimana aku bisa hamil, jika sampai hari ini kami belum berhubungan badan. Bastian selalu berkata belum siap, dan takut aku hamil. Takut mengganggu kuliah," gumam Fanny dalam hatinya.
Fanny sebenarnya juga telah memikirkan itu. Setiap malam dia mencoba menggoda Bastian agar menidurinya. Bahkan sampai dia pernah merendahkan diri dengan berpakaian haram, agar dia tergoda. Tapi, ternyata dia sama sekali tetap tak memandang. Bahkan memandangi dirinya dengan tatapan jijik.
Fanny menarik napas dalam, memikirkan cara apa yang bisa membuat dia ditiduri Bastian. Apa dia harus memakai cara kotor? Tanya wanita itu dalam hatinya.
"Kamu tak memakai alat kontrasepsi 'kan?" tanya Mama Erna membuat lamunan wanita itu buyar.
"Tak ada, Ma. Mungkin belum diberikan kepercayaan sama Tuhan. Aku akan berusaha untuk bisa hamil, Ma. Bagaimana pun caranya!" seru Fanny.
Mendengar mereka hanya bicara tentang kehamilan, Bastian berinisiatif untuk keluar saja dari tempat persembunyiannya. Dia akan berpura-pura tak mengetahui semuanya, walau mungkin itu sulit.
Bastian keluar dari tempat persembunyiannya. Dia berjalan menuju meja makan, tempat di mana kedua orang itu sedang mengobrol.
"Selamat Pagi, Ma," sapa Bastian dengan suara yang di buat seperti biasa agar tak ada yang curiga dengan perubahan sikapnya.
"Selamat Pagi. Dari mana aja kamu? Pergi tengah malam dan baru pulang saat ini. Di mana kamu tidur tadi malam?" tanya Mama Erna dengan tatapan menyelidik. Dia menatap putranya dari ujung kepala hingga kaki.
Mama Erna melihat baju Bastian yang kusut dan ujung lengannya ada sobek. Itu karena di tarik Dara saat akan melahirkan tadi.
"Kenapa ujung tangan bajumu sobek?" tanya Mama Erna.
Bastian lalu memandang ke tangan bajunya. Dia tersenyum mengingat Dara. Dalam hatinya ingin segera ke sana lagi melihat bayi mungil yang cantik itu.
"Bastian ...! Mama tanya, bukannya menjawab malah senyum-senyum. Kenapa ujung bajumu sobek?" Mama Erna mengulangi pertanyaannya.
"Tersangkut paku. Mama masak apa? Aku lapar," ucap Bastian mengalihkan pertanyaan sang mama. Dia sama sekali tak menyapa Fanny.
"Kamu sebaiknya jujur saja, Tian. Di mana kamu tidur tadi malam?" tanya Fanny.
"Di rumah sakit!" jawab Bastian dengan suara datar.
"Kamu jangan bercanda. Aku tanya serius, Tian. Kamu kenapa tidur di rumah sakit?" Kembali Fanny bertanya.
"Aku sudah mengatakan yang sebenarnya. Kalau kamu tak percaya, aku bisa apa," jawab Bastian santai.
Bastian lalu mengambil mie goreng sepiring dan menyantapnya. Dia tak peduli kedua wanita itu menatapnya dengan pandangan menyelidik.
Setelah makan, Bastian langsung menuju kamarnya yang berada di lantai atas. Fanny mengikutinya. Sampai di kamar, pria itu merebahkan diri. Dia akan tidur menjelang siang. Jam satu dia akan ke rumah sakit lagi.
"Bastian, kamu tak bisa terusan begini. Kamu tak menghargai aku sama sekali. Aku ini istrimu, bukan hanya pajangan. Kita menikah, tapi masih seperti asing. Jika ada yang tak kamu suka dariku, katakan saja. Biar aku bisa mengubahnya," ucap Fanny.
Rasanya ingin putus asa untuk mendapatkan cinta Bastian. Namun, dia malu jika harus mundur saat ini. Kemana wajahnya mau di taruh, apa kata teman-teman mereka jika tahu pernikahannya dan Bastian hanya seumur jagung. Apa lagi sebelum mereka menikah, semua temannya telah meragukan cinta pria itu. Mereka tahu bagaimana bucinnya pria itu dengan Dara.
"Aku tak suka hidup denganmu. Jadi lebih baik kita berpisah!" seru Bastian.
Fanny tak menduga jika Bastian akan mengatakan itu. Selama ini dia memang tak pernah perhatian, tapi tak terucap kata pisah
sukses selalu mama reni😍😍😍😍😍
aduh maaf Mak Lom smpt ke cono sibuk..mm🙏🙏🙏ntr saya kejar bap deh mak