Sejak lahir, Jevan selalu di kelilingi oleh para perempuan. Ia tak pernah tahu dunia lain selain dunia yang di kenalkan oleh ibunya yang bekerja sebagai penari pertunjukan di sebuah kota yang terkenal dengan perjudian dan mendapat julukan The sin city.
Jevan terlihat sangat tampan sampai tak ada satupun perempuan yang mampu menolaknya, kecuali seorang gadis cuek yang berprofesi sebagai polisi. Jevan bertemu dengannya karena ia mengalami suatu hal yang tak lazim di hidupnya.
Peristiwa apakah yang telah di alami oleh Jevan? Ikuti ceritanya yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sitting Down Here, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 Pernikahan Cherly dan Rafe
"A... Ayah?"
"Mempelai wanita seharusnya di dampingi oleh ayahnya sebelum berjalan ke altar bukan?"
"Oh ayah!"
Cherly lalu menghamburkan dirinya ke pelukan ayahnya.
Karena selama ini Cherly tidak mengetahui keberadaan ayahnya, jadi ia memutuskan pria yang mengantarkan dirinya ke hadapan Rafe adalah Jevan. Sebelumnya Jevan sempat protes karena seharusnya tugasnya adalah sebagai best man atau pendamping pengantin pria. Jadi dengan izin Rafe, Jevan meminta bantuan Ron untuk mencari keberadaan kedua orang tua Cherly. Waktunya memang singkat, tetapi akhirnya ia berhasil juga.
Awalnya Cherly masih terus menangis sampai ia tak sanggup untuk berkata-kata. Kemudian sebuah suara lain terdengar di belakang Cherly.
"Sudahlah Cherly sayang, jangan menangis terus. Nanti make-up kamu jadi luntur"
Cherly mengenali suara itu. Suara yang dulu selalu menemaninya dengan bernyanyi tiap kali ia tidak bisa tidur ketika kecil dulu.
"Ibuuu... "
Cherly lalu menghamburkan dirinya ke dalam pelukan ibunya. Setelah itu ia baru sadar kalau ibunya tak datang sendiri melainkan dengan suami keduanya atau ayah tiri Cherly. Selama ini Cherly baru sekali bertemu dengan suami ibunya yang bernama Dan.
"Terima kasih kalian telah datang ke sini. Aku begitu bahagia sampai meneteskan air mata yang tak sanggup ku hentikan sendiri. Terima kasih juga untuk Uncle Dan karena telah mengizinkan ibuku untuk datang kesini"
"Sure, honey. No problem..."
Cherly kemudian kembali memeluk kedua orang tuanya dengan erat. Setelah itu ia kembali di make-up oleh staf wedding planner. Setelah itu ia berbicara dengan Jevan.
"Jevan... Bagaimana..."
"Cerita lengkapnya nanti saja, Cher. Kamu harus bergegas karena Rafe sudah menunggumu di altar"
"Oh iya... Benar juga"
Cherly kemudian mencium pipi Jevan.
"Terima kasih, Jev. Kamu memang benar-benar sahabat terbaik kami"
"Sama-sama, Cher. Kan aku sudah pernah bilang, kalau kamu bahagia sudah pasti aku juga ikut berbahagia"
Jevan kemudian keluar ruangan terlebih dahulu untuk menemui Rafe.
"Bagaimana, Jev? Apakah Cherly bisa menerimanya dengan baik?"
"Well... Dia banyak menangis sih, tapi dia menangis karena bahagia kok"_
"Syukurlah kalau begitu"
Tak lama kemudian, musik mengalun indah untuk mengiringi kedatangan mempelai wanita yang di temani oleh ayahnya. Senyum menghiasi wajah Cherly yang bahagia. Jevan kemudian menyenggol lengan Rafe.
"Jangan kebanyakan bengong, Rafe. Nanti kamu lupa sama latihan kamu"
"Aku bukannya bengong, tapi lagi terkesima. Cherly terlihat cantik kan, Jev?"
"Iya, dia terlihat cantik, Rafe"
"Tapi jangan kelamaan liatin Cherly, Jev. Karena dia milikku"
"Yeah, aku tahu itu"
Setelah Cherly dan ayahnya akhirnya tiba di hadapan Rafe, mereka lalu mulai melakukan proses upacara pernikahan. Awalnya Rafe merasa gugup, tetapi akhirnya ia mengucapkan sumpah pernikahan dengan lancar. Begitu juga dengan Cherly.
***
Kedua orang tua Cherly dan juga Mama Rafe kemudian berkenalan untuk pertama kalinya karena saat itu mereka memang baru bertemu. Setelah berfoto bersama, Cherly kemudian meminta waktu untuk berbicara bertiga dengan kedua orang tuanya.
Sambil menunggu Cherly berbicara dengan kedua orang tuanya, Rafe minum bersama Jevan.
"Setelah ini kau harus bersiap untuk pidato sebagai best man, Jev"
"Aku tak suka bicara di depan orang banyak. Lagipula isi pidato aku kayaknya payah. Bisakah aku skip bagian itu?"
"Ohoo... Tentu saja tidak bisa, brother"
"Kau kadang memang menyebalkan, Rafe"
"Masa? Bukannya kamu yang justru menyebalkan?"
"Jangan buat aku kesal, Rafe. Kalau aku memukul kamu kan ga lucu. Masa pengantin pria mukanya lebam sih?"
"Memangnya aku ga bisa balas, hah? Ayo sini pukul aku!"
"Astaga, kalian kenapa sih? Masa di hari penting ini kalian masih aja pengen bergulat?"
"Cherly sayang, udah selesai ya ngobrol sama orang tua kamu?"
"Udah. Terima kasih ya, Rafe. Aku senang sekali akhirnya bisa bertemu dengan kedua orang tuaku. Hubungan kami juga jadi semakin membaik. Tadi kami sempat bertukar nomor telepon. Aku lega mereka masih ingin berhubungan baik denganku"
"Tentu saja, kamu kan anak mereka. Aku senang jika kamu senang, Cher. Tapi ini semua berkat Jevan, jadi kamu harus berterima kasih juga padanya"
"Aku sudah melakukan itu tadi. Iya kan Jev?"
"Iya, Cher"
"Aku juga harus berterima kasih padamu karena selalu mendukung hubunganku dengan Cherly. Dan aku juga bersyukur karena kamu tak pernah menyentuh Cherly, sehingga Cherly menjadikan aku sebagai pria yang pertama baginya"
Jevan bertukar pandangan dengan Cherly. Sepertinya Cherly tak sepenuhnya jujur dengan Rafe. Jevan dan Cherly memang tak pernah melakukan hubungan se*sual, tapi yang jelas Cherly memang pernah menyentuh seluruh tubuh Jevan dan mereka juga pernah berciuman. Tapi karena sepertinya Cherly memutuskan untuk tak menceritakan yang sebenarnya kepada Rafe, maka Jevan akan mengikuti kemauan Cherly. Lagipula itu bukan masalah besar bagi Jevan.
"Ya itu benar, Rafe. Kamu memang beruntung telah memilikinya"
"Aku memang merasa beruntung, Jev"
"Tapi nanti aku boleh berdansa dengan Cherly kan setelah ia berdansa dengan ayahnya?"
"Tentu saja boleh. Sekarang persiapkan dirimu untuk pidato, Jev"
"Sialan, aku benci ini!"
Rafe dan Cherly lalu menertawakan Jevan yang akhirnya terpaksa maju dan berpidato untuk kedua mempelai. Walau ia sudah membuat pidato sebelumnya dan membawa catatan pidatonya di tangannya, ia tetap saja merasa gugup. Tapi tamu-tamu lain terutama yang berjenis kelamin wanita tak bisa melepaskan pandangan mereka dari Jevan yang terlihat tampan dengan memakai setelan jas yang warnanya cocok dengan mata coklatnya.
***
Selain melibatkan Jevan dan Simone di pesta pernikahan Cherly dan Rafe, mereka juga turut mengundang Nino yang sudah keluar dari penjara dan membuat Jevan dan mommy-nya harus kembali melakukan pekerjaan mereka untuk Nino, mereka juga mengundang Louisa dan Jenny.
Setelah berdansa dengan Cherly, Jevan lalu di tarik oleh Nino ke tempat yang agak sepi untuk bicara.
"Jev, aku tau kau dekat dengan Cherly sebagai mantan klienmu. Tapi aku peringatkan kamu, karena mereka yang sudah kau anggap sebagai sahabat ini sekarang sudah menikah, bukan berarti kamu juga bisa menikah seperti mereka. Apakah kamu paham maksudku?"
"Ya tentu saja aku paham, Nino. Tak perlu sampai memberiku peringatan. Aku tahu siapa diriku"
"Baguslah kalau kamu paham"
"Permisi, maaf kalau aku mengganggu pembicaraan kalian"
Seorang wanita muda yang cantik dengan dandanan glamor yang sepertinya menunjukkan kalau ia dari kalangan berada menyela pembicaraan mereka. Kalung emas berukuran besar yang melingkari lehernya membuat Nino terpukau.
"Tidak apa-apa, nona. Apakah ada yang bisa kami bantu?"
"Saya hanya ingin berkenalan dengan pria muda ini. Anda siapa? Apakah anda paman dari pria ini?"
"Ya, saya pamannya. Dan pria muda tampan ini bernama Jevan"
"Halo Jevan, saya Lucinda. Senang berkenalan denganmu"
Wanita itu lalu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Jevan dan Jevan menyambutnya sambil menunjukkan senyumnya yang memukau.
"Halo Lucinda... Senang berkenalan denganmu juga"
"Ini kartu nama saya. Jadi, segera hubungi saya ya. Kalau bisa sebelum saya kembali ke New Orleans"
Tetapi sebelum Jevan mengambil kartu nama tersebut Nino sudah terlebih dahulu mengambilnya dan itu membuat Lucinda memandang Nino dengan tatapan heran bercampur kesal.