Kehidupan Elizah baik-baik saja sampai dia dipertemukan dengan sosok pria bernama Natta. Sebagai seorang gadis lajang pada umumnya Elizah mengidam-idamkan pernikahan mewah megah dan dihadiri banyak orang, tapi takdir berkata lain. Dia harus menikah dengan laki-laki yang tak dia sukai, bahkan hanya pernikahan siri dan juga Elizah harus menerima kenyataan ketika keluarganya membuangnya begitu saja. Menjalani pernikahan atas dasar cinta pun banyak rintangannya apalagi pernikahan tanpa disadari rasa cinta, apakah Elizah akan sanggup bertahan dengan pria yang tak dia suka? sementara di hatinya selama ini sudah terukir nama pria lain yang bahkan sudah berjanji untuk melamarnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melaheyko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LAKI-LAKI SOMBONG!
Sudah menjelaskan bagaimana pun, Ali tetap saja datang ke restoran untuk melihat Elizah. Elizah hanya bisa membeku melihat pria itu.
Ali duduk sembari terus menatap ke arahnya. Entah Ali benar-benar cinta, atau cintanya berubah menjadi obsesi.
Ali tidak berniat untuk mendekat pada Elizah. Tapi, kehadirannya sangat membuat Elizah risih.
“Apa aku perlu mengusir dia, Zah?” Adit menyadari ketidaknyamanan Elizah.
Elizah menggeleng.
“Enggak usah, Mas. Biarin aj, mungkin dia memang cuman mau makan aja di sini.”
Adit mengamati Ali dan tetap saja dia takut Ali akan berbuat nekad.
“Kalian sebenarnya punya hubungan atau apa? Karena Sofi pernah bercerita kalau dia sempat melihat kamu bersama laki-laki itu.”
Ungkapan Adit membuat Elizah membulatkan matanya kaget, Sofi melihat kebersamaannya dengan Ali?
Elizah diam sejenak, memikirkan jawaban yang harus dia berikan.
“Dia pacarmu?” selidik Adit, ada perasaan cemburu karena jelas dia terang-terangan menunjukkan perhatian spesial, karena dia ingin menjalin hubungan dengan Elizah.
Elizah tersenyum gugup..
“Bukan, Mas. Mungkin Sofi melihat kami sedang mengobrol waktu itu, aku memperingatkan dia supaya tidak mengganggu lagi.”
Adit melirik Ali kembali.
“Sepertinya Ali itu adalah sainganku untuk mendapatkan Elizah.” Adit kesal, tidak akan pula dia membiarkan Ali lebih unggul daripada dirinya.
Ali memang datang untuk memanjakan perutnya yang lapar. Sekaligus mencari-cari kesempatan untuk bisa memandangi Elizah. Jelas dia tahu perempuan itu sudah menikah, tapi perasaannya tetap saja tak bisa rela Elizah dengan pria lain.
Ali pergi setelah menghabiskan makanannya. Terlihat ketenangan di wajah Elizah setelah Ali pergi.
Waktunya pulang, Sofi menunggu Adit karena mereka ada urusan keluarga yang membuat mereka harus pergi bersama. Sofi tersenyum melihat Natta datang untuk menjemput Elizah.
Natta tidak mendekat, tapi Sofi yang mendekatinya.
“Hai, Mas Natta.” Seperti biasa, ia selalu ceria menyapa.
“Nungguin Elizah, ya? Aku juga nungguin mas Adit.”
Sofi tersenyum tapi Natta tidak meresponsnya. Sofi tidak peduli, sikap dingin Natta malah membuatnya merasa gemas.
“Mas Natta, sebentar lagi aku ulang tahun, loh. Ada rencana mau merayakannya di puncak, nanti mas Natta sama Elizah ikut, yak?” Sofi berharap tidak ada penolakan.
“Kamu bicara saja dengan Elizah.” Natta membalas dengan dingin dan Sofi mengangguk-anggukk.
Ponsel Sofi berdering, dia melihatnya dan ternyata Reddy yang lagi-lagi meneleponnya. Meminta balikan.
Sofi tersenyum pada Natta. Menjauhi Natta untuk mengangkat telepon sebatas ingin memaki mantan kekasihnya itu.
Adit dan Elizah juga terlihat, Natta melihat Elizah yang begitu lusuh. Jelas sekali bahwa istrinya itu sangat lelah.
“Jangan ganggu aku lagi! Gila kamu.” Sofi memaki. “Kamu juga tahu, aku sudah punya pacar.”
Sofi jengkel, mematikan telepon. Sosok pacar yang dia akui kepada Reddy adalah Natta.
“Mas,” kata Elizah setelah sampai di depan suaminya.
“Ayo,” ucap Natta sambil melirik ke belakang.
“Elizah, aku sama mas Adit duluan, ya. Kami ada urusan.” Sofi melambaikan tangan dan Elizah membalasnya.
Sekarang, Natta dan Elizah meninggalkan tempat tersebut.
Sesampainya di rumah, Fatmawati menyambut dengan makan malam yang sudah siap. Aroma masakannya menguar memanjakan siapa saja yang menghirup. Elizah yang merasa lapar semakin tidak tahan melihat sup ayam, gorengan tempe, dadar telur dan sambal.
“Kamu pasti capek, Zah.” Fatmawati tersenyum, Elizah membalasnya.
“Ayo, Mas, makan.” Zoya dengan begitu anggun menarik kursi, meletakkan piring dan juga sendok.
Elizah termenung melihat Zoya melayani suaminya begitu sopan dan telaten.
“Lagi?” kata Zoya.
“Cukup,” balas Natta.
Elizah sudah mulai menyantap makan malamnya. Duduk di dekat Fatmawati.
Fatmawati melirik Natta dan Elizah bergantian. Senyam-senyum, dia sangat bahagia melihat keduanya yang begitu serasi.
“Andai dia masih ada. Mungkin dia adalah orang yang paling bahagia melihat Natta sudah menikah.”
Fatmawati bergumam sedih. Matanya yang berair disadari oleh Natta. Fatmawati tersenyum lebar ketika Natta memandanginya.
Setelah mereka selesai, mereka bubar. Natta berdiam diri di balkon, Rafan hari ini kembali mengadu soal Ali yang kembali datang ke restoran. Mengamati istrinya. Natta jadi penasaran dengan sosok Ali ini.
Natta menoleh ketika bahunya disentuh, Fatmawati mendekatinya.
“Kamu sama Elizah ada masalah?” Wanita itu bertanya dengan suara getir.
“Sama sekali tidak. Memangnya kenapa sampai Ibu bertanya begini?”
Fatmawati terdiam sejenak..
“Kalian berdua sibuk. Seharusnya, pengantin baru itu banyak menghabiskan waktu bersama. Bulan madu?” Fatmawati mengeluh sekaligus memberikan usul.
“Setiap hari kami bertemu. Kenapa Ibu begitu khawatir?”
Fatmawati memukul lembut tangan Natta.
“Itu jelas beda. Luangkan waktu khusus untuk istrimu itu, Natta. Supaya dia merasa diperlakukan spesial, dia istri kamu.”
Natta terdiam dan Fatmawati menatap langit gelap malam.
“Kamu sudah dewasa. Ibu masih merasa ini mimpi, kamu memutuskan untuk menikah walaupun Ibu kesal karena pernikahan itu mendadak dan Ibu nggak bisa datang.”
Natta tersenyum kecil.
“Resepsi pernikahan. Apa kalian tidak memikirkannya? Semua orang harus tahu kalau kamu sudah memiliki istri, istri yang sangat cantik.”
“Aku belum memikirkannya,” kata Natta. Karena dia juga merasa bingung dengan rumah tangganya sekarang.
“Lekas rundingkan itu dengan istrimu. Ibu kepingin melihat kamu dengan Elizah di pelaminan,” kata Fatmawati begitu senang dan Natta hanya tersenyum. Fatmawati berlalu dan Natta merebahkan tubuhnya, Oli langsung datang melompat ingin dimanjakan.
Natta menatap kucing di atas tubuhnya itu. Andai Eli seperti Oli, yang selalu mendekat ingin dimanjakan, demi Tuhan dia tidak akan melewatkan kesempatan sedetikpun.
Natta melihat waktu di ponselnya. Zoya dan Elizah pergi ke minimarket dan belum kembali..
Dua gadis itu pergi bersama untuk membeli camilan. Mereka berjalan beriringan. Zoya mendekat dan Elizah tidak banyak bicara. Ada perasaan yang mengganjal di pikirannya tentang sosok Zoya ini.
“Elizah, apa aku boleh bertanya?” Zoya begitu penasaran dan Elizah mengangguk, “kamu sama mas Natta ketemu dimana?”
Elizah mengernyit, terbayang langsung pertemuan pertama kali dengan Natta di Bus kala itu. Natta yang tidak mau mengalah.
“Tidak sengaja kami bertemu di Bus.” Elizah menjawab jujur, Zoya tersenyum.
“Pasti mas Natta bersikap romantis, ya? Sampai kalian bisa dekat dan menikah.”
Elizah menahan senyum mendengarnya.
“Hahahah, itu bukan adegan dalam drama, Mbak. Aku malah kesal ketika awal ketemu sama mas Natta.” Elizah tertawa garing dan Zoya melirik.
“Kesal kenapa?”
“Laki-laki sombong, nggak mau mengalah!” maki Elizah dan Zoya terbahak.
“Kayaknya kamu kena karma, deh! Jadinya sekarang kalian menikah, memang benar kata orang kita jangan berlebihan membenci seseorang nantinya jadi sayang.” Zoya cengar-cengir dan Elizah menggeleng-gelengkan kepalanya sambil cengir.
“Andai kamu tahu seperti apa rumah tangga kami,” kata Elizah dalam hati.
Sedang asyik-asyiknya mengobrol, tiba-tiba sebuah motor besar melaju cepat. Elizah dan Zoya bersiap untuk menyeberang, motor itu melaju ke arah mereka. Bukan tidak sengaja, memang disengaja.
“Awasssss!” Jerit Zoya, Elizah tersungkur dan meringis.
Sementara Zoya juga jatuh tapi Elizah kesakitan sambil memegangi pinggangnya. Zoya mengumpat! Meneriaki motor itu dan beberapa orang di sekitar mendekat untuk menolong.
“Kenapa, Elizah? Mana yang sakit?” tanya Zoya panik. Dia tidak akan bisa memaafkan dirinya karena sudah teledor, tidak menjaga Elizah dengan baik. Zoya yakin Natta akan marah padanya.
Elizah hanya terus meringis, semakin lama air matanya luruh. Pinggangnya sakit membentur pembatas jalan. Tapi, jika Zoya tidak melakukannya, Elizah mungkin akan terluka lebih parah karena diserempet.
Mereka pulang dan Zoya membantu Elizah berjalan. Natta dan Fatmawati terkejut dengan kedatangan keduanya.
“Ibu, Elizah jatuh.”
Natta mendekati Elizah. Melihat istrinya kesakitan.
“Jatuh dimana? Kenapa bisa?” Natta berbicara dengan keras dan Zoya menunduk takut.
“Kenapa kamu marah sama Mbak Zoya? Ini bukan salah Mbak Zoya, aku jatuh karena ada motor kebut-kebutan.” Elizah menjelaskan di tengah merasakan sakitnya.
“Duduk, biar Ibu lihat.” Fatmawati yang punya keahlian khusus dalam , memijat, meminta Elizah duduk. Zoya dengan sigap mengambilkan minyak kelapa yang selalu dibawa Fatmawati.
Semangat
Tulisanmu sdh semakin terasah
Mirza emang ya keras kepala takut banget turun martabat nya