NovelToon NovelToon
Become The Duke'S Adopted Daughter

Become The Duke'S Adopted Daughter

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:74.4k
Nilai: 5
Nama Author: Atiiqah Alysia Hudzaifah

Maulidya Alissa Agraham, atau yang kerap disapa Lidya, gadis 20 tahun yang mati ketika menjalani sebuah misi. Hidupnya yang dipikir sudah berakhir justru malah terbangun di raga seorang gadis didunia lain yang dikenal buruk dalam beretika. Sikapnya yang pemalu dan tidak percaya diri membuatnya diolok-olok oleh bangsawan lain.

Namun sebuah perubahan terjadi ketika gadis itu terbangun dari pingsannya. Sikapnya tiba-tiba berubah menjadi tegas dan tidak mudah ditindas membawa kehebohan besar diseluruh Kekaisaran. Mereka yang menghinanya dulu kini berlutut memohon ampunan. Para pelayan yang merendahkannya terbujur kaku dengan kepala yang terpisah. Ditambah lagi, kedatangan Lidya saat itu membawa banyak perubahan sejarah di seluruh Kekaisaran.

Misinya adalah menjadi wanita terkaya disana

Namun apadaya jika semua laki-laki justru tertarik padanya?

Dan, takdir? Apakah benda ini benar nyata?

Semua keanehan ini..

Tidak masuk akal

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atiiqah Alysia Hudzaifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32 | Musik, lelah dan dendam

Pada akhirnya, acara kemarin berakhir kacau, namun bagi Lidya, itu sangat baik. Semua rencananya berjalan lancar. Dari membungkam mulut mereka hingga memberi mereka pelajaran, semua sudah dilakukan. Tak terkecuali memperkenalkan butik miliknya yang kini, pembukaannya sangat ditunggu oleh semua orang. Terlebih ketika selembaran kertas atau biasa disebut poster undangan dipasang disetiap sudut Kekaisaran.

Semua orang membaca poster tersebut. Mereka bingung dan juga penasaran. Dan satu-satunya hal yang bisa mengobati rasa penasaran mereka adalah hari itu, hari dimana butiknya akan dibuka.

Dan gosip tentang dirinya pun kini telah menyebar, gosip dengan maksud baik tentunya. Pertikaian kemarin pun turut menjadi bahan gosip, bahkan rumor tentang hukuman Isabella pun tak luput jadi perbincangan masyarakat.

Para bangsawan kini tidak memandang rendah dirinya, tidak ada lagi gosip mengenai dirinya yang bodoh dan gagal dalam beretika, semua berubah menjadi bangsawan jenius yang belajar etika dengan cepat dan sempurna.

Lidya sedang dalam perjalanan menuju ruangan dimana duke berada, ditemani Meylin disisinya, mereka melewati para pelayan yang memberi hormat ketika mereka lewat.

Sampai didepan ruangannya, kedatangannya disambut beberapa kesatria yang menjaga. Setelah mendapat izin, tanpa menunggu lama ia masuk dan terpampanglah wajah ayahnya yang saat ini sedang menulis. Rupanya pria itu tidak sendiri, ada Hendrick yang mungkin tengah melaporkan beberapa hal.

"Selamat pagi, ada apa ayah memanggilku kemari?"

Duke tidak menjawab, dia meletakkan kuas ditangannya lalu menatap Hendrick yang saat ini tengah melempar senyum pada Lidya.

"Berikan kami waktu berdua"

Hendrick yang mendengarnya menunduk hormat "baik" Ucapnya lalu keluar meninggalkan mereka berdua.

Setelah kepergiannya, lagi-lagi kesunyian kembali menerpa mereka.

Alverd menatapnya beberapa saat lalu berbicara "mari kita duduk dan mengobrol disana." Ajaknya yang dibalas anggukan setuju Lidya.

Tak lama setelah mereka duduk, Alverd segera meminta para pelayan untuk menyiapkan kudapan untuk menemani mereka. Setelah semuanya siap, dia mulai bicara "Kau tidak ingin mengatakan sesuatu?"

Lidya terdiam heran "bukankah ayah yang memanggilku kemari? Kenapa malah menunggu aku bicara?"

Alverd menjawabnya dengan tenang "itu memang benar. Tapi apa kau tidak ingin menjelaskan tentang sesuatu yang terjadi kemarin?"

Lidya diam berpikir "apa yang ingin ayah dengar?"

"Apa yang ingin kau ceritakan?"

Lidya mengangkat bahunya lalu menggeleng "tidak ada"

Alverd terdiam pasrah lalu menyandarkan punggungnya disofa "apa kau tidak ingin mengadu?"

Lidya tersenyum simpul dengan menatap kearah lain "tidak"

"Kemarin pasti terjadi suatu hal disana, kau tidak ingin aku membalasnya?"

"Tidak, tidak perlu" Jawab cepat Lidya tanpa berpikir

Alverd terlihat kecewa "kenapa?"

"Karena aku tidak membutuhkannya."

Astaga...

Alverd memejamkan matanya seraya memijat pelipisnya. Putrinya ini benar-benar.. Tak lama matanya kembali terbuka mendengar ucapan putrinya

"Ayah, kau tidak perlu seperti ini. Tidak perlu sekhawatir itu padaku. Aku bisa mengatasinya dan aku minta padamu untuk percaya saja bahwa putrimu ini akan menyelesaikan semuanya. Kali ini aku minta padamu untuk tidak melakukan sesuatu pada keluarga mereka. Yang bermasalah kemarin adalah anak mereka, jika karena ini keluarga mereka mendapat masalah, maka setitik dari hati ini akan merasa bersalah karena hal itu." Jelas Lidya yang disambut kernyitan tak suka dari Duke.

"Mengapa begitu?"

Lidya kembali menatapnya "apanya?"

"Kau tidak ingin aku membalas mereka melalui keluarganya, kenapa?"

"Karena urusanku dengan putri mereka, bukan keluarganya. Anggap saja kemarin adalah perkelahian antar perempuan biasa. Mereka juga tidak menyakitiku, jadi jangan dianggap serius. Lagi pula aku sudah membalasnya." Lidya lalu mengaduk tehnya pelan "aku tau ayah pasti sudah mengetahui apa yang terjadi kemarin, dan tentunya ayah juga tau aku sudah berhasil menyelesaikan permasalahannya."

Lidya meminum tehnya seraya menutup matanya sejenak, kelopak matanya kembali terbuka "jadi tidak perlu diperbesar lagi untuk sekarang. Biarkan semua berjalan semestinya tanpa ada campur tangan ayah."

Lidya lalu tersenyum manis "ayah pasti juga penasaran dengan pencapaianku nanti, bukan?"

Alverd terdiam. Dia menatap dalam putrinya yang dirasa semakin dewasa. Putrinya yang dulu diangkat tidak bisa menatap tepat pada matanya, kini dengan gagah berani duduk tegap menatap penuh percaya diri pada dirinya.

Astaga.. Waktu berjalan secepat itu

Sungguh bodoh dia yang selama ini menyia-nyiakan waktu kebersamaan mereka hingga kini Putrinya sudah benar-benar berubah.

Rasanya Alverd ingin sedikit egois dengan berharap waktu kembali diulang tepat ketika putrinya masih bersikap manja pada dirinya.

Apakah tidak bisa?

Alverd membuang nafasnya memikirkan semuanya. Dia kembali menatap fokus putrinya yang saat ini dengan elegan memakan camilan yang disiapkan pelayan untuknya. Alverd tersenyum kecil.

Dia ingat dulu, waktu ketika pertama kali membawa Gricella kemari, cara makannya dulu dan sekarang sangatlah berbeda. Gricella yang dulu selalu makan dengan menggebu-gebu seolah makanan itu akan hilang jika tidak dimakan dengan cepat, namun sekarang, putrinya sudah berhasil menahan dirinya untuk tidak bersikap seperti itu, dia memakan camilan itu dengan tenang dan elegan, benar-benar mencerminkan seorang bangsawan.

Hal yang masih sama dari mereka adalah, binar matanya. Binar mata Putrinya ketika menatap makanan kesukaannya, itu tidak bisa dibohongi.

Sejak dulu Gricella selalu berbinar binar melihat cookies coklat kesukaannya. Jika saja bukan karena hal ini, Alverd mungkin akan berpikir putrinya saat ini dan yang dulu ditemui merupakan orang yang berbeda. Dan karena kesukaan dan kesamaan inilah yang membuat Alverd berpikir, 'mereka' masihlah orang yang sama.

Hmm orang yang sama ya..

Alverd kemudian menggeleng membuang jauh-jauh pikiran rumitnya. Dia mengaduk tehnya pelan seraya bertanya "kalau begitu, apa yang sekiranya kau inginkan saat ini?"

Lidya mengedip, menelan cookies yang masih berada di mulutnya lalu bicara "yang kuinginkan?"

Alverd mengangguk

Lidya diam sebentar. Dia terpikirkan sesuatu saat ini dan mencoba untuk memintanya sekarang tidak apa kan. Mumpung ditanya ya nggak??

"Aku... Ingin piano."

Alverd yang sedang minum sedikit terkejut, namun dapat menahan dirinya agar tidak tersedak.

"Ehm.. Kau ingin belajar piano?" Tanyanya memastikan.

Lidya dengan polos mengangguk "beserta pianonya." Jawab Lidya cepat dengan wajah serius penuh harap.

Alverd hampir tidak dapat menahan senyumnya melihat semua itu. Aha.. Sepertinya dia kembali menemukan hal baru yang disukai putrinya saat ini.

Dia lalu tanpa ragu mengangguk "baiklah.. Aku akan menyiapkannya, dan besok kupastikan semua nya sudah siap." Dia lantas kembali melanjutkan "ada lagi hal lain yang kau inginkan?"

Lidya menggeleng "tidak ada. Untuk saat ini hanya itu yang kuinginkan."

"Baiklah. Lalu bagaimana dengan butik dan acara fashion show mu itu? Apakah ada kendala?"

"Tidak ada."

Alverd mengangguk mengerti "baiklah, ingatlah jika ada sesuatu, jangan ragu untuk memintanya padaku."

Setelah percakapan itu, mereka kembali mengobrol ringan hingga tak terasa beberapa waktu pun berlalu. Ketika Lidya sudah keluar dari ruangannya, Hendrick lalu masuk menggantikannya.

"Hendrick, aku ada tugas untukmu.“

Hendrick membungkuk hormat " Saya siap, tuan"

"Tolong kau carikan sebuah piano dengan kualitas terbaik beserta perlengkapan musik lainnya. Lalu siapkan sebuah ruangan disini dengan pemandangan terbaik dan memiliki akses keluar ruangan yang mudah. Jika bisa, ruangan musik itu indoor dan memiliki outdoor nya juga. Mengerti?"

Hendrick mengangguk "saya mengerti, tuan."

"Ada yang ingin ditanyakan?"

Hendrick diam berpikir sebentar lalu kembali bicara "bagaiamana dengan masalah kemarin? Apakah kita hanya diam ketika nona diperlakukan seperti itu?"

Alverd membuang nafasnya penat "tentu saja tidak. Beri surat peringatan pada setiap keluarga yang putrinya hadir saat itu dan untuk keluarga grand Duke Cartol, beri peringatan yang lebih keras lagi. Berani sekali grand Duchess membentak putriku ketika aku sendiri mencoba mendekatinya."

"Bagaimana dengan Lady Troustila?"

Wajah Duke semakin menggelap mendengar nama itu "beri kado ancaman yang tidak biasa. Dia semakin tidak tau diri ketika kemarin dia dan ibunya kuberi belas kasih."

Hendrick mengangguk mengerti "akan saya laksanakan, tuan."

"Sebentar!"

Hendrick kembali menunduk "ada lagi yang lain yang harus saya lakukan?"

Alverd menyangga kepalanya dan menatap Hendrick tajam. Diam-diam Hendrick menelan ludahnya paksa "Bagaimana perkembangan tentang rumor itu? Kau sudah dapat pelakunya?"

Ah.. penyebaran rumor buruk tentang nonanya.. Hendrick pikir apa..

"Masih dalam pencarian, tuan. Untuk saat ini saya masih menduga-duga dan belum mendapat bukti yang sangat kuat untuk menghukumnya."

Alverd menatapnya semakin tajam "kau sudah mencurigai seseorang? Siapa itu?"

Sekilas Hendrick membasahi bibirnya "itu.. nona muda Troustilla dan beberapa nona bangsawan lainnya."

"Mereka lagii.." Geram Alverd marah.

"Ada lagi, tuan?"

Alverd menghembuskan nafasnya dalam demi meredam amarahnya "itu saja, kau boleh pergi."

Setelah memberi salam, Hendrick keluar dari sana meninggalkan Alverd yang berpikir rumit di kursinya.

"Dia sudah menyetujuinya, bukan?" Monolognya entah pada siapa. Alverd lalu mendengus "yah.. Dia harus menyetujuinya. Atau aku tidak akan membantunya mengurusi Kekaisaran lagi."

...-oOo-...

Besoknya

Tok.. tok. tok

Lidya yang saat ini sedang sibuk menulis surat untuk Aestern mengenai perkembangan butik dan acaranya sedikit terganggu dengan suara ketukan itu. Dia lalu memerintahkan Meylin untuk membuka dan mencari tahu siapa yang mengetuk nya. Jadi, selagi Lidya lanjut menulis, Meylin diluar sana tengah berbicara dengan seseorang setelah itu kembali masuk.

"Nona, duke memerintahkan seorang pelayan untuk membawa nona ke suatu ruangan. Pelayan itu yang akan mengarahkan kita." Ujar Meylin

Lidya menoleh sekilas lalu kembali menulis "katakan padanya tunggu sebentar, aku harus menyelesaikan ini terlebih dahulu."

"Baik nona."

Hingga beberapa saat setelah surat tersebut sudah dikirim, Lidya kini berjalan dengan seorang pelayan yang mengarahkannya.

Hari ini dia menggunakan sebuah gaun simpel dengan dominasi warna hijau. Sangat nyaman digunakan dan tidak membuat risih.

Rambutnya dia sanggul setengah lalu dipasang bando bunga berwarna putih

...Anggap warna rambutnya pirang keemasan ya.....

Tidak mengetahui arah tujuan mereka, Lidya bertanya penasaran "kemana kita akan pergi?"

"Ke suatu ruangan, nona." Jawab pelayan itu tanpa menurunkan rasa hormat

"Suatu ruangan? Ruangan apa?"

Pelayan tersebut semakin menunduk merasa tidak enak "bukan kuasa saya untuk memberitahunya, nona."

"Ah begitu." Lidya mengangguk mengerti. Dia tidak memaksa karena setelah percakapan itu, tidak ada yang berbicara. Selama di perjalanan mereka selalu berpapasan dengan para pelayan yang sibuk melakukan tugas mereka, ketika Lidya lewat, dengan segera mereka memberi hormat. Lidya hanya mengangguk singkat membalas setiap sapaan mereka.

"Sudah sampai, nona."

Lidya memperhatikan ruangan didepannya. Jujur saja, dia belum pernah masuk dan memperhatikan ruangan ini. Ruangan ini berada di lantai satu kediaman duke. Kediaman duke memiliki banyak ruangan dengan beberapa lantai dan tentunya karena hal itu jugalah Lidya tidak mungkin memasuki setiap ruangan satu persatu.

Dan kini, tanpa banyak kata dia langsung membuka pintu ruangan itu. Dan terpampang lah ruangan luas dengan benda-benda kesukaannya sejak dulu tersusun rapi di tiap tempat masing-masing.

Lidya terperangah melihatnya

Ruangan ini...

Adalah ruangan musik

Ya ampun.. Ini terlihat seperti mimpi

Ruangan luas yang terlihat mewah dengan dominasi warna putih dan emas. Ruangan yang terhubung dengan pintu keluar yang terbuat dari kaca membuat Lidya bisa melihat pemandangan indah dari dalam sini.

Sebuah piano yang terlihat mewah berada di tengah ruangan. Di sekelilingnya terdapat meja sofa dan beberapa perabotan lainnya. Dibeberapa titik terdapat sebuah biola, ada juga harpa, viola, cello dan masih banyak lainnya.

Sungguh, meski tidak semua alat musik yang dulu dimilikinya berada disini, tapi ini sudah cukup membahagiakan! Terlebih yang ini... Piano!

Lidya berjalan mendekati alat musik kesukaannya ini. Dia mengelus pelan benda itu, mencoba menekan beberapa tuts hingga berhasil mengeluarkan beberapa suara merdu.

"Kau menyukainya?"

Suara itu berhasil membuat Lidya terkejut. Dia berputar dan melihat pria yang ternyata ayahnya tengah bersedekap menatap kearahnya.

"Ah, aku mengagetkanmu rupanya." Ucap pria itu santai lalu berjalan mendekati Lidya.

Sejenak Lidya mengelus dadanya pelan. Sial sekali! Kewaspadaannya benar-benar menurun selama berada disini.

"Kenapa kau melamun?"

Lidya segera tersadar "Ah, ayah berbicara apa tadi?" Lidya merutuk dirinya dalam hati.

Alverd diam, dia menggeleng pelan melihat tingkah putrinya "jika aku penyusup, kau pasti sudah mati sejak tadi." Sarkas nya tanpa filter.

Lidya sedikit meringis. Untuk itu dia sudah tau!!

"Ya.. Maaf soal itu. Jadi ayah berbicara apa tadi? Maaf, putrimu ini sedikit melamun tadi."

Alverd menghela nafas dibuatnya. Dia belum menjawab, memilih menatap ke sekeliling ruangan ini dan matanya berhenti pada piano itu sebelum menjawab "Kau suka dengan hadiah ini?"

Tanpa ragu Lidya mengangguk "tentu saja! Kau memberiku lebih dari apa yang kuminta, tentu saja aku suka!" Jawab Lidya semangat.

Sekali lagi Alverd dapat melihat binar cahaya dari mata putrinya. Tanpa sadar dia tersenyum tipis 'rupanya dia benar-benar menyukainya'

"Syukurlah kalau kau menyukainya." Sekali lagi Alverd melihat ruangan itu dan memujinya dalam hati 'Hendrick benar-benar melakukan apa yang ku suruh. Dia pantas mendapatkan bonus' batinnya dengan wajah puas.

Wihh selamat untukmu Hendrick

Tung.. Teng.. Teing..

Atensi Alverd sekali lagi teralihkan mendengar suara itu. Terlihat Lidya sedang menekan beberapa tuts yang membuat lantunan bunyi indah masuk ke pendengarannya. Dia melihat putrinya yang dengan fokus memainkan piano itu.

Bukan suara yang menghasilkan melodi indah, dan bukan juga suara aneh yang muncul ketika sembarang tuts ditekan. Tetapi nada yang berurutan mulai dari Do Re Mi Fa hingga pada ujungnya dan kembali pada Do.

Jujur saja, bukan suara itu yang membawa fokusnya, tetapi wajah berseri-seri putrinya yang kini memainkan piano itu dengan penuh senyum. Melihatnya, membuat Alverd tanpa sadar ikut tersenyum.

Apakah begini rasanya menjadi seorang ayah sebenarnya? Perasaan hangat ketika melihat putri satu-satunya bahagia karena pemberiannya.

Jujur, Alverd menyukainya. Rasa hangat didadanya, dan wajah berseri-seri putrinya membawa perasaan yang menyenangkan untuk kepalanya.

Apa jika sejak dulu dia begini, sejak dulu juga dia akan merasakan ini?

Rasa menyesal sekali lagi memenuhi dadanya. Sesak dan ini tidak bisa dihentikan.

"...Yah..."

".. Ayah."

Alverd tersentak. Dia akhirnya tersadar. Melihat kedepan, dia melihat putrinya menatap bingung kearahnya. Bukan itu yang menjadi fokusnya, meski tipis, Alverd sekilas melihat raut khawatir dari putrinya.

Hanya dengan melihat itu saja Alverd merasa senang.

"Ayah.. Ayah itu sebenarnya kenapa?" Tanya bingung Lidya. Lihatlah tatapan aneh yang dia layangkan pada ayahnya berhasil membuat Alverd memalingkan wajahnya malu.

"Tidak apa, hanya sedikit tidak fokus."

Mendengarnya membuat Lidya mendengus "jika aku penyusup, ayah sudah akan mati sejak tadi." Sindirnya dengan nada mengejek bermaksud mengulang kembali ucapan Alverd.

Alverd memejamkan matanya semakin malu.

"Lupakan saja. Beberapa hari setelah acara butikmu selesai, aku akan memanggil seorang guru untuk mengajarkanmu bermain piano." Alverd lalu berbalik membelakangi Lidya agar menutupi wajahnya yang sedikit memerah.

"Sampai saat itu, lakukan saja apa yang kau inginkan disini. Didepan sana tidak jauh dari ruangan ini akan ada beberapa kesatria yang akan menjagamu. Para pelayan akan selalu siap jadi kau tinggal panggil saja mereka." Lanjutnya seraya berjalan kearah pintu keluar.

Lidya semakin menatapnya aneh, lalu sebuah pertanyaan muncul di benaknya. "Tidak jauh dari ruangan ini? Berarti bukan didepan pintu seperti biasanya?"

Alverd yang sudah didepan pintu mengangguk sekilas "ya.. Agar kau memiliki privasi. Jadi kau tidak perlu malu jika mengeluarkan suara jelek. Nikmati waktumu, aku pergi." Ucapnya tanpa dosa lalu berlalu dari sana.

Lidya bahkan hanya bisa terdiam tak dapat berkata-kata.

Sialan! Apa katanya tadi?! Suara jelek?!

"Dia pasti akan langsung terdiam ketika mendengar suaraku nanti!" Gerutunya lalu kembali fokus pada piano miliknya. Mood jeleknya perlahan menghilang melihat benda itu "Yah.. Setidaknya dia sudah memberiku benda-benda berharga ini."

Dia menatap setiap alat musik yang berada disini lalu dia mendesah lelah "aah.. Malas sekali harus berpura-pura bodoh pada bidang yang merupakan keahlianku. Tapi jika tidak begitu, akan sangat aneh bagi semua orang melihat anak yang tidak pernah belajar musik tiba-tiba jadi ahli dalam bermain musik."

Lidya kemudian duduk pada bangku yang disediakan untuk piano itu, menekan beberapa tuts hingga menghasilkan suatu melodi indah buatannya "tidak apa, kita bodoh hanya didepan orang lain. Jika sedang sendiri begini, jadilah diri sendiri!"

"Beruntung pria itu memberiku sebuah privasi disini."

Lidya mengangguk mantap "tipekal cowok peka idaman setiap cewek."

...-oOo-...

Di kediaman Troustilla

CTASS

CTASS

CTASS

"Akhh maafkan Bella bu.. hikss Bella bersalahh... Akhh"

"Rasakan ini anak tidak berguna!! Bisa bisanya kau gagal dalam rencana itu!! Kau membuatku malu!"

CTASS

"Ukhh hikss s-sakit buu ampuni hiks B-bella.."

"Ampun?! Kau meminta ampun padaku?! Memang apa yang kulakukan ha! Aku hanya memberimu sedikit pelajaran!!"

CTASSS

"AKHHHH"

"Hikss... hiks"

Terlihat nasib menyedihkan Isabella yang tengah berlutut dengan tangan mencengkram kuat meja didepannya. Posisinya berlutut dengan dengkul menjadi tumpuan tubuhnya. Dibelakangnya terdapat Rosellia yang mencambuk betisnya.

CTASS

Dia mencambuk betis sang anak berulang kali hingga dirinya puas.

CTASS

CTASS

"Sekarang apa yang akan kau lakukan ha!? Kau membuat semua rencana yang telah kususun menjadi sia-sia! Hancur berantakan!!"

CTASSS

Dia menarik rambut Isabella hingga membuatnya mendongak "kenapa aku bisa melahirkan anak bodoh sepertimu? Bahkan anak yang tidak tau siapa ibunya pun bisa menjadi sangat pintar dalam sesaat!!" Dia membenturkan kepala putrinya pada meja yang menjadi tumpuan putrinya.

DUK

"AKHHHH"

"Aku tidak perlu menahan diriku lagi, tidak ada yang peduli bila kau menjadi jelek untuk sesaat. Selama 5 bulan kau bahkan tidak bisa mengikuti acara apapun dan apa yang harus kuharapkan?!"

DUK

"AKHHHSS s-sakitt hiks"

"Apa, sakit?! Aku bahkan merasakan yang jauh lebih sakit dari ini ketika melahirkanmu! Seharusnya kau membuatku bangga dan menuruti semua perintahku, anak sialan!!" Rosellia kembali membenturkannya ke meja dengan lebih kuat lalu menghempaskan anaknya kelantai

"AKHHHH"

Buk

"Dengar, jangan harap kau mendapatkan jatah makan hari ini, renungi kesalahanmu dan pikirkan cara untuk memperbaikinya!"

"Aku akan kembali, dan ketika itu, kau harus mendapatkan caranya atau siksaan lain akan menunggumu. Camkan itu!!"

Setelah mengatakan itu, Rosellia meninggalkan putrinya sendirian terbaring lemah di dinginnya lantai ruangan itu tanpa memberikan makanan ataupun minuman sejak kemarin. Isabella beringsut memeluk lututnya dan menenggelamkan wajahnya disana. Diruangan itu, hanya terdengar suara tangisan dan rintih kesakitan dari satu makhluk hidup disana.

...-oOo-...

Sedangkan situasi disini pun tidak jauh berbeda. Dikediaman Cartol sendiri terdapat Vorensia yang sedang menangis akibat kaki dan jarinya yang sakit. Ibunya benar benar tidak kira kira bila menghukumnya. Sebuah sebatan kayu menjadi makanannya sejak kemarin.

Ini menyakitkan

Vorensia menggigit bibirnya menahan jerit tangis agar tidak keluar ketika seorang pelayan menekan lukanya.

"Ukhh pelan pelan dong!! Kau berniat mengobatiku atau tidak!!" Bentaknya pada pelayan itu. Pelayan tersebut hanya menunduk takut-takut.

"M-maafkan saya nona, saya--"

"Diamlah, sekarang kau keluar!! Bukannya menjadi sembuh, yang ada lukaku semakin parah diobati olehmu!!"

"M-maaf nona.."

"KELUAR!!"

Pelayan itu tersentak, cepat cepat dia segera membersihkan obat-obatan yang berceceran saat mengobati nonanya lalu keluar meninggalkan nonanya disana.

"AKHHHHH.."

Jerit histeris Vorensia terdengar saat mengacak kepala merahnya "SEMUANYA GAGAL!!"

"APA YANG HARUS KULAKUKAN!? IBU MEMARAHIKU KARENA TELAH BERBOHONG PADANYA. DIA MENYIKSAKU SEJAK KEMARIN Hikss.. ini sakittt"

Vorensia menangis melihat kakinya yang diperban. Dibalik perban itu, tertampanglah kaki penuh luka, entah itu luka lama atau luka yang baru saja diberikan sejak kemarin.

"Pasti meninggalkan bekas" Ucapnya sedih

Tak lama matanya berkilat tajam "Semua ini karena anak pungut itu!! Seandainya dia tidak hadir maka temanku tidak akan seperti itu, dan akupun tidak akan dipermalukan!!" Jerit kesal Vorensia terdengar bergema diruangan itu. Dia memaki, mengumpat, dan menyumpah serapahi Gricella yang kini ditinggali Lidya.

"Lihat saja, aku, Vorensia Liberal Cartol akan membalas semuanya" ucapnya dengan tatapan penuh dendam

...-oOo-...

Kembali pada Lidya saat ini, nanti sore hingga besok dia akan pergi melihat langsung perkembangan butik dan acaranya. Butiknya akan dibuka tiga hari dari sekarang. Jadi sebenarnya dia sangat sibuk sekarang tapi masih menyempatkan diri untuk bermain musik. Gila emang!

Barusan dia baru ada kelas musik

Ngomong-ngomong, kelas musik?

Bukankah setelah acara itu Alverd baru akan mengirimkannya seorang guru?

Yah.. Itu memang rencana sebelumnya, hingga akhirnya Lidya berubah pikiran dan meminta Alverd untuk segera mengirimkannya seorang guru. Kalau dipikir, mau sehebat apapun Lidya menyembunyikan kemampuannya, pasti suatu saat orang lain akan mengetahuinya. Dan jika itu terjadi sebelum dia mendapatkan pelajaran musik dan secara tiba-tiba dia ahli dalam bidang itu, akan sangat merepotkan untuk mencari alasan dan membohongi semua orang dikediaman ini.

Guru yang mengajarinya baru saja keluar dan kini tinggal ia sendiri diruangan ini. Ketika ia berniat memainkan piano didepannya, sebuah rasa sakit beserta ingatan asing masuk ke kepalanya.

'Wahh lihat, bukankah itu putra mahkota dan Lady Isabella?'

'Ada hubungan apa mereka?'

'Tapi bukankah mereka cocok?'

'Ya aku setuju'

Ingatan, tidak-- suara-suara itu benar-benar memenuhi kepalanya. Rasa sakit, pening menghujani kepalanya. Suara berisik muncul hingga tiba-tiba gambar samar dikepalanya berpindah ketempat lain

'Papa, Bella ingin ini apakah boleh?'

'Tentu sayang'

'Ibu, Ella menyakitiku. Dia bilang aku tidak pantas bersama putra mahkota'

'Dia bilang begitu?'

'Anak kurang ajar! Berani sekali kau. Sayang anak ini menyakiti putri kita'

'Biarkan saja, nanti dia akan kuberi hukuman'

Sekali lagi suara bising seperti sebuah kaset rusak terdengar. Wajah-wajah tiap orang yang muncul dikepalanya buram hingga membuat Lidya tidak tau siapa saja orang-orang itu. Bahkan suara-suara itupun juga tidak jelas. Percakapan mereka terdengar bersamaan dengan suara kaset rusak. Hingga lama kelamaan gambar-gambar itu perlahan berubah hingga muncul gambar lainnya

'Nona, bukankah Lady Isabella telah merebut semuanya?'

'Kalau begitu anda harus memberinya pelajaran agar dia tidak memandang remeh anda'

'Gricella apa yang kau lakukan!!? Kau menyakiti saudarimu lagi? Keterlaluan sekali. Dia salah apa padamu'

'Kau harus dihukum'

Suara kaset rusak kembali muncul semakin jelas, disertai bunyi berdenging membuat Lidya menekan kedua kupingnya berharap rasa sakitnya menghilang.

'Pszttt.. Besok.. Baknzjknsm.. Aku Nkdiuhamk.. Ojzzz.. Kau... Tidak boksnleh.. Knauhznzzzzz'

"Arghhhhh HENTIKAANNNN!!"

'Papa.. Psztth... Aknidnbhks.. Sa..kit'

'.... Pszzth hen.. tikan.. Pzztnhhznz'

'... Zzthp..maaaaaf.. I.. Bu.. Pzhhdt saaakit.. Pksnzjj..'

'Pzzzthhh.....

.... Ngiiiiiiiiiiiiiiiiiingggggggg'

.

.

.

.

.

.

.

Hosh... hosh.. hosh.

Dengan keringat bercucuran, Lidya memegang kepalanya tidak percaya 'Apa, apa itu tadi?'

'Apakah itu potongan ingatan Gricella?'

'Tetapi kenapa Gricella terlihat sudah sedikit dewasa. Sekitar.... Limabelas tahun mungkin.'

'Tapi bagaimana mungkin, apa itu kilasan masa depan?'

"Akhh ini membuatku frustasi!!" Jeritnya dengan mengacak surai rambutnya.

'Aku harus mencari tau nanti.' batinnya dengan mata penuh tekat.

Setelah memenangkan diri beberapa lama, Lidya kembali tenang. Sekali lagi dia menghela nafasnya pelan mencoba menormalkan jantungnya yang sebelumnya berdetak tak beraturan.

"Huh.. Kau harus tenang, Lid. Huhh... Ya, tenang."

Lidya lalu menegapkan badannya, setelah meyakinkan diri, jarinya mulai menari diatas tuts piano dihadapannya. Dia melimpahkan semua perasaannya yang campur aduk kedalam melodi indah dari pianonya. Dia menghabiskan beberapa waktu yang cukup lama disana dan berhasil meluapkan semua masalah yang dihadapinya saat ini.

Rasa lelah, bingung, frustasi semuanya bercampur menjadi satu dalam indahnya melodi yang dihasilkan melalui jari jemarinya.

Lidya mengingat semua jalan hidupnya. Masa kecilnya yang indah mulai berubah kala kecelakaan itu terjadi. Kecelakaan yang berhasil merenggut nyawa kedua vorang tuanya berhasil merubah jalan hidupnya sejak itu. Adiknya yang berhasil menghancurkan hatinya melalui kata-katanya dan penghianatan yang dilakukan orang terdekatnya benar-benar membuatnya frustasi.

Tidak hanya itu, takdir seolah kembali mempermainkan nya dengan membawanya ke dunia ini. Semua teka-teki yang ada disini, semuanya, apakah... Takdir ini berniat membunuhnya secara perlahan? Apa ini memang ulah takdir? Takdir?

Apa itu takdir?

Apa 'benda' itu memang ada?

Sebenarnya siapa orang yang berada dibalik semua ini?

Jujur.. Lidya cukup lelah.

Tapi apa mungkin dia harus menyerah disini? Sudah setengah jalan lho..

Apa ini bahkan sudah setengah jalan?

Lidya meragukan semuanya

Dia benar-benar terlarut dengan pikirannya. Jarinya bergerak, matanya terpejam, kepalanya yang mengangguk menyesuaikan irama lagu, tubuhnya yang masih duduk disana sangat berbeda dengan pikirannya yang sedang berkelana.

Orang lain yang sejak tadi berada disana sempat terkejut dengan permainannya, namun dia tidak berniat menghentikan keindahan didepannya dan hanya diam sembari bersandar didinding dengan tangan yang bersedekap.

Dalam hati dia bertanya-tanya

'Sejak kapan dia bisa bermain piano? Kenapa aku tak tahu?' Batinnya bingung

Namun dia tertegun melihat pemandangan indah didepannya ini.

'Cantik' pikirnya

Hingga tanpa sadar, dia telah menunggu beberapa menit hingga permainannya selesai.

Prok prok prok

Lidya tersentak kaget, dengan cepat ia menoleh dan melihat ada orang asing yang sedang berdiri lalu mendekatinya.

"Permainanmu sangat indah, Ella."

Lidya mengernyit "apa?"

Bocah laki-laki itu tersenyum "kubilang permainanmu indah, dan aku menyukainya. Sejak kapan kamu bisa bermain piano?" Tanyanya dengan raut penasaran

Lidya tidak menjawab, yang ada dipikirannya saat ini adalah

'Siapa bocah berambut kuning ini?! Kemana para pelayan dan kesatria yang berjaga? MEREKA KECOLONGAN LAGI?!'

"SIALANNN"

.

.

.

To be Continued_

Kalian bingung?

Kita sama.

1
Saulia Aulia
ck ck kesian kesian/Facepalm/
Saulia Aulia
Ahahaha
Saulia Aulia
🤣🤣🤣🤣
Ririn Santi
pict: "tidak terimakasih"
hahaha....apa apaan muka seperti itu, dapat dimana Thor?/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ririn Santi
ya ampun spiritnya di tendang macam bola kaki hahahaha....
Wulansari Fiona Serhalawan
ya ampun thor,lama banget upnya,aku tungguin smpe mau jamuran loh thor😩! aku smpe hampir amnesia krna author kelamaan up. double up donk thor atau klu nggk tenble up deh sklian thor,bener nggk sih nulisnya🤔🤣! dalam hati author "nih pembaca gue 1 ini maruk bener ya,udh protesnya bejibun malah minta up tenble lagi. kaga tau apa gue mikir jln critanya ampe nggk tidur sma mkn yg bener" bener nggk sih thor,maaf klu salah🤣🤣🤣
Lylysifah
cepet sembuh thor yaa.. cerita mu akan selalu kutunggu
sansan
semoga cepat sehat ya thorr... bisa update lagi... ak mau otw baca.. Nemu novel ini langsung baca info penting dulu... 🤭🤭 takutnya Hiatus apa gimana gt...
Ita Xiaomi
Maaf kk klo bs jgn gunakan kata ini. Kasar banget.
akyyaa_
Biasa
Viona Syafazea
bener banget.. 🤣🤣🤣
Nadine Wulans
ku tunggu up nya kak yg panyang biar puasss lanjutt🌹
Dewi Ansyari
Season 2 jadi penasaran deh 🤔
Dewi Ansyari
AQuarium di bilang laut dalam kotak 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣Lucu banget Leo namanya
Dewi Ansyari
Wah luar biasa rancangan baju-bajunya benar bagus dan cantik
Dewi Ansyari
Wow nama Ella sudah di sebut hebat .semuanya pasti terkejut hingga ingin muntah darah🤣🤣🤣🤣🤣
Dewi Ansyari
siapa sebenarnya laki2 berambut perak itu jadi penasaran deh 🤔
Dearest
semoga lekas sembuh ya othor yang imut²...
gak sabar baca ceritanya lagi.

tapi tolong banget nih untuk konfliknya gak usah terlalu banyak n ribet karna aq bakal skip kalo udah terlalu kompleks konfliknya.

get well soon ya bebep
Chauli Maulidiah
isabela itu sp thor? koq aku lupa ya..

btw, cepet sembuh ya thor. biar bs liat aksi si lidya lagi..
Dewi Ansyari
Gracella di lawan 🤣🤣🤣🤣 dasar Isabella bodoh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!