NovelToon NovelToon
Jevan Dan Para Perempuan

Jevan Dan Para Perempuan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Duniahiburan / Showbiz / Dikelilingi wanita cantik / Mengubah Takdir
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Sitting Down Here

Sejak lahir, Jevan selalu di kelilingi oleh para perempuan. Ia tak pernah tahu dunia lain selain dunia yang di kenalkan oleh ibunya yang bekerja sebagai penari pertunjukan di sebuah kota yang terkenal dengan perjudian dan mendapat julukan The sin city.

Jevan terlihat sangat tampan sampai tak ada satupun perempuan yang mampu menolaknya, kecuali seorang gadis cuek yang berprofesi sebagai polisi. Jevan bertemu dengannya karena ia mengalami suatu hal yang tak lazim di hidupnya.

Peristiwa apakah yang telah di alami oleh Jevan? Ikuti ceritanya yuk!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sitting Down Here, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15 Corey Hamilton

"Oke, ini rencana saya. Pertama-tama, saya ingin meminta izin untuk mempublikasikan kasus ini tanpa menyebutkan identitas Jevan. Tapi sebaliknya, saya akan menyebutkan ciri-ciri pelaku secara spesifik agar masyarakat penasaran dan mulai mencari tahu siapa mereka"

"Mommy, aku rasa ide ini tidak bagus. Nino akan marah besar terhadap kita"

"Nino siapa? Atasan kalian?"

Kedua jari Corey membuat tanda kutip dan Simone langsung mengerti.

"Iya, dia atasan kami dan yang membuat khawatir adalah selama ini dia mengklaim dirinya sebagai orang yang kebal hukum"

"Hmm... Berarti dia kenal dengan orang dalam di kepolisian. Aku akan mencari tahu tentang itu, jangan khawatir"

"Iya kami percaya padamu, Corey"

"Terima kasih, untuk itu saya akan mengusahakan yang terbaik untuk kalian"

Corey juga menyarankan agar Jevan menemui psikiater untuk mengatasi rasa trauma Jevan dan nantinya psikiater itu akan menjadi saksi ahli dalam persidangan.

Setelah selesai berdiskusi dengan Corey, Jevan dan Simone pulang ke rumah. Tak lama kemudian, terdengar ketukan di pintu rumah Simone.

"Biar mommy yang buka, takutnya yang datang adalah tamu yang tak kita inginkan"

"Kita perlu memasang lubang pengintip di pintu mommy, agar kita tahu siapa yang datang"

"Tak perlu, karena sebenarnya aku tak ingin kita tinggal di sini lagi"

"Memangnya itu mungkin?"

"Kita lihat saja nanti"

Simone membuka pintu. Ternyata memang tamunya adalah salah satu dari tamu yang tak diinginkan. Tamu itu adalah Nino. Tanpa di persilahkan masuk, Nino sudah lebih dulu menerobos masuk ke dalam.

"Jadi kalian berani juga ya melaporkan Pixie dan Chelsea ke polisi"

"Jadi kamu memata-matai kami ya?"

"Kau lupa ya? Aku kan bisa lakukan apa saja"

"Iya, Kami memang sudah melaporkan Pixie dan Chelsea ke polisi"

"Kalian perlu pengacara hebat, bukan pengacara gratisan seperti Corey Hamilton"

"Gratisan bukan berarti tak bagus, Nino. Dia sudah pernah memenangkan kasus serupa yang hampir sama dengan kasus Jevan'"

"Mungkin saja dia pernah menang, tapi kamu melupakan sesuatu, yaitu pekerjaan Jevan. Mereka akan meremehkan kalian dan akan berkata kalau perbuatan kalian sia-sia belaka"

"Biar saja, yang penting kami akan berusaha dulu semampu kami"

Nino menjadi gusar lalu ia menggebrak meja dengan sangat keras.

"Sombong sekali ya kalian! Tau tidak, gara-gara kalian yang sudah melaporkan Pixie dan Chelsea, nama tempat ini jadi bisa tercoreng!"

"Terserah, aku tak peduli!"

Nino lalu mencekal lengan Simone, membuat Jevan refleks untuk mendekati Nino.

"Jangan sentuh ibuku!"

"Jangan khawatir, Jevan. Aku takkan menyakiti ibumu kecuali nanti malam kalian harus tetap bekerja. Karena apa? Karena kalian takkan bisa keluar dari tempat ini sampai kapan pun!"

"Baiklah, kami akan turuti kamu asal kamu lepaskan ibuku"

"Jevan, jangan!"

"Tenang saja mommy... "

Nino lalu melepaskan cekalan tangannya di lengan Simone.

"Seperti yang Jevan bilang, kami akan menuruti kamu dengan tetap bekerja untuk kamu dengan satu syarat"

"Ya ampun, ada syaratnya segala. Ya sudah, apa syaratnya?"

"Kami tak mau tinggal satu lingkungan lagi dengan Pixie dan Chelsea. Mulai besok kami akan pindah di apartemen sebelah. Jika kau merasa repot untuk memberitahu tugas kami dengan datang ke tempat baru kami nanti, hubungi saja kami via telepon. Benar kan, Jevan?"

"Yes, mommy. Aku setuju"

"Aku belum menyetujui ini, jadi akan kupikirkan dulu"

"Ya, pikirkan saja, Nino. Tapi jangan lama-lama, karena terus terang saja kami sudah muak melihat wajah Pixie dan Chelsea"

Nino tak menjawab perkataan Simone. Kemudian ia pergi begitu saja tanpa mengucapkan salam.

"Menurut mommy dia akan setuju?"

"Iya, mommy yakin. Dia masih butuh kita tapi tak ingin tempat ini jadi terlihat buruk di masyarakat walau nyatanya memang buruk"

***

Dengan berat hati, Nino akhirnya menyetujui permintaan Simone dan Jevan. Beberapa hari kemudian, Simone dan Jevan akhirnya pindah dari rumah susun tersebut ke apartemen sebelah yang kondisinya sedikit lebih baik dari rumah susun yang di sediakan oleh Nino.

Jevan mengenal tempat ini. Ketika kecil ia pernah kabur dan bermain di lapangan yang ada di belakang apartemen ini. Para penghuni di tempat ini sepertinya sudah lama tinggal di sini. Rata-rata dari mereka bersikap ramah, membuat Jevan dan Simone merasa di terima di tempat ini. Seorang pria mendekati Jevan dan memanggil namanya.

"Jevan? Kamu Jevan kan?"

"Iya, aku Jevan. Maaf, anda siapa ya?"

"Ha! Sudah kuduga! Kau Jevan si anak layangan"

"Anak layangan?"

"Kamu kan pernah main di lapangan belakang waktu kecil. Lalu kita meminjamkan kamu layangan supaya kamu bisa ikut main. Tapi si cowok menyebalkan itu datang untuk jemput kamu pulang. Jadi, aku takkan sebut namaku. Ayo tebak siapa namaku nanti aku traktir kamu minum"

Jevan mengamati pria itu. Jika dia bisa mengenali Jevan, maka seharusnya Jevan juga bisa mengenalinya. Tapi ketika ia melihat bekas luka kecil di pipi sebelah kiri pria itu, Jevan jadi ingat namanya.

"Kau Freddy kan ya?"

"Iya, betul! Hahaha... Aku senang kau masih ingat aku! Sekarang ayo kita minum seusai janjiku padamu!"

Jevan kemudian menoleh ke arah ibunya yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua.

"Mommy, bolehkah aku... "

"Tentu saja boleh. Have fun, honey... Tapi tetap hati-hati ya"

"Yes, mommy"

Jevan lalu menyempatkan diri untuk mencium pipi ibunya sebelum pergi bersama Freddy.

***

Corey baru saja selesai bekerja pada jam 9 malam. Ia tentu saja merasa lelah tapi ia tak ingin berhenti apalagi menyerah demi memenangkan kasus Jevan. Suasana kantor tempat ia bekerja sudah sepi karena para karyawan sudah pulang. Ia kemudian berjalan menuju halte bus terdekat. Ketika melewati jalan potong di lorong yang sempit, ia merasa seperti ada yang sedang mengikutinya.

Awalnya Corey berjalan santai, tapi lama kelamaan ia berjalan cepat, hingga akhirnya ia memutuskan untuk berlari. Tetapi bukannya menjauh, orang yang mengikutinya malah terus mengejarnya. Ketika akhirnya berhasil mengejar Corey, orang yang ternyata memakai topeng tersebut mengancam Corey dengan mencekik lehernya sambil bicara dengan suara parau.

"Berhentilah membela Jevan atau kau akan menyesal!"

Tetapi walau sebenarnya ia takut, Corey mencoba untuk tetap tenang karena ia pernah mengalami kejadian seperti ini juga dengan kliennya sebelumnya.

"Jangan mengancamku! Aku akan mencari tahu identitasmu dan kamu akan segera di penjara karena telah menghalangi aku dalam membela klienku!"

Orang tersebut kemudian melepaskan cengkramannya pada Corey lalu pergi dengan berlari secepat kilat. Corey merasa begitu lega. Setelah mengatur nafasnya, ia kembali melanjutkan perjalanan pulang ke rumah.

***

Keesokan harinya, Corey meminta Jevan dan Simone untuk datang menemuinya. Setelah Jevan dan Simone datang, Corey lalu menceritakan apa yang telah terjadi semalam kepada mereka.

"Jadi kira-kira siapa pelakunya?"

"Kemungkinan ia adalah orang suruhan Nino"

"Hmmm... Ini menarik... "

"Corey, aku rasa kau perlu seseorang untuk melindungimu"

"Tidak usah, aku bisa jaga diriku sendiri. Lagipula, menyewa seorang bodyguard itu pasti mahal sekali. Memangnya kalian mampu untuk itu?"

"Memang mahal, tapi maksudku bukan bodyguard"

"Kalau begitu siapa, Jevan?"

"Polisi"

"Polisi?"

"Iya, tunggu sebentar"

Jevan kemudian mengeluarkan ponsel dari sakunya dan mulai menelepon seseorang.

"Halo Ron, apa kabar?"

"Kabarku baik, berkat kau"

"Syukurlah. Maaf, aku sedang butuh bantuan. Maukah kau menolongku?"

"Tentu saja. Apa yang bisa kubantu?"

Jevan kemudian menceritakan apa yang telah terjadi secara detail kepada Ron.

1
Ryan Hidayat
who???
Out on Corner: jawabannya ada di bab yang aku post hari ini ya 🙏
total 1 replies
anggita
klo lagi gugup... kadang juga bisa gagap😁
Out on Corner: /Grin/
total 1 replies
anggita
like👍+☝☝iklan.
anggita
🔥❤Louisa.. 😘Jevan... Jennie😘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!