Dia menyukai hujan. Namun tidak semua tentang hujan bisa ia terima. Ia tidak suka kehujanan. Ia pun tidak suka kedinginan. Ia hanya suka ketenangan dibalik berisiknya tiap tetes air hujan yang luruh ke bumi. Sama halnya dengan hujan. Dia menyukai Raka. Namun ia menyukai semua tentang Raka . Tentang cara tersenyum yang justru lebih tenang dari berisiknya air hujan. Tentang mata yang jauh lebih teduh dari langit abu sehabis hujan. Ia hanya mengikuti alur hati yang jatuh cinta. Ia tidak menolak ataupun menahan perasaan itu. Ia menikmati semua cinta dan luka yang ia peroleh dari jatuh cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon .Esperanza., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 32
Di tempat lain, entah kenapa Raka sangat merindukan Sekar. Ia menghubungi gadis itu berulang kali namun tak kunjung diangkat. Raka tidak tahu harus menghubungi siapa lagi karena yang ia tahu, Sekar tidak punya teman yang akrab dengannya.Namun ia mengingat jika Zidan satu kampus dengan Sekar. Mungkin saja Zidan tahu jadi ia menghubungi Zidan.
" Halo Dan, apa kabar?"
" Wuidih Ka, gue baik. Lo gimana?"
"Aman Dan, gue boleh nanya nggak?"
"Mau nanya apa nih?"
"Lo sekampus sama Sekar kan?"
" Iya Ka, Sekar nya lagi nggak enak badan belakangan ini"
" Serius Dan, sakit apa?"
" Katanya sih nggak enak badan doang ya Ka"
" Tapi kenapa nggak bisa dihubungi ya?"
" Emang iya? Mau gue samperin ke rumahnya nggak?"
"Boleh Dan? Lo lagi nggak sibuk kan?"
" Santai aja Ka"
" Ya udah deh, thanks ya Dan sorry udah ngerepotin"
"Udah santai aja"
Setelah itu, Zidan langsung mencoba mengubungi Sekar. Dan seperti kata Raka, Sekar tidak bisa dihubungi.Zidan tidak panik seperti Raka karena yang ia tahu,gadis itu masih semangat saja dengan ayam birunya tadi.Jadi Zidan pikir Sekar sedang tidur . Tapi karena Raka memintanya untuk mendatangi rumah Sekar maka ia memakai jaketnya karena hujan baru saja berhenti jadi udaranya masih dingin.
Sesampainya di rumah Sekar, ia mengetuk pintu namun tidak ada yang membukanya dan kelihatan sangat sepi. Zidan sekali lagi menghubungi Sekar namun hasilnya tetap sama.
Ia lalu mengabari Raka bahwa Sekar sepertinya sedang tidak ada di rumah karena rumahnya kelihatan sepi.
Sementara di rumah sakit, Ibu dan Ayah Sekar tengah panik karena ketika mereka pulang kerja, tubuh Sekar sudah terbaring lemas di halaman belakang rumah. Mereka segera membawa Sekar ke rumah sakit terdekat dan sedang ditangai dokter. Ibu Sekar sudah menangis takut anaknya kenapa-kenapa. Sedangkan ayah nya tentu harus kuat menopang keluarga kecilnya. Sekar belum juga membuka matanya. Hingga malam tiba, ketika ibunya sudah tertidur sambil menggenggam tangannya dan ayahnya yang masih terjaga di sofa yang selalu menatap ke arahnya. Sekar perlahan membuka matanya dan mendapati dirinya tengah tertidur dengan selang infus yang melekat di tangannya. Sekar menyapu pandangannya dan bersitatap dengan mata ayahnya yang menatapnya lemah. Tubuh Sekar menjadi kaku ketika ia sadar bahwa ia berada di rumah sakit . Perlahan ia menatap ibunya yang masih tertidur dan menggenggam tangannya. Ia kembali menatap ayahnya yang tetap melihatnya namun tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Apakah mereka sudah tahu jika Sekar hamil?
"Ayah" lirih Sekar hampir tak terdengar
" Udah nggak apa-apa sayang, kamu istirahat aja yah" Ayahnya langsung bangkit dan mengecup lembut dahi anak gadisnya . Ia terlalu rapuh untuk menatap Sekar yang terbaring seperti itu. Sekar tidak pernah sakit parah dan ini pertama kalinya Sekar harus dirawat di rumah sakit.
" Ayah nggak tidur?"
" Ayah nggak ngantuk sayang, kamu istirahat lagi aja"
" Kenapa Sekar bisa disini?"
" Tadi kamu pingsan di halaman belakang"
Karena mendengar suara orang berbincang, ibu Sekar bangun dan langsung memeluk putrinya saat melihat Sekar tengah ngobrol dengan ayahnya.
" Sayang, kamu nggak apa-apa kan? Mana yang sakit?"
" Iya nggak apa-apa kok ma, maaf ya Sekar jadi ngerepotin"
" Hush,nggak boleh ngomong gitu" ibu Sekar sibuk memperbaiki selimut Sekar. Wajahnya sudah tidak sesendu sebelumnya dan lebih ceria karena putri kesayangannya sudah siuman jadi tidak perlu berlama-lama berada di rumah sakit.Keluarga itu terus mengobrol hingga tengah malam karena rasa kantuk sudah hilang. Orang tua Sekar sebenarnya sudah tahu mengenai kehamilan Sekar.
#Beberapa menit yang lalu saat Sekar dilarikan ke rumah sakit
Ketika pulang kerja, orang tua Sekar terus memanggil nama Sekar karena lampu rumah belum dinyalakan. Biasanya jika Sekar di rumah ia selalu mengingat untuk menyalakan lampu agar orang tahu rumah itu ada penghuninya. Namun kali ini rumahnya gelap gulita dan tidak ada tanda- tanda kehidupan.Ibu Sekar mengecek kamar Sekar namun tak ada orang.Ia segera berlari mencari suaminya dan mengadu jika Sekar tidak ada di kamarnya dan karena Sekar tidak biasanya pergi tanpa pamit,maka ibu nya langsung panik.
" Ayah, Sekar nggak ada di kamarnya, dia juga nggak kabarin kalau mau keluar" panik ibunya
" Udah lah Bu, Sekar udah gede kok, biarin aja dia main sama temannya" Ayahnya tidak ingin mengekang Sekar dan ia berpikir Sekar hanya keluar sebentar bersama teman-temannya.
"Aduh dia nggak biasa gitu ayah, dia selalu ngabarin ibu kalau emang mau keluar"Ibu Sekar tetap mengkhawatirkan anak gadis yang amat ia sayangi.
" Ya udah si Bu ditelfon aja, kenapa kayak orang zaman dahulu gitu sih" Ayah Sekar masih bisa melempar candaan yang membuat istrinya kesal lalu menelfon Sekar. Mereka langsung menoleh ke belakang begitu mendengar suara dering ponsel Sekar dari halaman belakang. Mereka berlari ke belakang dan mendapati tubuh Sekar yang sudah basah kuyup tergeletak di atas rumput yang becek karena hujan deras itu masih menyisakkan gerimisnya. Keduanya langsung membawa Sekar ke rumah sakit. Ibu Sekar sudah menangis tersedu-sedu melihat Sekar yang tubuhnya sedikit pucat.
Mereka mondar mandir di lorong ruang yang bau obat-obatan itu karena Sekar sedang ditangani. Ibu Sekar terus menangis di pelukkan suaminya yang tetap tegar dan tidak ingin memperburuk suasana. Dokter keluar dan mengatakan ada yang perlu disampaikan kepada keduanya .Mereka bingung kenapa dokter itu memanggil mereka ke ruangannya dan mengatakan ada hal yang sangat pribadi perlu ia sampaikan langsung.
"Saya tidak tahu apakah hal ini kabar baik atau buruk bagi bapak dan ibu tapi saya rasa hal ini perlu saya sampaikan secara pribadi"
" Kenapa ya dok?"
" Anak kita baik-baik aja kan dok?"
" Tenang pak, Bu, anak bapak dan ibu baik-baik aja tapi ada satu hal yang perlu bapak dan ibu ketahui bahwa nona Sekar saat ini tengah hamil dan usia kandungannya sekarang memasuki 5 minggu"
Ayah Sekar langsung berdiri dan meninggalkan ruangan itu dengan muka yang memerah. Sedangkan ibu nya masih terdiam di tempat duduknya. Dokter itu maklum dengan reaksi kedua orang tua Sekar. Orang tua mana yang bisa menerima kabar anak mereka hamil diumur muda dan masih bersekolah .Namun ibu Sekar masih bisa mengontrol emosinya jadi ia pamit dengan baik kepada dokter itu dan menyusul suaminya yang kini sudah berada di kamar Sekar. Ia pikir suaminya itu akan mengamuk karena Sekar yang hamil . Tetapi pemandangan di hadapannya sungguh luar biasa. Ayah Sekar memeluk putrinya itu sambil menangis dan meminta maaf karena gagal menjadi ayah yang baik dan menjaga nya.
" Ayah nggak marah kok sayang, jadi kamu nggak perlu simpan semuanya sendiri yah. Maafin ayah udah gagal jaga kamu"