Hai setelah karya "Cooking With Love" selesai, aku membuat novel baru "My Desire" aku jamin tak kalah seru.
Denaira Kamania Abimana gadis yatim piatu berusia 21 tahun yang sekarang diasuh oleh Om dan Tante nya. Kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan. Semua perusaaan diambil alih oleh Om dan Tantenya dengan alasan dia belum cukup umur dalam menjalankan suatu perusahaan besar. Karena kerasnya kehidupan yang di hadapi dia berpenampilan seperti laki - laki, sekaligus memudahkan dia untuk menyelidiki penyebab kematian orang tuanya.
Kafael Haiden Lukashenko seorang mafia dalam dunia bisnis berusia 35 tahun. Wajah tampan perpaduan Turki dan Rusia membuatnya memiliki banyak wanita. Dingin, tegas dan kejam.
"Siapa namamu..?"
"Abimana, tuan bisa memanggil saya Abi.."
"Hei Bi.. Kecil, kurus, pendek bahkan kau lebih cocok menjadi seorang perempuan. Bagaimana orang sepertimu bisa menjadi asistenku..?"
"Tuan tidak perlu ragu.. saya bisa melakukan semua pekerjaan yang bahkan tidak bisa dilakukan oleh pria manapun.."
"Hmm menarik.. buktikan ucapanmu itu..!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neen@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertama Kali ke Kantor
"Hei bangun kita sudah sampai.."
"Eh maaf tuan saya ketiduran.."
"Sebenarnya yang jadi atasan itu aku atau kamu.."
"Tentu saja tuan Haiden..hehehehh.." jawab Aira malu.
"Sekarang kenapa kamu malah enak - enakan tidur..?"
"Maaf tuan.. semalam saya benar - benar tidak bisa tidur.."
"Hah.. itu hanya alasanmu saja.. ayo turun bukakan aku pintu.."
"Baik tuan.." Aira segera turun dan kemudian membukakan pintu untuk Haiden.
Ia terpana melihat kantor Haiden yang begitu megah, mewah persis dengan apa yang dikatakan Harika. Gedung yang menjulang tinggi dipenuhi dengan kaca - kaca. Nilai arsitektur yang sangat tinggi dan berkelas. Pantas saja tuan menjadi orang yang dingin dan banyak musuh karena memang mengurus perusahaan begitu besar pasti hal yang sangat sulit.
"Heh jangan bengong, ayo jalan.." Noah memperingatkan.
"Eh iya.." Aira kemudian berjalan di belakang Haiden. Di depan Haiden ada dua Bodyguard mereka tinggi - tinggi, hampir sama dengan Haiden. Oleh sebab itu Aira kesulitan mengimbangi jalan mereka. Langkah mereka yang lebar membuatnya sedikit berlari agar tidak ketinggalan.
Sampailah mereka di depan sebuah lift khusus hanya untuk Haiden, naik menuju lantai dua puluh. Hanya ada keheningan di dalam lift, mereka semua diam tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Tiba - tiba.. Hik.. hik.. hik..
"Suara apa itu.."
"Hik.. saya.. hik.. tuan.."
"Abi..?"
"Hik.. ya.. hik.. tuan.."
"Hahahhhh.. kamu cegukan.." pecahlah tawa Haiden. Disaat semua orang sedang serius untuk menjaga ketenangan karena Haiden suka dengan ketenangan dia malah mengeluarkan suara aneh.
"Minumlah.. biar cegukanmu hilang.."
"Hik.. disini.. hik.. tidak ada.. hik.. minum tuan.."
"Kalau begitu tahan napasmu.." perintah Haiden sambil memencet hidung mungil Aira.
"Hummmppphh.." Aira tidak bisa bernapas, padahal ia belum bersiap - siap mengambil napas yang panjang. Beberapa detik berlalu, wajah Aira sudah merah padam.
"Hahahahhhh.." Haiden melepas tangannya, sehingga Aira bisa bernapas lagi. "Hahahahh.. sekali lagi wajahmu merah seperti bokong monyet.."
Noah dan semua bodyguard hanya tersenyum menahan tawa mendengar perkataan Haiden.
Aira hanya diam sambil menggosok - gosok hidungnya. Memang cegukannya langsung hilang, tapi hidungnya jadi sakit.
Heh hidungku yang mungil ini kalau dibeginikan terus bisa - bisa jadi gepeng batin Aira
"Hahahahhh.."
"Apalagi tuan.. sudah cukup dengan bokong monyet.. sekarang apalagi..?"
"Hidungmu.. lihat semua hidungnya seperti badut kan..?" tunjuk Haiden. Memaksa semua yang berada di dalam lift melihat hidung Aira. Mereka menahan tawa. Heh benar kan dugaanku aku pasti di bully oleh tuan batin Aira. Jadi aku diajak kesini hanya untuk di jadikan bahan tertawaan.
Ting.. suara pintu lift terbuka Haiden segera keluar menuju ruangannya. Aira tidak melihat ada sekretaris wanita disitu. Ia kemudian duduk di sebuah sofa di depan ruangan Haiden.
"Kenapa duduk disitu..?" tanya Noah
"Saya tunggu tuan di sini saja.."
"Kamu itu di sini bekerja bukan bersantai.."
"Meja saya mana..?"
"Di dalam bersama tuan.."
"Heh baiklah.."
Aira berdiri dari tempat duduknya menuju ruangan Haiden tak lupa ia mengetuk pintu. Tok.. tok.. tok..
"Masuk.."
"Maaf tuan.. saya bekerja apa hari ini..?"
"Duduk dulu.." perintah Haiden
Aira duduk di sofa beludru warna hitam khas timur tengah. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, banyak didominasi oleh warna hitam. Ada foto keluarga yang besar, hanya nyonya Harika, tuan Haiden dan satu lagi wanita cantik mungkin itu nona Azkara. Adanya foto keluarga itu menunjukkan kalau tuan Haiden orang yang sangat sayang dengan keluarga.
"Lihat apa..?"
"Itu tuan, foto keluarga..ternyata nona Azkara sangat cantik.."
"Tentu saja.. karena aku juga sangat tampan.."
"Iya benar juga.."
"Tapi awas kalau kamu sampai tertarik padanya.. ingat kamu cuma pelayan.."
"Iya tuan saya tahu posisi saya.." jawab Aira. Dalam hatinya sempat tersenyum ya jelas tidak mungkin lah karena sama - sama perempuan, seharusnya aku yang tertarik denganmu tuan.
"Hmm.. coba kamu masukkan data ini.." perintah Haiden membuyarkan lamunannya.
"Baik tuan.."
Aira segera menerima beberapa berkas dan mulai memasukkan angka - angka ke dalam tabel. Hampir dua jam dia mengerjakannya hingga membentuk sebuah grafik.
"Sudah tuan.."
Haiden melihat pekerjaan Aira yang di nilai sangat bagus. Walaupun masih kurang cepat tapi itu bisa membantunya. "Aku tidak menyuruhmu membuat grafik.."
"Itu tambahan agar tuan mudah membaca laporannya.."
"Hmm bagus.. sekarang buatkan aku kopi.."
"Baik tuan.." Aira segera keluar, ia menanyakan dimana letak pantry nya. Ternyata tidak jauh dari ruangan Haiden.
Ketika masuk ke dalam terdapat dua orang wanita yang juga sedang membuat minuman. Mereka sepertinya sedang membicarakan atasannya.
"Eh kamu sudah bisa mendekati pak Haiden..?" tanya wanita berbaju hitam
"Heh boro - boro mendekati.. masuk ke ruangannya saja susah.." jawab wanita yang berkulit putih dan berambut ikal.
"Aku kira sudah berhasil.. kamu tahu tidak kata temanku ia sempat lihat pak Haiden bersama Revina model itu lo.. mereka berdua pergi ke klub.."
"Salah lihat barangkali.. soalnya kemarin aku lihat sendiri Revina keluar ruangan dengan wajah memerah dan penuh air mata.. di tolak dia pasti sama pak Haiden.."
"Jangan - jangan pak Haiden memiliki penyimpangan orientasi seksual kan lagi musim ini.. xixixii.."
"Sudah ah yuk kerja.."
Kedua wanita itu meninggalkan pantry sambil melirik Aira sebentar.
Ternyata nggak disana nggak disini semuanya tertarik menjadi wanitanya tuan Haiden. Tapi mungkin pemenangnya adalah Ivanka batin Aira.
Setelah membuat secangkir kopi, ia bergegas kembali menuju ruangan Haiden. Tapi disana sudah menunggu seorang wanita dengan penampilan seksi.
"Hei OB sini.." panggilnya
"Ya nona.."
"Tuan Haiden ada.."
"Engg ada nona.."
"Kalau begitu aku akan masuk.."
"Maaf nona saya harus minta ijin dulu.."
"Hei.. hei.. kamu itu cuma OB baru disini.. kamu tidak tahu siapa saya.."
"Maaf nona saya kurang tahu.."
"Dasar orang rendahan.. aku itu Revina seorang model.."
Aira memperhatikan dengan seksama wajah wanita cantik di depannya itu. Sepertinya ia pernah melihatnya.. Oya Aku ingat.. ini wanita yang duduk dipangkuan tuan Haiden ketika pertama kali aku bekerja batin Aira.
"Hei kenapa bengong..?"
"Eh tidak apa - apa nona.."
"Kamu mau kurang ajar ya ke saya, aku laporkan nanti ke Haiden biar di pecat kamu.. sekarang minggir aku mau masuk..!"
"Maaf nona.. saya harus ijin dulu.."
"Brengsek.." Revina mengambil cangkir kopi yang masih panas itu dan menyiramkan ke dada Aira.
"Aauuwww..! panas..!" teriak Aira.
"Nona Revina anda sudah keterlaluan..!" teriak Noah dari arah belakang.
"Diam kamu..! dia yang keterlaluan..!"
"Ada apa ini..? kenapa ribut - ribut di depan ruanganku.." ucap Haiden keluar dari ruangannya. Ia melihat Aira yang bajunya basah terkena kopi. "Abi apa yang terjadi padamu..?"
"Haiden sayang dia tadi tersandung jadi kopinya tumpah.." sela Revina.
"Aku tidak tanya padamu..!" Haiden menatap tajam ke arah Revina. "Noah apa yang terjadi..?"
"Nona Revina yang menyiram Abi tuan.."
"Kenapa kau menyiram Abi..!" bentak Haiden.
"I'm sorry sayang, dia tadi melarangku masuk ke dalam padahal dia hanya seorang OB baru.."
"Dia bukan OB tapi dia pelayan pribadiku.. dan aku memang melarang orang masuk ke dalam ruanganku tanpa ijin dariku..! sekarang kau keluar..! aku muak padamu..!"
"Haiden please.. maafkan aku.." Revina terus memohon sambil memegang tangan Haiden.
"Noah..!"
"Baik tuan.." jawab Noah dan segera membawa paksa Revina keluar dari kantor. "Silahkan keluar dari sini nona Revina.."
Haiden masuk kembali ke dalam ruangan sambil memanggil Aira "Abi.. masuk..!"
"Baik tuan.." Aira segera mengikuti tuannya masuk ke dalam.
"Kenapa kamu tidak menghindar..?"
"Maaf tuan saya tidak berani, saya kira nona Revina adalah kekasih tuan.."
"Ingat baik - baik..! pertama dia bukan kekasihku, aku memang banyak dekat dengan beberapa wanita tapi itu hanya teman. Kedua kau aku beri wewenang tidak memperbolehkan masuk semua orang yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan.. mengerti..!"
"Iya tuan saya mengerti.. tapi bagaimana dengan nona Ivanka..?"
"Kau bisa memberitahuku dulu.. kalau tidak sibuk aku pasti menerimanya.."
"Baik tuan.." jawab Aira. Pada akhirnya yang di ijinkan tetap Ivanka, saat ini yang mengisi hati tuan adalah saudara sepupuku. Harusnya aku senang tapi kenapa mendengarnya membuat dadaku sedikit sesak.
☘☘☘☘☘
𝐭𝐧𝐩 𝐡𝐚𝐢𝐝𝐞𝐧 𝐛𝐮𝐧𝐮𝐡 𝐦𝐫𝐤𝐚 𝐬𝐝𝐡 𝐦𝐚𝐭𝐢 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚