NovelToon NovelToon
Apel : Sebuah Kecantikan Dari Kesederhanaan

Apel : Sebuah Kecantikan Dari Kesederhanaan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta Terlarang / Beda Usia / Persahabatan / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: AppleRyu

Ryu dan Ringa pernah berjanji untuk menikah di masa depan. Namun, hubungan mereka terhalang karena dianggap tabu oleh orangtua Ringa?

Ryu yang selalu mencintai apel dan Ringa yang selalu mencintai apa yang dicintai Ryu.

Perjalanan kisah cinta mereka menembus ruang dan waktu, untuk menggapai keinginan mereka berdua demi mewujudkan mimpi yang pernah mereka bangun bersama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AppleRyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32 : Kecupan Perpisahan

Hari itu mendung menggelayut di langit, seolah ikut merasakan beban yang berat di hati kami semua. Ruang tunggu di luar kantor polisi dipenuhi oleh perasaan tegang yang menggantung. Bukti-bukti telah terkumpul, dan pamanku, ayah Ringa, kini berada di balik jeruji besi. Kenyataan pahit ini membawa gelombang kebencian dan kesedihan yang tak terlukiskan.

Aku duduk di salah satu kursi di sudut ruangan, merasakan jantungku berdetak kencang seolah akan meledak kapan saja. Inggit duduk di sebelahku, tangannya gemetar meski dia berusaha keras untuk tetap tenang. Di seberang kami, Ringa dan mamanya, Tari, duduk dengan wajah yang penuh dengan kebencian dan kekecewaan. Tatapan mereka yang tajam membuatku merasa seperti seorang penjahat yang telah menghancurkan kehidupan mereka

Tari adalah orang pertama yang memecah keheningan. "Bagaimana kamu bisa melakukan ini pada keluarga kami, Ryu?" suaranya bergetar dengan emosi yang terpendam. "Kamu menghancurkan hidup kami! Suamiku tidak bersalah!"

Aku mencoba menenangkan diriku sebelum menjawab. "Tante, ini bukan keputusan yang mudah bagi siapa pun. Tapi bukti-bukti sudah jelas. Kami tidak bisa mengabaikan kejahatan yang telah dilakukan."

Ringa memandangku dengan mata yang penuh air mata, tetapi juga dengan kemarahan yang membara. "Bagaimana kamu bisa percaya bahwa ayahku bisa melakukan sesuatu yang begitu mengerikan, Bang? Aku pikir kamu adalah abangku, seseorang yang bisa kami percaya."

Aku merasa hatiku hancur melihatnya seperti itu. "Ringa, aku tidak pernah ingin ini terjadi. Aku peduli padamu, pada keluargamu. Tapi kita tidak bisa mengabaikan apa yang terjadi pada Inggit. Keadilan harus ditegakkan."

Tari berdiri dengan marah, hampir mendekatiku dengan tatapan yang begitu intens. "Keadilan? Kamu berbicara tentang keadilan? Apa yang kamu lakukan adalah menghancurkan keluargaku! Bagaimana aku harus menjelaskan ini kepada keluargaku yang lain? Bagaimana aku harus hidup dengan ini?"

Aku berdiri, mencoba mempertahankan ketenangan. "Tante, aku mengerti perasaan Anda. Ini adalah situasi yang sangat sulit bagi semua orang. Tapi kita harus melihat kebenaran. Kita tidak bisa membiarkan kejahatan seperti ini tidak terungkap."

"Jangan bicara tentang kebenaran padaku!" Tari berteriak, air mata mulai mengalir di wajahnya. "Kamu tidak tahu apa-apa tentang keluarga kami, tentang apa yang telah kami lalui. Kamu hanya peduli pada dirimu sendiri dan pada jalang itu!" Tari menunjuk ke arah Inggit.

Inggit yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Bu Tari, saya tahu ini sulit. Tapi saya adalah korban di sini. Saya telah melalui neraka karena ayah Ringa. Saya tidak bisa diam saja."

Ringa menatap Inggit dengan tatapan penuh kebencian. "Kamu adalah penyebab semua ini, Inggit. Kamu menghancurkan keluarga kami dengan kebohonganmu!"

Aku tidak bisa menahan diri lagi. "Ringa, cukup! Ini bukan salah Inggit. Dia adalah korban, dan dia berhak mendapatkan keadilan. Aku tahu ini sulit untuk diterima, tapi kita tidak bisa mengabaikan kebenaran."

Ringa berdiri dengan marah, air mata mengalir di wajahnya. "Aku tidak bisa melihatmu lagi, bang. Kamu bukan abang yang kukenal. Kamu telah mengkhianati kami."

Aku merasakan dunia runtuh di sekelilingku. "Ringa, tolong. Aku hanya ingin kebenaran. Aku ingin kita bisa melewati ini bersama."

"Melalui ini bersama?" Ringa tertawa pahit. "Kamu telah menghancurkan segalanya. Tidak ada yang bisa kita lewati bersama lagi. Aku membencimu, bang."

Kata-katanya menusuk hatiku seperti pisau. Aku ingin menjelaskan, ingin membela diri, tapi aku tahu tidak ada kata-kata yang bisa memperbaiki situasi ini. Aku hanya bisa menatapnya dengan kesedihan yang mendalam.

Inggit menggenggam tanganku erat, memberikan sedikit kekuatan di tengah kekacauan ini. "Ryu, kita harus tetap kuat. Ini adalah bagian dari proses untuk menemukan keadilan."

Aku mengangguk, mencoba mengumpulkan keberanian. "Aku tahu, Inggit. Tapi melihat mereka seperti ini... ini sangat sulit."

Tari masih berdiri dengan marah di hadapanku. "Kamu akan menyesali ini, Ryu. Aku akan memastikan kamu menyesal telah menghancurkan keluargaku."

Aku menatapnya dengan penuh kesedihan. "Aku tidak pernah ingin ini terjadi, tante. Tapi kita harus menghadapi kenyataan. Kita harus mencari keadilan."

Dengan satu gerakan tegas, Tari berbalik dan berjalan keluar dari ruangan, meninggalkan kami dalam keheningan yang menyesakkan. Ringa mengikutinya, tetapi sebelum dia pergi, dia berbalik dan menatapku dengan tatapan penuh kebencian. "Aku harap kamu bisa hidup dengan apa yang telah kamu lakukan, bang."

Ketika mereka pergi, aku merasakan beban berat di dadaku. Aku tahu bahwa apa pun yang terjadi, hidup kami tidak akan pernah sama lagi. Aku tahu bahwa aku telah kehilangan Ringa, orang yang sangat berarti bagiku.

Aku menoleh pada Inggit, mencoba menemukan kekuatan dalam tatapannya. "Kita harus terus maju, Inggit. Kita harus menemukan cara untuk menghadapi semua ini."

Inggit mengangguk, meski air mata masih mengalir di wajahnya. "Aku tahu, Ryu. Dan aku bersyukur kamu ada di sisiku."

Kami duduk dalam keheningan, memikirkan segala yang telah terjadi. Proses penyelidikan ini telah mengungkap kebenaran yang pahit, tetapi juga telah menghancurkan banyak hal dalam perjalanan. Namun, aku tahu bahwa kami harus terus maju. Kami harus menemukan cara untuk menghadapi kebenaran ini, meskipun itu berarti kehilangan orang-orang yang kami cintai.

Hari-hari berikutnya penuh dengan ketegangan dan ketidakpastian. Proses hukum terhadap pamanku berjalan, dan semakin banyak bukti yang terungkap. Setiap langkah dalam proses ini adalah beban yang berat di hati kami semua. Aku berusaha untuk tetap kuat demi Inggit, tetapi rasa bersalah dan kehilangan yang kurasakan membuat semuanya terasa hampir tak tertahankan.

Suatu malam, aku menerima panggilan dari Ringa. Suaranya terdengar lelah dan penuh dengan emosi yang tertahan. "Abang Ryu, bisakah kita bertemu? Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan."

Aku merasa campuran harapan dan ketakutan. "Tentu, Ringa. Kapan dan di mana?"

"Kita bisa bertemu di taman dekat kampusmu. Besok sore," jawabnya singkat sebelum menutup telepon.

Keesokan harinya, aku menunggu di taman dengan hati yang berat. Ketika Ringa akhirnya tiba, dia tampak lebih lelah dari yang pernah kulihat sebelumnya. Kami duduk di bangku taman, dan untuk beberapa saat, kami hanya duduk dalam keheningan.

"Abang," Ringa memulai dengan suara pelan, "aku tidak tahu bagaimana harus merasa tentang semua ini. Aku marah padamu, aku membencimu karena apa yang telah terjadi pada ayahku. Tapi aku juga tidak bisa mengabaikan bahwa mungkin ada kebenaran dalam apa yang kamu katakan."

Kata-kata Ringa menggantung di udara seperti awan gelap yang menutupi sinar matahari. Aku merasa hatiku hancur mendengar kebenciannya, tetapi juga melihat kilatan rasa sakit yang sama dalam matanya. Ini adalah saat-saat yang paling sulit yang pernah kami hadapi.

"Ringa," kataku dengan suara parau, "aku mengerti perasaanmu. Aku tidak pernah ingin menyakitimu atau keluargamu. Tapi ini adalah kebenaran yang harus kita hadapi."

Dia menatapku dengan mata yang penuh air mata, tetapi juga dengan kebingungan dan ketidakpastian. "Bagaimana aku bisa percaya padamu, bang? Bagaimana aku bisa melupakan semua ini?"

Aku mengambil napas dalam-dalam, berusaha mengendalikan emosiku. "Aku tidak meminta kamu untuk melupakan, Ringa. Aku hanya berharap kamu bisa mengerti bahwa aku melakukan ini untuk mencari keadilan, untuk mengakhiri penderitaan Inggit."

Ringa menghela napas panjang dan menundukkan kepalanya. "Aku tahu, bang. Tapi itu tidak membuat segalanya lebih mudah. Aku merasa terjebak antara cinta dan kebencian."

Kami duduk dalam keheningan, membiarkan kata-kata kami tenggelam dalam suasana hati yang gelap. Perlahan, Ringa mengangkat wajahnya dan menatapku dengan tatapan yang penuh keraguan.

Lalu tiba-tiba Ringa mendekatkan dirinya padaku, dan aku bisa merasakan getaran emosi yang mengalir di antara kami. Aku merasa denyut jantungku semakin cepat saat Ringa mendekatkan dirinya padaku. Seolah-olah dunia di sekitar kami menghilang, menyisakan hanya kami berdua dalam momen yang penuh dengan emosi dan ketidakpastian. Aku merasakan udara menjadi lebih tebal, hampir sulit untuk bernapas, tetapi aku tahu bahwa ini adalah momen yang harus kami alami.

"Ringa," bisikku, suaraku nyaris tidak terdengar.

Dia menatapku dengan mata yang penuh air mata, tetapi juga dengan kehangatan yang belum pernah aku lihat sebelumnya.

Tanpa berkata apa-apa lagi, aku meraih wajahnya dengan kedua tanganku, ibu jariku menyentuh lembut pipinya yang basah oleh air mata. Dia menutup matanya, menghela napas dalam-dalam, dan aku merasakan kehangatan tubuhnya semakin dekat. Aku mendekatkan wajahku, dan dalam sekejap, bibir kami bersentuhan.

Ciuman itu lembut pada awalnya, seperti hembusan angin yang pelan menyapu wajah. Namun, seiring dengan semakin mendalamnya perasaan kami, ciuman itu berubah menjadi lebih intens. Bibirnya yang lembut dan hangat bergerak dengan cara yang membuat hatiku berdebar kencang. Aku bisa merasakan rasa asin dari air matanya yang mengalir di pipinya, mencampur dengan perasaan kami yang mendalam.

Dalam sekejap, aku merasa seluruh dunia menghilang. Tidak ada rasa sakit, tidak ada kebencian, hanya ada kami berdua dalam momen yang intens dan penuh dengan emosi. Ringa merasakan hal yang sama, aku bisa merasakannya dari cara dia membalas ciumanku.

Ketika kami akhirnya berpisah untuk mengambil napas, aku menatap matanya yang kini terbuka. Ada kilatan kehangatan dan cinta yang belum pernah aku lihat sebelumnya. "Abang Ryu," bisiknya dengan suara yang nyaris tidak terdengar, "terima kasih."

...****************...

1
ᴋɪᷡɴᷟɢ
Cerita ini kompleks, jujur unexpect banget ternyata Inggit ada hubungannya dengan bapaknya Ringa. Dunia memang sesempit itu, gue penasaran bgt sama lanjutannya, buat Author walaupun ceritanya sepi, sampai disini gue akuin ini cerita bener-bener masterpiece, gue gak nyangka dan diluar nalar banget.. bikin cliffhanger yang bagus di setiap episodenya, gila author nya diluar nalar cooook
Mitsuha
Itu kebun apelnya Abang Ryu sama Ringa, maen ngomong kita aja
Mitsuha
Novelnya bagus bangeeeet🫶🏻🫶🏻🫶🏻
流大伊佐山豊
Cepet banget, update thooor update
流大伊佐山豊
Laura idup lagi?
流大伊佐山豊
Apel
流大伊佐山豊
Gila sih, apasih lawak woy lawak.. meninggal? tiba2 bangeeeeeeeeeet
流大伊佐山豊
Hana b*b*
流大伊佐山豊
Ryu nih masih naif, apakah dia akan jadi Xu Zhu?
流大伊佐山豊
Anzaaaaaay Ryu dan Ringa ga siiii 😂😂
流大伊佐山豊
Ryu dan Hana ga sih 😂
流大伊佐山豊
Lah emang bener kata si Hana, Ryu ini bener-bener gak bisa lepas dari Ringa.. tapi Hana juga ya elah Hana Hana
流大伊佐山豊
Stress nih cewe
流大伊佐山豊
Kocak banget Hana, astagaaa
流大伊佐山豊
Niat banget si Laura
流大伊佐山豊
Laura.. Beautiful name
流大伊佐山豊
Asli keluarganya Ringa kelewatan
ona
hana redflag banget woy /Right Bah!/
ona
eh hana bjir banget /Panic/
流大伊佐山豊
Orangtuanya Ringa kolot ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!