Dikhianati oleh ibu tiri dan saudara tirinya, Daisy yang baik hati menjadi tawanan di tempat tidur pemimpin mafia terbesar.
Benjove Haghwer, memiliki tinggi badan 190cm, dengan tubuh yang ideal dan wajah yang sempurna... Di balik penampilannya yang mempesona adalah iblis berhati dingin.
Daisy melarikan diri, Benjove terus mengejarnya.
Bagaikan kucing dan tikus, Benjove menikmati permainan ini, tapi tanpa disadari, dia sendiri jatuh cinta!
Akankah malaikat yang baik hati dan cantik ini bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Newbee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 32
Taman hiburan telah kosong, Daisy dan Dereck akhirnya bertemu di dekat komedi putar yang di penuhi lampu kerlap kerlip, kuda-kuda besar yang indah naik turun berputar pelan.
Daisy bernafas lega dan melepaskan gumpalan di kerongkongannya, ia percaya bahwa Dereck bisa membantunya untuk melepaskan diri dari pria monster itu.
Kesalahan yang selalu Daisy sesali adalah ketika ia meminta tolong pada Ben saat melarikan diri dan Geraldo menemukannya.
Daisy saat itu tidak pernah tahu, bahwa Ben jauh lebih mengerikan dari sosoknya yang terlihat diam dan dingin, bahkan ia hanya ingin di tolong lalu terlepas dari semua prahara yang akan memenjarakannya dari para pria hidung belang.
Bahkan Daisy tak pernah menyangka Brian yang menolongnya, pun ikut terseret dalam permasalahan hidupnya.
Daisy menatap lekat-lekat pria tampan yang tinggi berambut pirang di hadapannya.
Dereck tersenyum dan hendak mendatangi Daisy. Namun seketika wajah lega Daisy berubah menjadi ketakutan tatkala dari seorang pria memakai mantel besar tiba-tiba terlihat berjalan dari tikungan dan semakin memdekati Dereck.
Wajah Daisy semakin ketakutan ketika pria itu mengeluarkan pistolnya yang terbuat dati emas, dan langsunh menodongkan kannya di kepala belakang Dereck.
"Tukang ikut campur." Kata Ben dengan suara rendah.
"Aaahggg....!!!! Tidakkk... Jangan tembak... Jangan Tembak Tuan Ben.... Saya yang salah....!!!" Teriak Daisy gemetaran dan panik melihat pistol itu sudah menempel di kepala belakang Dereck.
"Apa kau masih belum paham Daisy? Setiap tindakan mu yang memberontak, maka orang lain yang akan menerima hukumannya. Seperti Mena, apakah kau masih belum bisa belajar?" Kata Ben.
"Saya mohon jangan menembaknya Tuan Dereck." Lata Daisy menangis dan memohon.
"Suasana hatiku menjadi buruk karena kau memohon seperti itu hanya untuk pria." Kata Ben.
Dereck kemudian tersenyum.
Casey tertatih mendatangi Dereck, dan para pengawal juga berdatangan.
"Punya hak apa anda menahan seorang gadis yang ingin bebas." Kata Dereck.
"Punya hak apa? Aku tidak butuh punya hak. Hanya sebatas apa yang aku mau harus menjadi milikku, dan apa yang tidak aku inginkan bisa ku lenyapkan." Kata Ben.
"Dia hanya ingin bebas." Lanjut Dereck.
"Mudah saja, kalau dia ingin bebas, dia juga harus merelakan rumahnya dan membayar semua ganti rugi yang telah ku keluarkan." Kata Ben.
Daisy bergetar mendengar itu.
"Saya akan membayarnya." Jawab Dereck
"Aku tahu kau mampu, tapi aku tidak suka. Ini bukan hanya tentang uang." Kata Ben.
"Aku membayar semua hutang ibu tirinya dan harus mengeluarkan cukup banyak uang untuk mengambil alih rumah yang menjadi jaminan. Apa aku lupa mengatakam jika rumah itu di ambil pemerintah?" Lanjut Ben.
Daisy tak mengerti, yang ia tahu rumah peninggalan ibunya hanya di gadaikan pada Geraldo oleh ibu tirinya.
Daisy menggeleng.
Kemudian Ben berputar kini ia berada di samping Dereck.
"Wilayah barat kota S akan di ambil alih oleh pemerintahan, sayangnya aku malas berdebat dengan para pemerintah karena itu sangat bertele-tele, sangat kebetulan sekali pemukiman dimana rumah tradisonal milik mendiang ibumu berdiri di tanah yang juga terdampak akan di gusur dan di ganti dengan bangunan rumah susun modern. Kau tahu Daisy, bagaimana aku mengupayakan rumah itu tetap berdiri? Pemerintahan yang menangani itu sangat menyukai uang."
"Jangan berbohong Tuan Ben, aku tahu wilayah Kota S sepenuh nya sudah menjadi milikmu, karena Geraldo telah menyerahkan semuanya padamu, kau memaksanya ketika dia kalah!" Kata Dereck.
Traver saat itu sudah berada di dekat mereka dan mengeluarkan senjatanya, di susul Casey yang juga sigap, suasana menjadi tegang kembali.
"Traver jelaskan semuanya, jika masih ada yang tidak percaya kau lemparkan dokumennya di depan orang itu." Perintah Ben dingin.
"Awalnya memang seperti itu Tuan Dereck, tapi ternyata kepemilikan tanah dan wilayah itu bukan benar-benar sah milik Geraldo, dokumen-dokumen yang ia punya palsu, Geraldo hanya mengaku-ngaku dan sebetulnya dia gangster murahan, dan Tuan Ben harus terlibat masalah dengan pemerintahan Negara K, mereka gila uang, kamj harus membungkam mereka dengan beberapa puluh triliun agar tetap mempertahankan rumah itu."
"Tapi kau melakukannya bukan semata-mata rumah itu, karena kau juga harus mempertahankan wilayah barat di kota S agar tetap menjadi milikmu."
"Secara garis besarnya adalah Tuan Ben akhirnya melepaskan wilayah barat Kota S, di tambah sumpalan puluhan triliun pada pemerintah hanya agar Tuan Ben dapat mempertahan rumah tradisional yang ada di perbatasan. Kalau di pikirkan lagi apa untungnya bagi Tuan Ben?"
Tubuh Daisy kaku, ia menatap tanah yang di lapisi mistar semen dengan mata layu, pikirannya kosong dan kini ia tahu bahwa menyesal pun tak akan berguna, bahkan yang ia pikirkan sekarang adalah apakah ia akan selamat dari amukan Ben.
"Jadi Daisy, kau bisa memilih, aku akan meratakan rumah itu dan menembak pria ini, atau kau ikut lagi denganku, dan meminta maaf karena telah membuat kegaduhan yang tidak penting ini. Waktu mu 10 detik." Kata Ben menatap tajam pada Daisy.
Tanpa harus menunggu 10 detik Daisy langsung mengatakannya.
"Saya akan ikut dengan anda, dan maafkan saya tuan Dereck telah melibatkan anda dalam persoalan saya yang tidak penting ini." Kata Daisy menunduk malu dan air mata mulai menetes.
"Daisy...." Saat itu Dereck mengepalkan tangannya dan tidak dapat berbuat apapun dengan keputusan yang Daisy buat.
Ben kemudian menyimpan senapannya lagi dan pergi lebih dulu bahkan meninggalkan Daisy. Pria itu terus berjalan melewati Daisy tanpa melihatnya sedikitpun. Ada raut wajah kecewa yang Daisy baca, bukan hanya itu, Ben seperti sangat marah hingga ia tidak bisa lagi berkata-kata.
Traver kemudian mengajak Daisy untuk kembali dan para pengawal juga mengikuti dari belakang.
Suara-suara permainan di taman hiburan seolah tidak dapat memecah ketegangan dan kecanggungan suasana saat itu, bahkan Daisy merasa Ben semakin dingin padanya.
Saat itu Daisy pun masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Ben, mobil akhirnya melaju beriringan dan menuju Mansion.
Ben masih diam dan tak mengatakan apapun pada Daisy, tatapan nya lurus melihat ke arah luar jendela.
Sedangkan Daisy juga hanya diam tak berani mengatakan apapun.
Hingga sampailah mereka di mansion, Ben tetap bersikap acuh dan dingin pada Daisy, pria itu keluar dari mobil tanpa sepatah kata pun.
Daisy benar-benar merasa akan lebih baik jika Ben berteriak atau memakinya atau sekedar menjahilinya seperti kemarin-kemarin, daripada keheningan dan kesunyian sikap Ben yang lebih dingin dari pada es beku di kutub utara.
Para pelayan pun juga terlihat diam dan hanya membantu Daisy masuk ke dalam kamarnya, beberapa telah menyiapkan serangkaian peralatan agar Daisy dapat membersihkan diri dengan benar.
"Nona kami akan membantu anda mandi."
"Tapi..."
"Kali ini maafkan kami Nona, ini perintah Tuan Traver katanya anda mau ataupun tidak kami harus tetap melakukannya." Kata salah satu pelayan dengan gugup.
Daisy tidak ingin membuat masalah dan melibatkan orang lain lagi, ia tidak ingin orang lain mendapatkan kesusahan atas dirinya lagi. Kini Daisy hanya bisa menurut.
bersambung