"Ayah! ibu! kakak! Dimana kalian semuanya, hiks..."meraung Jeony sejadi-jadinya melihat anggota keluarga yang sudah tak bernyawa akibat kecelakaan beruntun yang menimpa keluarga pak Loey Christian.
"Kenapa tuhan? Kenapa engkau mengambil semua orang yang hamba sayang tuhan, hiks..."jeony meraung sejadi-jadinya di tempat kejadian yang dimana kondisinya pun saat ini juga tidak memungkinkan.
Ya memang benar adanya saat ini kondisi jeony pun begitu memprihatinkan. Karena kejadian naas itu yang membuat jeony mengalami patah tulang cukup parah yang membuat jeony harus menjalani serangkaian operasi estetika dan orthopedi agar dapat menyelamatkan nyawa jeony yang hanya tinggal menghitung jam.
Setelah melakukan serangkaian operasi, akhirnya nyawa jeony pun berhasil di selamatkan. Waktu terus berlalu hingga perubahan pada Jeony pun semakin terlihat jelas bahkan jeony dianggap seperti orang gila oleh warga sekitar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dyajenkpankestu_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Sembari terus mengayuh, saat itu juga teringat sebuah memori lama yang membuat jeony terus menggelengkan kepala sambil berbisik lirih."Aku nggak gila, aku nggak gila dan aku bukan tawanan rumah sakit jiwa hiks… hiks…"
Jeony saat ini terus berusaha mengayuh kursi roda dengan tangan kecilnya agar terbebas dari kejaran warga. Akan tetapi, joeny tak sadar, jika posisinya sekarang berada tepat tengah jalan yang begitu luas."Ya ampun Aku nggak nyadar aku berada dengan maut saat ini"
Saat jeony ingin berbalik, hendak mengayuh kursi roda. Saat yang sama, terdengar suara teriakan dari seorang perempuan yang tak lain dia adalah ustazah azka yang berusaha menolong jeony dari bahaya maut.
"Awas… nyawamu dalam bahaya mbak…"teriak ustazah azka begitu keras, membuat jeony pun terdiam sejenak dan memandangi ustazah cantik berada di sebelah jalan dengan tatapan kosong. Sesaat kemudian, jeony pun dilema dengan keputusannya sendiri.
"Aku ingin menyusul keluargaku hiks…" meraung Jeony sejadi-jadinya dengan posisi yang begitu menegangkan. Akan tetapi, jeony teringat pesan almarhum sang ayah dan keluarganya untuk mengungkap kasus kematian keluarga Christian.
"AWAS!!!!"khawatir para warga yang sedari tadi menyaksikan pembicaraan joeny dengan ustadzah azka.
"WOY BAHAYA MENERKAMMU WOYYY!!"Teriak seorang laki-laki bernama bimo.
"Paling orang nyawa banyak"seru dika serta melihat jeony yang masih di tengah jalan. Kembali pada jeony yang saat ini ingin memulai hidup baru tanpa ada bayangan keluarga kandung.
"Aku Harus selamat!" tekad joeny dalam hati yang begitu menggebu.
"Ayo mbak! Harus selamat mbak!"Teriak ustadzah azka begitu melengking, membuat semangat jeony kembali hidup.
Dengan tenaga yang masih tersisa, jeony dengan sekuat tenaga putar balik kursi roda. Lalu, dengan kekuatan penuh jeony mengayuh kursi roda dengan cepat. Posisi saat ini di kanan jalan yang luas, sudah ada mobil biru berkecepatan tinggi melintas. Saat yang sama, jeony berusaha menghindari tabrakan itu sekuat tenaga.
Wuss...
Srasss...
Ckitt...
Wuss...
Pada akhirnya, joeny pun selamat dari maut. Akan tetapi, punggung jeony sedikit tergores. Karena punggung putih jeony begitu cukup keras beradu dengan body mobil biru yang melaju dengan kecepatan tinggi. Sehingga punggung badan jeony sedikit terluka seperti orang terkena luka bakar di area punggung belakang badan."Alhamdulillah aku selamat. Ihhh, tapi punggungku sempat beradu dan hasilnya seperti ini ihhh perihhh"
Saat jeony sudah berada di pinggir jalan serta berhasil selamat dari bahaya maut. Langsung saja, bu ustad azka segera menghampiri jeony yang bersimbah darah di punggung badan saat ini.
"Kamu tidak apa-apa nak"ucap ustadzah azka dengan nada lembut.
"Alhamdulillah, saya tidak apa-apa bu"sahut jeony dengan nada pelan sembari menahan yang menjalar keseluruh tubuh.
"Alhamdulillah syukurlah. Sekarang tunggu mobil anak saya sampai. Setelah itu, kita pergi ke rumah sakit ya nak"sahut ustadzah azka dengan lembut.
"Ya buk"jawab jeony seadanya.
Saat ini, ustazah azka dan jeony sedang menunggu jemputan mereka. Cukup lama menunggu, akhirnya mobil tua dan terparkir tepat di hadapan mereka berdua. Kemudian, muncullah seorang laki-laki begitu tampan, yang tengah berdiri tepat di hadapan ustazah azka dan jeony saat ini.
"Ayo ustazah, naik"ucap Seorang laki-laki bernama alfarad.
"Ya al, sebentar lagi ustad naik"sahut Ustazah azka. Setelah berbicara sekilas, ustazah azka pun menoleh ke arah jeony yang sedari tadi menahan perih di punggungnya.
"Ayo nak! Ustad bantu naik!"Ucap ustazah azka sambil mendorong kursi roda jeony tepat di dekat pintu mobil.
"Kamu bisa duduk sendiri?"tanya ustadzah azka.
"Saya tidak bisa buk"jawab jeony seadanya.
"Ya sudah. Sekarang ulurkan tanganmu ke belakang kepala saya nak"jawab ustazah azka sambil sedikit mencondongkan badan ke bawah, tepat sejajar dengan posisi jeony saat ini.
Anggukan kepala dua kali, itulah jawaban jeony beberapa saat yang lalu. Kemudian ustadzah mulai membopong tubuh ringkih jeony masuk kedalam mobil. Beberapa saat kemudian, jeony pun sudah masuk kedalam mobil. Lalu, ustadzah azka mulai melihat kursi roda yang berlumuran darah serta ikut juga dimasukkan ke bagasi mobil. Setelah, semua sudah duduk, alfarad pun menyalakan mesin mobil serta menjalankan mobil dengan kecepatan sedang.
Di lain tempat, di rumah sakit Mangusada. Terdengar suara teriakan yang cukup keras dari ruangan jeony saat ini dirawat secara intensif. Teriak itu juga, membuat para perawat lain berdatangan, termasuk dokter gita yang sedari terus mengkhawatirkan kondisi jeony saat ini. Dengan langkah lebar, dokter gita pun segera masuk kamar rawat dan memeriksa secara keseluruhan keadaan sang adik ipar saat ini. Sesaat setelah sampai di depan ruangan sang adik ipar. Di saat yang sama, dokter gita merasakan bau anyir yang tercium menyengat sembari terus melangkah lebar untuk bisa sampai tepat waktu di ruang rawat jeony.
Setelah sampai di depan ruang rawat, dokter gita di kejutkan dengan tubuh Jeony yang sudah berubah menjadi mayat tepat di hadapannya saat ini. Dengan langkah pelan, dokter gita mendekat. Kemudian, bu dokter gita mengambil tangan kecil jeony lalu dokter gita foto, sebagai dokumentasi. Terutama, wajah pucat jeony ikut di foto sebagai bukti jika ini benar-benar sang adik. Lalu, tak lupa dokter gita juga menscan sidik batang yang berada di gelang pasien yang belum tercabut untuk memastikan apakah mayat ini atas nama jeony Christian ataupun bukan.
Sambil menunggu hasil digital ada, dokter gita mendekat ke mayat jeony yang sudah membusuk. Perlahan, dokter gita mengangkat tangan jeony sembari menahan tangis dalam diam."Dek, apa kamu juga ikut pulang dek! Kamu tinggalin kakak disini sendiri dek hiks..hiks…"lirih sedih dokter gita sembari mengusap wajah jeony secara perlahan. Kemudian, dokter gita membuka selimut yang menutupi seluruh tubuh jeony secara perlahan.
Pelan tapi pasti, dokter gita terus membuka selimut penutup jenazah jeony saat ini. Tak butuh lama, mayat jeony yang sudah membusuk terbuka secara keseluruhan. Diteliti dengan jeli, tubuh sebagian kanan sudah di cek keseluruhan oleh dokter gita. Tak lupa, dokter gita pun mengecek kondisi mayat jeony di sebelah kiri. Saat dokter gita serius mengamati jenazah jeony di samping kiri, saat yang sama, terdengar suara notifikasi ponsel milik dokter gita yang berdering.
Dengan cepat, dokter gita pun memeriksa notifikasi di ponsel terkait scan QR yang berada di gelang jenazah jeony. Dibaca seksama oleh dokter gita informasi tentang jenazah jeony secara menyeluruh. Saat data terakhir terkirim di ponsel dokter gita, seketika itu juga, dokter gita begitu terkejut hingga dokter gita hampir kehilangan keseimbangan tubuhnya, karena membaca hasil identifikasi jenazah. Disebutkan, jika jenazah yang saat ini dokter gita rawat adalah jenazah perempuan yang memiliki kanker payudara stadium akhir atas nama Ainun Halfazah bukan Joeny Christian sang adik ipar.
semangatt thorrr/Drool//Drool/