Malam itu terdengar tangisan di tengah gelapnya malam. Seorang bayi terbungkus kain putih di letakkan begitu saja diantara tumpukan sampah yang berbau.
Keluarga Anggoro, keluarga yang di kelilingi orang-orang kejam tega membuang darah daging mereka demi sebuah gengsi.
Bayi malang Dewi yang lahir kembar dengan Bintang anggoto. Dewi memiliki sisik emas, sisik yang keluar saat dia marah atau sesuatu akan menimpa sedangkan adiknya bintang juga memiliki kekuatan yang luar biasa hebatnya.
akankah mereka bersatu ataukah mereka akan jadi musuh satu dengan yang lain?
ikuti terus kisahnya sampai tamat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32. RENCANA PENJEBAKAN.
Dewi mendorong Renata hingga jatuh untuk kedua kalinya. Sambil memegang bokong Renata maju langsung menyerang Dewi.
Ilmu Kanuragan Renata lumayan juga, menyerang Dewi membabi buta.
Dewi memasang badan, Renata menendang area perut. Bukanya merasa sakit, Dewi malah tersenyum. Kembali Renata mengulang tapi masih tetap sama, Dewi masih diam memasang badan hingga beberapa karyawan lewat sambil tertawa.
"Rasakan ini"
Renata menendang tembok sambil bicara sendiri.
"Hay apa yang kalian tertawakan, dasar gila! Awas kamu."
Renata pergi sambil menunjuk tembok. Dewi menipu dengan mengubah diri sama seperti yang sering dia lakukan untuk mengelabui lawan.
Keluar dari dalam lift, Renata masih mengomel seperti orang stres. Setiap orang yang berpapasan dengannya bentak.
"Aku harus menemui Memey untuk meminta bantuan. Perempuan itu harus di beri pelajaran."
Renata memutar haluan kearah rumah Memey. Sesampainya di rumah bernuansa Tionghoa, Renata keluar dari dalam mobil dan langsung masuk ke rumah.
"Mana Memey?" tanya Renata pada pelayan yang sedang sibuk membersihkan di ruang tengah.
"Nona ada di kamar, apa mau saya panggilkan."
"Tidak usah, kerjakan saja tugasmu dengan baik, awas jangan sampai sebutir debu menempel di lantai."
Renata meninggalkan pelayan itu menuju ke kamar Memey.
Tok...tok...tok....
Mendengar ketukan dari luar, Memey yang sedang selonjoran diatas pembaringan berdiri lalu membuka pintu.
Wajahnya masam melihat siapa yang datang.
"Masuklah...."
Ajak Memey kembali duduk di pembaringan.
"Untuk apa kamu datang kemari?" tanya memey dingin.
Dari awal memang memey tidak suka dengan Renata walau mereka itu sepupuan.
"Aku butuh bantuan mu."
Memey mengernyitkan dahinya.
Renata kemudian menceritakan kedatanganya.
Memey mendengar dengan serius, ini kesempatan baginya yang kedua kalinya menguji Dewi, apa benar dia itu siluman ular atau bukan seperti yang dikatakan biksu Tong.
Memey bersedia, tentu saja membuat Renata semakin bersemangat.
Renata berencana menjebak Dewi dengan bantuan Memey.
Renata menyuruh Memey membawa Dewi ke suatu tempat, tempat yang di tentukan Renata. Setelah berada di tempat itu Memey disuruh meninggalkan Dewi secara diam-diam.
Memey mengangguk paham dan bersedia menuruti semua keinginan Renata.
Semua rencana tersusun rapi, Renata pamit, dan akan menghubungi Memey jika semua persiapan penjebakan sudah selesai.
Memey mengantar Renata ke pintu depan, hubungan yang selama ini renggang kini kembali membaik.
Setelah mobil memey menghilang, Memey kembali masuk kamar.
********************************
Sementara itu di kediaman Abraham tampak suasana mencekam. Para pelayan mondar-mandi keluar masuk kamar Wulan dan Abraham.
Wulan tiba-tiba merasa sakit kepala dan mual.
Pak Tono beberapa kali menghubungi dan mengirim pesan pada Abraham tapi belum juga ada balasan.
Dokter Andy sebagai dokter pribadi keluarga itu juga berada di luar negeri.
Dewi yang mendapat telpon dari pak Tono kalau ibunya sakit segera pulang bersama Ryo.
Setibanya di rumah, Dewi dan Ryo bergegas masuk dan mendapati Wulan sedang berbaring di kamar di temani oleh beberapa orang pelayan.
"Ibu apa yang terjadi?" ucap Dewi panik, kejadian malam itu masih membuatnya trauma. Santet belatung yang hampir merenggut nyawa Wulan. Dewi menerawang dengan mata batin, semuanya normal tanpa ada gangguan jin atau mahluk lain.
"Tiba-tiba kepala ibu pusing dan mual-mual, mungkin ibu
masuk angin."
Owe.......
Wulan berlari ke kamar mandi memuntahkan seluruh isi perutnya.
Dewi mengikuti dari belakang lalu memijit punggungnya.
"Tenanglah, ibu baik-baik saja." Dengan dibantu Dewi, Wulan kembali tempat tidur.
"Apa papa sudah tahu kalau ibu sakit?"
"Saya sudah beberapa kali menghubungi tuan abraham, tapi sepertinya beliau sedang sibuk."
Kring....kring....kring.....
Handphone pak Tono berdering, Abraham memanggil. Dengan cepat pak Tono mengangkat panggilan Abraham dan menceritakan semua kejadian yang dialami Wulan.
Pak Tono memasukkan handphone kedalam saku.
"Apa kata papa?"
"Tuan akan segera pulang."
Selama menunggu Abraham, Dewi memijit kepala Wulan, Ryo duduk di sofa, dia juga tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
Tidak lama kemudian terdengar suara mobil dari luar. Abraham muncul lalu berlari mendekati Wulan.
"Apa saja yang kalian lakukan di rumah ini hingga menjaga istriku saja kalian tidak becus."
Abraham menggenggam tangan Wulan dengan wajah panik.
"Aku baik-baik saja, tolong jangan salahkan mereka." suara Wulan melemah mengusap punggung tangan Abraham agar mengontrol emosinya.
"Tidak mungkin kamu baik-baik saja sementara kamu berbaring sakit seperti ini. Cepat panggilkan dokter Andre kemari." teriak Abraham penuh emosi.
Pak Tono bergegas keluar, tidak lama kemudian pak Tono dan dokter Andre datang.
Dokter Andre memeriksa kondisi Wulan, mulai dari mata, lida sampai denyut jantung, dan semua normal.
"Apa yang terjadi dengan istriku, kenapa dia bisa pusing dan mual seperti itu?"
"Jika dilihat dari gejala, kemungkinan besar nyonya sedang mengandung."
Jantung Abraham hampir saja copet mendengarkan kabar gembira itu.
"Terima kasih sayang. Aku benar-benar bahagia, mungkin ini kabar bahagia yang pernah aku dengar selama hidupku."
Abraham mencium kening Wulan hingga berkali-kali. Keduanya meneteskan air mata. Di usianya yang sudah tidak muda lagi Tuhan mengaruniakan anak yang selama ini mereka idam-idamkan.
Bukan cuma Abraham, Dewi, Ryo dan semua pelayan ikut merasakan kegembiraan.
Sebentar lagi penghuni rumah bertambah satu orang.
"Prediksi saya 80% nyonya hamil, tapi untuk lebih jelasnya. Tuan boleh membawa nyonya ke rumah sakit untuk di periksa lebih lanjut." lanjut dokter Andre .
Setelah memberi resep, dokter Andre pamit diantar oleh pak Tono.
Mulai saat itu Abraham memerintahkan semua pelayan untuk menjaga Wulan dengan baik bak seorang ratu. Semua kebutuhan wulan dan kebutuhan bayinya harus siap sedia dua puluh empat jam.
Di perlakukan seperti itu, Wulan sempat menolak, menurutnya sudah berlebihan. Terus di desak Abraham mau tidak mau Wulan mengikuti kemauan suaminya, itu juga demi kebaikannya dan kebaikan buah hati mereka.
********************************
Hari terus berganti, Memey yang sedang duduk santai di ruang tamu di kagetkan dengan suara yang berasal dari handphone.
Muncul nama Renata memanggil. Dengan cepat Memey mengangkat panggilan Renata.
Obrolan panjang terjadi diantara keduanya. Acara penjebakan Dewi akan mereka lakukan malam ini juga.
Setelah memutuskan sambungan telpon, Memey mengirim pesan pada Dewi untuk menemaninya ke suatu tempat yang sudah mereka rencanakan.
Tidak lama kemudian notifikasi pesan muncul di handphone Memey. Dewi mengiyakan ajakan Memey asal pulang jangan larut malam.
Memey tersenyum, dia yakin kalau jebakannya kali ini akan berhasil.
Memey berdiri lalu mempersiapkan segala sesuatunya sebelum berangkat menjemput Dewi.
Memey mengemudi menuju kediaman Abraham. Melihat kedatangan Memey Dewi langsung keluar dan menghampirinya.
"Kita mau kemana?"
"Masuk saja dulu nanti kamu tahu sendiri kemana tujuan kita." Balas Memey membuka pintu mobil.
Moga Dewi dan teman-temannya selamat.
Klo kakek dan bpk mu itu baik maka mereka akan menyayangi mu dgn tulus bukannya memanfaatkan mu, apalg menyakiti mu.
Udah nyakitin banyak org sekarang kamu malah diabaikan.
Makanya klo diberi nasihat yg baik itu dipatuhi.