Bianca Davis hanya mencintai Liam dalam hidupnya. Apa pun yang dia inginkan pasti akan Bianca dapatkan. Termasuk Liam yang sebenarnya tidak mencintai dirinya. Namun, bagaimana bila Liam memperlakukan Bianca dengan buruk selama pernikahan mereka? Haruskah Bianca tetap bertahan atau memilih menyerah?
Ikuti kelanjutan kisah Bianca dan Liam dalam novel ini! ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Bianca menunggu sang suami pulang dengan gelisah, sudah hampir satu bulan sikap Liam berubah. Ada sesuatu yang disembunyikan oleh sang suami. Namun, dia tidak tahu apa yang dirahasiakan Liam.
Wanita hamil itu menanti kepulangan suami. Pria itu mengatakan beberapa hari pulang larut karena pekerjaannya menumpuk. Akan tetapi, dia merasa ada hal lain yang dikerjakan oleh Liam.
Bertanya pada Laura pun percuma karena adik iparnya itu sudah kembali untuk melanjutkan studinya di luar negeri. Dia merasa bimbang dengan pernikahannya yang terus terasa hambar. Perhatian Liam padanya hanya terjadi saat awal dia keluar dari rumah sakit. Sekarang, Liam lebih sering melamun ketika berada di rumah.
Tak sabar menunggu kedatangan Liam, Bianca mengetik pesan untuk sang suami. Wanita itu ingin mengetahui keberadaan Liam saat ini. Seharusnya, pria itu telah berada di rumah, tetapi sudah pukul sebelas malam tidak ada tanda-tanda kepulangannya.
"Kamu ada di mana? Tolong hubungi aku, jangan membuatku cemas."
Tidak mendapat balasan setelah lama mengirimkan pesan pada sang suami, Bianca menghubunginya.
"Halo, siapa ini?" tanya suara seorang wanita yang membuat Bianca terkejut.
"Aku yang seharusnya bertanya kamu siapa? Mengapa ponsel Liam ada ditanganmu?" jawab Bianca mencoba untuk tenang.
"Aku kekasih Liam! Dia sedang berada di kamar mandi saat ini," balas wanita itu sambil tersenyum miring.
"Kekasih?" gumam Bianca sambil bergetar memegang ponselnya.
Bianca langsung memutuskan hubungan komunikasi. Dia menangis sejadi-jadinya. Tidak tahu harus melakukan apa. Bianca tidak pernah menyelidiki aktivitas Liam. Dia berpendapat setelah Ivanka dipenjara maka saingan untuk menggapai cinta suaminya menghilang. Namun, kenyataan ini menampar dirinya
Apa ini alasanmu kembali dingin padaku? Siapa wanita itu? batin Bianca penuh tanya.
Berbeda keadaan dengan yang dialami Bianca. Serena tersenyum puas karena berhasil mengelabui istri Liam. Kini, dia bekerja sebagai sekretaris Liam.
Awalnya, Zidane yang merupakan asisten pribadi Liam terlihat keberatan. Dengan berdalih membutuhkan uang, Serena mampu membuat Liam percaya kalau dirinya benar-benar membutuhkan pekerjaan.
Beberpa Minggu menjadi sekretaris Liam, dia pun harus memerankan diri sebagai anak yang berbakti pada sang Ibu. Dia mengunjungi ibunya yang ada di rumah sakit dan menjadi alasan kuat baginya membutuhkan pekerjaan.
Liam juga tampak jatuh pada sandiwaranya, dia mengantarkan Serena dan menemaninya untuk mengunjungi sang Ibu. Kebetulan, ponsel Liam ditinggalkan ketika pria tersebut sedang berada di toilet. Hal itu dimanfaatkan untuk menghancurkan hubungan Liam dan istrinya.
Serena tersenyum puas merasa telah berhasil mengganggu rumah tangga Liam. Bahkan, dia tertawa yang membuat sang Ibu berkerut mendengarnya.
"Apa yang kamu lakukan Serena?" tanya Almira pada sang putri.
"Kamu tidak perlu tahu, Bu. Terima kasih karena telah menjadi penghubung antaraku dan Liam. Ternyata kehadiranmu masih berarti untukku. Bukan seperti dulu yang membiarkan Ayah pergi begitu saja bersama pelakor itu," jawab Serena dengan sinis.
"Ibu tidak pernah membiarkan ayahmu pergi. Akan tetapi, dia sendiri yang memilih untuk pergi meninggalkan kita, Nak. Mengapa kamu bersikap seperti ini pada Ibu?" balas sang ibu dengan wajah sendu.
Jujur saja, hidup Serena berantakan karena sang Ibu yang tidak bisa mempertahankan pernikahan mereka. Ayahnya tidak lagi memberikan nafkah dan dia harus menjadi tulang punggung ketika dia menyelesaikan studinya.
Serena menjadi terobsesi untuk menjadi wanita karier yang sukses. Tidak peduli dengan Liam yang memintanya untuk menjadi istrinya. Dia lupa bila Liam sangat kaya raya dan selama ini menyokong kariernya.
"Sudahlah, lupakan saya pembicaraan kita ini. Ayah tidak akan kembali karena ibu tidak mampu untuk membuatnya nyaman," ujar Serena.
"Kamu tidak tahu rasanya dikhinati, Serena. Jadi, sebaiknya kamu memang diam saja. Seharusnya, tidak perlu kamu menyeret Ibu dalam sandiwaramu ini. Liam telah menikah dan dia akan memiliki seorang anak. Kamu tidak ada bedanya dengan pelakor itu," gumam Almira menyinggung kelakuan Serena.
Bukan tanpa alasan Almira mengatakannya, setelah lima tahun ditinggalkan oleh sang putri. Dia kembali dan meminta untuk membuat semua sandiwara agar Liam mengasihani dirinya.
Biaya operasi Almira semua ditanggung oleh Liam. Pria itu dengan tulus membiayai operasi batu ginjal Almira. Awalnya, Liam marah karena mengetahui kondisi Almira tidak seperti yang dikatakan oleh Serena. Namun, dia mengingat ketika masih menjalin hubungan dengan wanita itu, Almira adalah sosok yang amat baik padanya. Hingga dia memutuskan untuk membantu Almira.
"Maaf, sangat lama di toilet. Sepertinya ada yang salah dengan makanan yang tadi saya makan. Sudah malam, sebaiknya aku pulang ke rumah. Kamu ingin tetap berada di sini untuk menjaga ibumu, kan?" tanya Liam pada Serena.
"Ehm... sepertinya aku harus pulang juga. Besok baru aku akan kembali lagi menjaga Ibu," jawab Serena yang ingin memanfaatkan kembali kesempatan berduaan dengan Liam.
"Tetap di sini. Ibu takut butuh sesuatu atau hendak ke kamar mandi. Biarkan Nak Liam pulang, Serena. Sudah lama sekali dia berada di sini. Sebaiknya juga, Nak Liam tidak perlu setiap hari mengunjungi Ibu. Saya tahu kalau kamu sudah menikah dan memiliki hidup sendiri. Pastinya, istrimu menanti kepulanganmu dengan cemas," tukas Almira.
"Ah, Iya, Bu. Kalau begitu saya pamit terlebih dahulu," ujar Liam mengambil ponselnya yang ada di nakas.
"Ya, pulanglah, Nak."
"Tapi, aku juga ingin..."
"Sudahlah, kamu di sini saja Rena. Ibu membutuhkanmu," tukas Liam kemudian pamit pergi dari hadapan Almira dan Serena.
Di sepanjang perjalanan, dia memikirkan Bianca. Jujur saja, pria itu masih belum mencintai Bianca. Namun, dia tidak ingin jauh dari wanita yang telah hampir empat bulan menjadi istrinya. Kandungan Bianca juga semakin membesar. Di usia menuju 24 Minggu kerap kali Bianca mengeluh punggungnya sakit. Namun, Liam hanya sesekali dapat membersamainya.
Tiap malam ketika Liam sampai di apartemennya, Bianca pasti sudah tertidur pulas. Pria itu hanya menatap Bianca dengan sendu. Ada perasaan bersalah karena beberapa hari tampak mengabaikan Bianca. Dia tidak menampik kehadiran Serena membuatnya sangat terlena.
Wanita itu membuat Liam mengingat kembali masa lalu mereka yang indah. Serena bersikap baik dan tidak agresif. Wanita itu cenderung menceritakan perjalanan kariernya di Negara P. Walau memang Liam ikut membantunya, dia tidak lagi mendampingi karier Serena ketika perempuan menolak dibantu oleh Liam. Dia memilih jalan hidupnya sendiri dan ingin bersinar tanpa bantuan Liam.
Sesampainya di apartemen, keadaan semua ruangan telah menggelap. Seperti biasa, Liam langsung menuju kamar ingin membersihkan dirinya. Namun, dia mendengar suara tangisan seorang wanita. Liam menyalakan saklar di kamar mereka.
"Bi, apa yang terjadi? Mengapa kamu menangis?" Liam mendekati Bianca dan memegang lengan wanita itu.
Bianca menangis dengan memeluk lututnya. Segera dia menepis tangan Liam. "Siapa? Siapa wanita yang mengaku kekasihmu, Liam?" tanya Bianca dengan berderai air mata.
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca. ❣️
Sambil menunggu aku update, bisa baca novel temenku yang satu ini ya, Kakak. Novelnya sudah tamat, jadi bisa maraton bacanya. ❤️