NovelToon NovelToon
Kakak Angkat I Love You

Kakak Angkat I Love You

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:12.5k
Nilai: 5
Nama Author: Tri Ani

Siena yang jatuh cinta pada kakak angkatnya! waw...., kok bisa?
Bisa dong! Bagaimana tidak, Vino seorang pria mapan, ganteng nggak ketulungan, bikin para gadis siap mengantri untuk jadi pacarnya meskipun dia sudah punya seorang pacar tentunya. lalu bagaimana nasib Siena Ya? apa dia akan dapatkan cinta Vino, sang kakak angkat?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tempat tinggal untuk Keisa

Setelah meninggalkan rumah Keisa, Vino dan Siena melanjutkan perjalanan mereka dengan suasana hening di dalam mobil. Siena masih merasa ada yang mengganjal, tetapi ia memutuskan untuk mempercayai penjelasan Vino. Setelah cukup lama, Siena tidak bisa menahan rasa penasarannya lagi. Ia mengingat perkataan Keisa tentang Vino yang datang ke rumah sakit, sesaat sebelum ibu Keisa meninggal.

"Kak Vin, tadi Siena tidak sengaja dengar tentang kakak yang datang ke rumah sakit? Ibu Keisa... kenapa beliau ingin bertemu denganmu?"

Mendengar pertanyaan Siena, Vino terlihat sedikit gugup, namun tetap tenang. Ia menyeka keringat dingin yang tiba-tiba muncul di keningnya,

"Oh, itu... Ibu Keisa hanya ingin berterima kasih, Sien."

"Berterimakasih?"

"Ya. terimakasih karena kira sempat membantu Keisa, itu saja."

Siena tersenyum, merasa lega, ia pun menganggukkan kepalanya pelan, "Oh, begitu ya? Aku pikir ada sesuatu yang lebih... Tapi kalau cuma itu, ya sudah lah. Aku percaya sama kakak."

Vino hanya mengangguk pelan, berusaha menyembunyikan perasaan yang sebenarnya. Mereka pun melanjutkan perjalanan dalam diam, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Namun, di dalam hati, Vino masih menyimpan kegelisahan. Kenyataan yang ia hadapi dengan ibu Keisa bukanlah sesuatu yang mudah untuk diterima, apalagi diungkapkan.

Perjalanan mereka berlanjut dalam keheningan yang damai, masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka sendiri.

***

Pagi itu, Siena dan Vino tengah menikmati sarapan bersama. Mereka duduk di meja makan, berbincang ringan sambil menikmati kopi dan roti panggang. Suasana terasa hangat dan akrab, hingga tiba-tiba ponsel Vino yang tergeletak di meja berdering. Vino sempat melirik layar ponselnya, tapi memutuskan untuk mengabaikannya karena mereka sedang di meja makan.

Namun, tak lama kemudian, ponsel Vino kembali berdering. Kali ini, rasa penasaran mulai menguasai Vino. Ia mengulurkan tangan, mengambil ponsel, dan melihat siapa yang menelpon.

Mata Vino sedikit melebar saat melihat nama yang tertera di layar—Keisa.

"Keisa!?" reflek Vino menyebut nama Keisa. Siena yang duduk di seberang meja langsung menangkap perubahan ekspresi di wajah kakaknya.

Siena terkejut, "Keisa? Kenapa dia menelponmu, Kak? Bukannya kalau ada apa-apa biasanya dia langsung hubungi aku?"

Vino terdiam sejenak, merasa canggung dengan situasi yang tak terduga ini. Dia berusaha mencari alasan yang masuk akal di kepalanya, namun sebelum ia sempat berkata-kata, ponselnya kembali berdering untuk ketiga kalinya, menambah ketegangan di antara mereka.

Siena memandang Vino dengan tatapan penuh tanya, "Kak, ada apa sebenarnya? Kenapa Keisa menelponmu, bukan aku?"

Vino berusaha tetap tenang, "Aku juga nggak tahu, Sien. Mungkin ada sesuatu yang mendesak... Aku angkat dulu, ya."

Vino akhirnya menggeser tombol hijau di layar dan menjawab panggilan dari Keisa, sementara Siena duduk terpaku, masih mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi.

Siena merasa ada yang tidak beres. Di dalam hatinya, ia masih bertanya-tanya kenapa Keisa malah memilih menghubungi Vino, bukan dirinya. Rasa penasaran dan kekhawatiran mulai menyelimuti pikirannya. Ia hendak membuka mulut untuk bertanya, namun Vino dengan cepat menatapnya dan memberi isyarat agar dia tidak bertanya dulu.

Dengan perasaan yang bercampur aduk, Siena melihat Vino mengangkat telepon. Begitu telepon tersambung, terdengar suara Keisa di seberang sana—suara yang penuh isak tangis dan kepanikan. Vino langsung berubah ekspresi; wajahnya yang sebelumnya tenang kini dipenuhi dengan kekhawatiran.

Vino dengan nada tegas namun lembut, "Keisa, tenang... Aku akan segera ke sana. Tunggu aku."

Vino menutup telepon dengan cepat dan langsung bersiap untuk pergi, tak peduli bahwa sarapan mereka belum selesai. Siena, yang memperhatikan perubahan drastis pada kakaknya, mulai merasa ada yang benar-benar aneh.

Siena heran dan sedikit curiga, "Kak, kenapa kamu begitu panik? Sejak kapan kamu begitu peduli sama orang lain, apalagi Keisa?"

Vino tidak langsung menjawab, tetapi tergesa-gesa meraih kunci mobilnya. Ia tahu, dalam hati, bahwa Siena berhak untuk tahu, tapi situasinya terlalu mendesak untuk dijelaskan sekarang.

Vino berusaha tetap tenang, "Sien, nanti aku jelasin. Sekarang aku harus segera ke sana. Kamu... tunggu di sini saja, ya."

Saat Vino hendak keluar rumah dengan tergesa-gesa, Siena segera bangkit dari kursinya. Rasa ingin tahunya yang besar membuatnya tidak ingin tinggal diam. Ia pun meminta untuk ikut. Vino, yang awalnya ragu, akhirnya mengalah. Tanpa banyak perdebatan, ia setuju membawa Siena bersamanya. Mereka pun segera melaju menuju rumah Keisa.

Sepanjang perjalanan, pikiran Siena penuh dengan pertanyaan. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Keisa begitu putus asa sampai harus menelepon kakaknya, bukan dirinya? Vino sendiri hanya fokus mengemudi dengan ekspresi serius, membuat suasana dalam mobil terasa tegang.

Setibanya di rumah Keisa, pemandangan yang mereka lihat langsung membuat Siena terdiam. Keisa duduk di luar pagar rumah dengan kepala tertunduk, terlihat lelah dan hancur. Di sampingnya, sebuah koper besar tergeletak, seolah menandakan bahwa ia telah siap pergi—atau lebih tepatnya, telah dipaksa pergi.

Siena kaget, dengan nada penuh simpati, "Keisa, apa yang terjadi? Kenapa kamu di luar... dengan koper segala?"

Keisa mendongak, matanya sembab karena menangis. Dengan suara parau, ia mulai menjelaskan situasinya.

Keisa berusaha menahan tangis, "Kakak tiriku... Dia benar-benar mengusirku, Sien. Rumah ini sudah dijual ke rentenir... Aku... Aku nggak punya tempat tinggal lagi."

Mendengar itu, Siena terkejut dan marah sekaligus. Tidak menyangka kakak tiri Keisa tega melakukan hal seperti itu. Ia merasa ada banyak hal yang perlu dibicarakan, namun sebelum bisa berkata apa-apa, Vino sudah melangkah maju.

Vino dengan nada tegas namun penuh empati, "Keisa, tenang dulu. Kamu nggak sendirian. Kami ada di sini untuk kamu."

Vino kemudian mengangkat koper Keisa dan memasukkannya ke bagasi mobil. Siena yang masih terkejut dan mencoba mencerna situasi ini, menyadari betapa seriusnya keadaan ini. Dalam diam, ia mulai memahami kenapa Vino begitu panik tadi.

Siena melihat Vino dengan tatapan penuh arti, "Kak, kita bawa Keisa ke tempat yang aman, ya?"

Vino mengangguk pelan, menatap Siena dengan penuh keseriusan, "Ya, Sien. Kita akan pastikan Keisa baik-baik saja."

Mereka bertiga akhirnya masuk ke mobil, meninggalkan rumah Keisa yang kini bukan lagi tempat yang aman baginya. Siena tahu, ini baru permulaan dari masalah yang lebih besar, tapi untuk saat ini, yang terpenting adalah memastikan Keisa selamat dan merasa didukung oleh orang-orang yang peduli padanya.

Vino tidak bisa membiarkan Keisa tanpa tempat tinggal. Melihat kondisi Keisa yang begitu rapuh, hatinya tersentuh. Ia tahu bahwa Keisa butuh tempat yang aman dan nyaman untuk sementara waktu, setidaknya sampai semuanya bisa diurus dengan baik.

"Keisa, aku nggak bisa membiarkan kamu tanpa tempat tinggal. Kamu bisa tinggal di rumahku yang lain untuk sementara waktu. Rumah itu sudah lengkap dengan perabotan dan ada orang yang mengurusnya, jadi kamu nggak perlu khawatir." ucap Vino dengan nada tenang dan penuh empati.

Keisa terkejut mendengar tawaran itu. Matanya yang masih sembab menatap Vino dengan penuh rasa terima kasih dan sedikit kebingungan.

Keisa dengan suara pelan dan terharu, "Kak Vino, terima kasih... Tapi, aku nggak mau merepotkanmu..."

"Keisa, kamu nggak akan merepotkan, kok. Kak Vino benar-benar ingin membantu. Lagipula, rumah itu memang jarang dia kunjungi, tapi tetap terawat dengan baik. Ini mungkin tempat yang paling tepat untukmu sekarang." Siena pun menambahkan, dengan nada meyakinkan.

Vino mengangguk, menunjukkan bahwa ia tulus dengan tawarannya. Ia tahu betul bahwa Keisa butuh dukungan, dan ini adalah cara terbaik yang bisa ia lakukan untuk membantu dalam situasi sulit ini.

"Jangan khawatir, Keisa. Kamu butuh tempat untuk tenang dan memikirkan langkah selanjutnya. Tinggal di sana, atur pikiranmu dulu. Aku akan bantu sebisa mungkin." lanjut Vino dengan nada meyakinkan,

Keisa akhirnya mengangguk pelan, menyadari bahwa ini mungkin satu-satunya solusi sementara yang masuk akal. Meskipun perasaannya campur aduk, ia merasa lega karena tidak harus menghadapi semua ini sendirian.

Keisa dengan suara lirih namun tulus, "Terima kasih, Vino... Siena... Aku benar-benar beruntung punya kalian."

Dengan perasaan yang sedikit lebih tenang, mereka pun melanjutkan perjalanan, menuju rumah Vino yang lain, yang kini akan menjadi tempat berlindung sementara bagi Keisa. Siena masih merenung di dalam hatinya, namun ia lega melihat Keisa mendapatkan bantuan dan dukungan yang ia butuhkan di saat-saat sulit seperti ini.

Bersambung

Happy reading

1
Aurora
Luar biasa
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
Vino bilang saja yang sejujurnya sama Siena..
🌷💚SITI.R💚🌷
jujur aja vino sblm ada konflik yg ga di inginkn
Sry C'cipit Tea
knpha vino ga jujur za biar key ga berharap
Reni Anjarwani
doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut thor
🌷💚SITI.R💚🌷
smg vino di berikan pilihan yg yrbaik dan ada jalan keluary...kedepany smg setelah keisa tinggal bareng vino ga punya niat merebut vino dr siena secara mungkin keisa merasa vino kaka kandungy ken pernah trbersit rasa iri di hatiy terhadap siena...lanjuut
Tri ani: ya begitulah
total 1 replies
🌷💚SITI.R💚🌷
smg setelah tau vino kakay dan vino merawat key dia ga berbuat ulah dan cemburu sm seina
Tri ani: setuju
total 1 replies
🌷💚SITI.R💚🌷
apa ibuy keisa itu ibuy vino jg..tambah runyam de
Reni Anjarwani
doubel up thor
Sry C'cipit Tea
bnr kan key adik ny vino...key TDK punya harapan
Reni Anjarwani
bagus sayang upnya lama bgt
🌷💚SITI.R💚🌷
lanjuit
🌷💚SITI.R💚🌷
2 hu undangan yg msh mengembangkan da tdk pasti...lanjut
Reni Anjarwani
doubel up
Reni Anjarwani
doubel up thor
🌷💚SITI.R💚🌷
ayo vino jujur sm diri kamu sendiri..dan kamu hrs menelan siena sm orang lain..
Reni Anjarwani
doubel up thor
🌷💚SITI.R💚🌷
smg tindakan yg vino ambil yg trbaik
Nur Tridayanti
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!