Kakak Angkat I Love You
Byurrrr
segelas air dingin mendarat di wajah seorang pria yang tengah duduk mesra dengan seorang wanita, pria itu hendak marah tapi suaranya tertahan saat ia melihat siapa yang melakukan hal itu.
"Siena!"
Plakkkk
Sebuah tamparan mendarat di pipi pria itu, "kamu tega, Za." ucap gadis cantik dengan perawakan mungil itu.
"Siena, semua tidak seperti yang kamu lihat." pria itu berusaha untuk menjelaskan.
"Ya, mungkin kalau aku nggak datang, kalian akan lanjut ke hotel buat ngamar."
"Siena, dengarkan penjelasan ku." ucap pria itu sembari menahan tangan Siena tapi dengan cepat dihempaskan oleh Siena.
"Lupakan. Dengarkan Viza Septian Saputro, mulai hari ini kita PUTUS!" ucap Siena dengan penuh penekanan dan segera keluar dari dalam restauran meninggalkan pria yang baru dua Minggu ini ia pacari dan harus putus.
Hujan deras mengguyur kota, memantulkan cahaya lampu jalan yang buram di atas aspal basah. Siena berlari tanpa arah, air mata bercampur dengan butiran hujan yang jatuh membasahi wajahnya. Hatinya hancur berkeping-keping, rasa sakitnya seakan tak terbendung lagi. Di tangannya, ponselnya terasa berat, namun Siena tidak tahu siapa yang harus ia hubungi saat ini. Dengan tangan gemetar, pilihannya jatuh pada satu nama yang selalu bisa diandalkan: Vino, kakak angkatnya.
Vino sedang menikmati makan malam romantis di sebuah restoran mewah, berhadapan dengan wanita yang sudah lama ia incar. Percakapan mengalir lancar hingga teleponnya berdering. Melihat nama Siena di layar, firasat buruk langsung menghampirinya.
"Siapa Vin?" tanya gadis yang tengah duduk di depannya itu.
"Maaf Airin, aku harus angkat telpon dulu." ucap vino merasa tidak enak.
Dengan permintaan maaf pada Airin, pacarnya, ia mengangkat telepon, mendengar suara Siena yang terisak di seberang sana.
"Kak Vino... Aku... Aku nggak tahu harus ke mana."
"Pelan-pelan saja ngomongnya, ada apa?" tanya vino semakin khawatir.
"Viza selingkuh, kak. Dia jalan sama cewek lain. Dia selingkuh, kak Vino... Dia selingkuh!" Suaranya pecah, penuh dengan kesedihan dan rasa putus asa.
Vino mendesah, menatap wanita di depannya dengan rasa bersalah. "Maaf, aku harus pergi. Ini darurat," katanya sambil berdiri, hendak meninggalkan wanita itu yang kini tampak bingung dan kecewa.
Airin menahan tangan Vino, "Siena lagi?" tanyanya dengan wajah jengkel.
"Airin, aku mohon. Kamu tahu kan, hanya aku yang di andalkan oleh Siena. Papa mama di luar negri."
"Tapi Vin ..., dia...,"
"Maaf, aku harus pergi."
Dengan cepat, Vino melaju menembus hujan deras meninggalkan Airin dengan rasa kecewanya, pikirannya penuh dengan bayangan Siena yang hancur. Ia tahu di mana Siena biasa pergi saat merasa tersesat.
Dan benar saja, di tengah taman kota yang sepi, di bawah hujan lebat, ia melihat sosok adiknya yang terisak keras, duduk di bangku kayu yang basah.
"Siena!" teriak Vino, berlari mendekatinya. Tanpa pikir panjang, ia merengkuh tubuh kecil Siena ke dalam pelukannya, membiarkan adiknya menangis sepuasnya di bahunya. Hujan terus mengguyur, seakan ikut merasakan kepedihan yang Siena rasakan. Vino tahu, malam ini akan panjang, dan dia akan berada di sisi Siena untuk menghapus setiap air mata yang jatuh.
"Kak, Siena kurang apa sih kak? Kenapa semua pacar Siena mengkhianati Siena?" rancau Siena dalam pelukan Vino.
"Kamu nggak kurang apapun, Siena. Kamu cantik, kamu juga pinter. mereka saja yang tidak tahu tentang kamu."
Vino pun membawa Siena pulang, tubuhnya basah kuyup oleh hujan. Begitu sampai di rumah, seorang pelayan langsung menghampiri mereka, wajahnya terlihat khawatir melihat keadaan Siena.
"tuan muda, kenapa nona Siena?" tanyanya dengan khawatir saat melihat vino mengendong tubuh mungil Siena.
"Tolong ambilkan handuk untuk mengeringkan rambut Siena," kata Vino dengan suara tegas namun penuh perhatian.
"Baik, tuan."
Pelayan itu segera berlari ke arah kamar mandi, kembali dengan handuk tebal dalam hitungan detik. Vino menerima handuk tersebut dan dengan lembut membungkus rambut Siena, mengeringkannya dengan hati-hati.
"Siena, kamu harus ganti baju biar nggak masuk angin," ujar Vino sambil membimbing adiknya menuju kamar.
Siena hanya mengangguk lemah, matanya masih merah dan bengkak karena menangis. Vino menatapnya dengan penuh kasih sayang, berusaha memberikan rasa nyaman di tengah kepedihan yang dirasakan adiknya.
Setelah memastikan Siena masuk ke kamar untuk berganti pakaian, Vino berjalan ke dapur, meminta pelayan untuk membuatkan teh hangat. Ia tahu, malam ini Siena butuh kehangatan, baik dari minuman maupun dari kehadirannya sebagai kakak yang selalu siap melindungi.
Tidak lama kemudian, Siena keluar dari kamar dengan pakaian kering. Vino menyodorkan secangkir teh hangat, lalu mempersilakan Siena duduk di sofa.
"Kita akan melalui ini bersama, Siena. Kamu nggak sendirian," ucap Vino, duduk di sebelahnya dan merangkul pundak adiknya dengan penuh kasih.
Siena menghela napas panjang, merasa sedikit tenang dengan kehadiran Vino.
"Terimakasih, kak. Siena nggak tahu kalau nggak ada kakak di sisi Siena. Siena butuh kakak."
"tidurlah setelah ini." ucap vino sembari mengambil gelas yang tinggal berisi setengahnya itu.
"Temani, Siena." ucap Siena manja.
"Siena, kamu susah besar."
"kak ....," ucap Siena memohon membuat Vino tidak mampu untuk menolaknya.
"Baiklah."
Vino pun menggendong tubuh Siena dan menidurkannya di atas tempat tidur. Vino menemani Siena hingga gadis itu terlelap dalam pelukan Vino. Malam yang tadinya penuh kesedihan mulai terasa lebih ringan dengan adanya dukungan dari kakak angkat yang selalu setia di sisinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
🌷💚SITI.R💚🌷
nyimak dulu thoor..smg ceritay tdk berat koponpliky
2024-06-28
0