NovelToon NovelToon
Sarjana Terakhir

Sarjana Terakhir

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Spiritual / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:12.3k
Nilai: 5
Nama Author: Andi Budiman

Siang ini udara panas berembus terasa membakar di ruas jalan depan gerbang Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Matahari meninggi mendekati kulminasi. Suara gaduh di sekeliling menderu. Pekikan bersahut-sahutan, riuh gemuruh. Derap langkah, dentuman marching band dan melodi-melodi bersahutan diiringi nyanyian-nyanyian semarak berpadu dengan suara mesin-mesin kendaraan.

Rudi salah satu laki-laki yang sudah tercatat sebagai mahasiswa Unsil selama hampir 7 tahun hadir tak jauh dari parade wisuda. Ia mengusap peluh dalam sebuah mobil. Cucuran keringat membasahi wajah pria berkaca mata berambut gondrong terikat ke belakang itu. Sudah setengah jam ia di tengah hiruk pikuk. Namun tidak seperti mahasiswa lain. Pria umur 28 tahun itu bukan salah satu wisudawan, tetapi di sana ia hanya seorang sopir angkot yang terjebak beberapa meter di belakang parade.

Rudi adalah sopir angkot. Mahasiswa yang bekerja sebagai sopir angkot....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andi Budiman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Seperti Mimpi

Alarm memekik. Rudi terbangun, memeriksa layar ponsel: Minggu, pukul empat lewat dua puluh delapan menit. Terdengar adzan subuh berkumandang. Di cermin ia lihat wajahnya sepucat mayat. Di lantai sajadah masih tergelar bekas semalam.

Beberapa detik kemudian Rudi beringsut ke kamar kecil. Mengambil air wudhu. Lalu mengganti baju, memakai sarung dan peci hitam. Kemudian pergi ke mesjid. Jalan cepat-cepat. Tertatih-tatih. Di gang hampir menginjak kucing. Si kucing melompat dan berlari. Rudi terhuyung, membaca istighfar. Rudi membuka mata lebih benar. Lebih lebar. Melangkah lagi. Lebih hati-hati.

Sudah tiga malam Rudi tak nyenyak tidur. Gelisah, tak rasai damai. Di tiap malamnya Rudi terbangun dini hari dan melakukan rutinitas yang sama. Memeriksa ponsel, pergi ke kamar kecil, mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat tahajud. Habis itu membaca Al-Qur’an dan memanjatkan do’a-do’a. Akhirnya, menyepi di luar, di pelataran kosan. Merasakan perasaan campur aduk. Memikirkan banyak hal. Berdialog dengan diri sendiri. Dialog yang berkepanjangan, tak selesai-selesai. Sekali-kali gerimis menyentuh. Atau desir angin malam. Saat mulai kedinginan Rudi pun kembali ke dalam. Menyendiri di kamar. Lalu tidur.

Sepulang dari mesjid Rudi ingat ia punya janji. Hari ini ia akan pergi bersama Intan ke toko buku. Ia akan menghabiskan hari bersama gadis itu lagi, walau tak tahu apakah sudah siap atau tidak. Lintasan-lintasan pikiran dan perasaan yang mengganggunya selama tiga malam itu masih menghantui. Mengendap dalam memori dan nurani. Namun Rudi berusaha tak peduli.

Pukul delapan Rudi menjemput Intan ke Pondok Mawar. Gadis itu datang menghampiri. Hari ini wajah Intan lagi-lagi tak seceria biasa. Sudah dua hari gadis itu tampak tak baik-baik saja. Murung dan sedih. Tak tahu apa yang mengganggu pikirannya.

Rudi berangkat membonceng Intan. Sepanjang jalan terasa sepi dan sunyi. Mereka saling diam. Tak ada canda tawa kecuali hanya bicara seperlunya. Duduk di sepeda motor, mendengarkan deru mesin, menyisirkan pandang, melamun.

Beberapa menit kemudian mereka tiba di Asia Plaza. Tanpa banyak kata keduanya melenggang melewati lalu lalang manusia. Lalu masuk lewat pintu depan. Menyusuri lobi terus naik eskalator menuju Gramedia di lantai dua.

Di Gramedia Rudi dan Intan mencari jalan masing-masing. Beringsut tanpa minat. Menembus labirin rak-rak buku yang berjejer dan bersusun. Meski sekali-kali berpapasan atau beriringan mereka tak bicara. Hanya membolak-balik buku, membaca-baca judul, atau sekedar melihat-lihat dari jauh.

Acara melihat-lihat buku yang sudah direncanakan jauh-jauh hari itu pun berlangsung sebentar saja. Belum satu jam sudah bosan. Habis itu keluar. Lalu berdiri beberapa meter depan etalase menikmati iklan dan pajangan buku-buku terbaru sambil menyandar pagar. Sebentar menyisir hiruk pikuk, sebentar melihat-lihat sekeliling, ke atas, ke bawah, tak tentu arah, tak ada tujuan.

Rudi merasakan betul kepayahan situasi ini, akhirnya laki-laki itu membuka obrolan mengikuti firasat :

“Dek, kamu tahu dulu Edgar siapa?”

Intan tersadar dari lamunan, kemudian melirik ke arah Rudi seraya menggelengkan kepala.

“Edgar itu… teman sekelas Abang di Unsil.”

Intan kaget.

“Pintar, cerdas…”

Rudi menyapukan pandang ke lantai bawah. Selama ini ia memendam pikiran soal Edgar, dan kini pikiran-pikiran itu semakin mengganggunya.

“Apa benar… Edgar suka sama kamu dan… sedang berusaha mendekati kamu?” tanya Rudi.

Intan mengangguk.

Rudi menghela nafas, lalu berkata :

“Sejak tingkat satu Edgar sudah dipercaya membantu dosen menjelaskan mata kuliah, tingkat empat jadi asdos, lulus dari Unsil ambil kuliah master di London, pulang ke tanah air jadi dosen, dosen terbaik…”, Rudi memejamkan mata. “cemerlang, pandai, berani…”

Intan menatap Rudi sambil tersenyum haru.

“Abang juga hebat kok…” ucapnya tiba-tiba.

“Abang?” tanya Rudi.

“Intan suka sama laki-laki yang rajin ke mesjid, giat bekerja, sayang keluarga, perhatian…”

Rudi menghela nafas panjang. Dadanya terasa berat terhantam lagi firasat. Firasat yang telah berkali-kali melukis rasa di hatinya. Rasa yang telah ia perbincangkan dengan dirinya sendiri selama tiga malam. Rasa yang kini tak sanggup lagi untuk disembunyikan.

Rasa itu mendesaknya untuk bicara, tapi tiba-tiba ia menjadi gugup. Laki-laki itu berdehem. Berusaha melepas kegugupan yang mencengkram. Ia lawan sekuat tenaga. Hatinya berkata bahwa saat itu juga ia benar-benar harus bicara.

“Deeek, Abang… boleh bertanya?” ucap Rudi.

Intan mengangguk. Gadis itu melihat laki-laki di sampingnya erat mencengkram pagar. Lengannya masih sama seperti dulu. Menyiratkan letih namun kokoh.

“Kalau ada seorang laki-laki yang menganggap kamu adek, terus… laki-laki itu… sayang sama kamu lebih dari sekedar adek, apakah tidak apa-apa?” tanya Rudi.

Intan terkesiap. Matanya mulai berkaca-kaca.

“Iyaaa, nggak apa-apaaa...” jawab Intan, serak.

“Abang… Abang sayang sama kamu Dek.”

“Iya Abaaang…”, Intan terisak. “Intan juga sayang sama Abang… Intan nggak mau sama yang lain… Intan nggak mau sama Pak Edgar!” kata Intan sambil mencengkram lengan kemeja Rudi. Air mata gadis itu tumpah.

“Terimakasih Dek!” ucap Rudi, gemetar.

“Abang datang yaaa ke rumah, ke ayah, ke ibuuu…!!”

“Iya Dek insyaAllah, insyaAllah, do’ain Abang...”

“Iyaaa…. Abangnya yang rajin belajarnya yaaa… rajin nulisnya… Jangan main catur teruuus… Biar si Jono aja tuh yang main catur! Abang kan kerja… capeee… yang cukup tidurnya… biar seger kuliahnya, biar cepet lulus…yaaa…!!!” ucap Intan terisak.

“Iyaa Deek, Abang janji...” jawab Rudi, haru.

Rudi melihat ke sekeliling. Ia takut tiba-tiba terbangun. Dipastikannya sekali lagi, tapi masih tak percaya. Seperti mimpi. Ia coba meraba-raba tangan dan jari-jemarinya sendiri. Maka ia segera yakni, seribu persen, bahwa ini bukan mimpi.

1
Sera
kalau sudah jodoh pasti akan bertemu lagi
Sera
ayo sadar intan. abang sudah datang
Sera
semangat author
Sera
jadi inget angkot yang bersliweran
Sera
sampai di panggil fakultas karna kelamaan cuti ini
Was pray
demam panggung di rudi, jadi ngeblank...hilang semua ilmu kepalanya. sepintar apapun kalau kena mental duluan maka akan jadi orang bodoh rajanya bodoh termasuk si rudi itu pad sidang skripsi,
Fatkhur Kevin
lanjut thor. crazy up thor
Fatkhur Kevin
langkah awal kemenangan BR
Fatkhur Kevin
takdir yg tk pernah diduga
Was pray
takdir telah menyatukan intan dan rudi sejauh apapun tetap akan bersatu
Fatkhur Kevin
hei kpn kamu sadar intan
Fatkhur Kevin
intan seperti putri tidur
Was pray
takdir berjodoh intan dan rudi, skenario Allah itu. terbaik bagi manusia
Fatkhur Kevin
sangat mengharukan
Fatkhur Kevin
lanjut besokx🤣🤣🤣
Was pray
semoga saja prof. Pardiman saidi mau menyelidiki penyebab rudi du DO tiba-tiba dan mau membantu agar rudi bisa meraih gelarnya
Fatkhur Kevin
berjuang dapatkan intan
Fauzan Hi Ali
Luar biasa
Andi Budiman: Terimakasih buat bintanya
total 1 replies
Fatkhur Kevin
sama sama merendahkan diri 👍👍👍
Was pray
kesalahan rudi fatal karena membohongi diri sendiri, sehingga menyuruh intan menerima lamaran edgar, rudi cerdas otaknya tapi tidak cerdas hati dalam menilai perasaan seseorang, mau berkorban demi kebahagiaan intan tujuannya, tapi hasilnya membuat intan tersiksa lahir batin, intan wanita yg santun jadi tidak mungkin menyuruh langsung untuk melamarnya, permintaan intan disampaikan ke rudi dengan sikap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!