NovelToon NovelToon
Penjaga Gerbang Semesta

Penjaga Gerbang Semesta

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Mengubah Takdir / Dokter Ajaib / Kultivasi Modern
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: ansus tri

**Meskipun cerita ini beberapa diantaranya ada berlatar di kota dan daerah yang nyata, namun semua karakter, kejadian, dan cerita dalam buku ini adalah hasil imajinasi penulis. Nama-nama tempat yang digunakan adalah *fiksi* dan tidak berkaitan dengan kejadian nyata.**

Di tengah kepanikan akibat wabah penyakit yang menyerang Desa Batu, Larasati dan Harry, dua anak belia, harus menelan pil pahit kehilangan orang tua dan kampung halaman. Keduanya terpisah dari keluarga saat mengungsi dan terjebak dalam kesendirian di hutan lebat.

Takdir mempertemukan mereka dalam balutan rasa takut dan kehilangan. Saling menguatkan, Larasati dan Harry memutuskan untuk bersama-sama menghadapi masa depan yang tak pasti.

Namun, takdir memiliki rencana besar bagi mereka. Pertemuan mereka bukanlah kebetulan, karena keduanya ditakdirkan untuk memikul tanggung jawab yang jauh lebih besar. Menjadi Penjaga Gerbang Semesta. Dan pelindung dunia dari kehancuran!. Selamat menikmati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ansus tri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22. Mengikuti Turnamen

Harry sangat terkejut dengan permintaan tersebut. Ia belum pernah mengikuti turnamen beladiri militer atau turnamen beladiri  sebelumnya.

Namun, ia tidak ingin mengecewakan harapan panglima militer dan siap menerima tantangan baru ini. "Tentu, saya akan melakukan yang terbaik untuk mewakili negara ini dengan baik. Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan," ucap Harry dengan penuh semangat.

“Janji untuk berhati-hati, Harry,” bisik Larasati, jemarinya menelusuri rahang tegas Harry. Matanya, berkilau oleh air mata yang ditahannya, memancarkan campuran kekhawatiran dan cinta yang dalam. saat hari keberangkatan Harry.

Harry menggenggam tangan Larasati, merasakan kehangatan yang familiar  menenangkan hatinya. “Aku janji, Sayang,” balasnya lembut, mengecup punggung tangan Larasati. “Ini hanya turnamen singkat. Aku akan segera

kembali.”

Di samping mereka, Rina berdiri dengan senyum yang dipaksakan. Meskipun berusaha tegar, kesedihan terpancar dari sorot matanya. Ini adalah pertama kalinya ia harus berpisah dengan Harry, dan ketidakpastian menggerogoti hatinya.

“Jangan lupa untuk menghubungiku setiap hari, oke?” ucap Rina, suaranya sedikit bergetar. “Aku ingin tahu bagaimana kabarmu. Dan ingat…” Rina menjeda kalimatnya, tatapannya berubah sedikit tajam, “…jaga sikap dan matamu. Kami percaya padamu, tapi tidak ada salahnya untuk selalu waspada, kan?”

Senyum tipis tersungging di bibir Larasati, seakan mengerti makna tersembunyi di balik kalimat Rina. “Benar,” tambahnya, nada suaranya terdengar tenang namun penuh makna. “Namun, jika kamu bertemu wanita lain yang menurutmu cocok dengan kita… pastikan dia menelpon kami dulu. Minta izin, agar dia bisa menjadi bagian dari kita.”

Harry hanya bisa menghela napas, pasrah dengan kecemburuan terselubung kedua kekasihnya. “Iya, iya, aku mengerti,” jawabnya sambil  terkekeh kecil. “Kalian tidak perlu khawatir. Tidak ada yang bisa menggantikan tempat kalian di hatiku.”

Harry berdiri di depan jendela pesawat, memandang ke  luar dengan rasa penasaran dan antusiasme. Di bawah sana, hamparan daratan Neger Tirai Bambu mulai terlihat, dengan pegunungan yang megah dan sungai-sungai yang  berkelok-kelok. Sebuah perjalanan baru menantinya di negeri yang penuh dengan sejarah dan kebudayaan yang kaya ini.

 Setibanya di Bandara Internasional Beijing, Harry disambut oleh hiruk-pikuk kota besar. Beijing, dengan perpaduan antara arsitektur modern dan bangunan bersejarah, membuatnya terpesona. Langit yang cerah dan orang-orang yang sibuk menjalani aktivitas sehari-hari memberikan kesan hidup yang dinamis.

Harry dijemput oleh seorang pemandu lokal bernama Li Hua, yang akan menemaninya selama di Negeri Tirai Bambu. Li Hua adalah seorang wanita muda yang ramah dan penuh semangat, dengan pengetahuan yang luas tentang seni bela diri dan budaya lokal.

"Selamat datang di Negeri Tirai Bambu , Harry! Bagaimana perjalananmu?" sapa Li Hua dengan senyum lebar.

"Perjalanannya lancar. Saya sangat bersemangat untuk mengikuti turnamen ini dan menjelajahi negara ini," jawab Harry.

Mereka kemudian berangkat menuju hotel tempat Harry akan menginap. Di sepanjang perjalanan, Li Hua memberikan informasi tentang sejarah dan budaya Negeri Tirai Bambu. Mereka melewati beberapa tempat ikonik, seperti

Tembok Besar  yang megah, Kota Terlarang yang penuh misteri, dan Tiananmen Square yang bersejarah.

Hari pertama di Beijing diisi dengan persiapan untuk turnamen. Li Hua membawa Harry ke Kuil Shao Lin di Gunung Song di dekat Kota Zengzhou, provinsi Henan, tempat legendaris yang dikenal sebagai pusat seni bela diri.

Di sini, Harry berlatih dan beradaptasi dengan lingkungan baru, merasakan suasana yang penuh dengan dedikasi dan disiplin. dengan energi spiritual yang murni. Malam harinya, Li Hua mengajak Harry menikmati kuliner lokal. Mereka mencoba berbagai hidangan khas, seperti bebek Peking,  dumpling, dan hot pot.

Harry merasa kagum dengan keragaman rasa dan cara penyajian makanan yang begitu unik.

Hari berikutnya adalah hari pembukaan turnamen. Turnamen ini diadakan di sebuah stadion besar di tengah kota, dengan ribuan penonton yang datang dari berbagai penjuru dunia.

Para peserta dari berbagai negara berkumpul, masing-masing menunjukkan keahlian mereka dalam berbagai seni bela diri.  Harry, dengan sikap tenang dan percaya diri, siap menghadapi tantangan. Di antara para peserta, ia bertemu dengan beberapa ahli bela diri terkenal dari China.

Seperti Master Zhang, seorang ahli Tai Chi yang memiliki gerakan yang lembut namun mematikan.

Dan Chen Wei, seorang praktisi Wing Chun yang terkenal dengan kecepatan dan ketepatan serangannya.

Turnamen ini bukan hanya tentang kekuatan fisik, tetapi juga tentang kebijaksanaan, ketahanan mental, dan penguasaan teknik yang mendalam.

Harry adalah seorang Kultivator tangguh yang terkenal di negaranya. Dia memiliki kemampuan yang luar biasa dia sudah di tahapan Nascent Soul (Jiwa baru ) bisa juga disebut sebagai seorang Grand Master Legenda yang dipandang sebagai salah satu pejuang terbaik di dunia.

Turnamen dimulai dengan serangkaian pertandingan yang sengit. Harry berhasil melewati setiap babak dengan kemampuan, kekuatan dan strateginya yang luar biasa. Dia bertemu dengan lawan-lawan tangguh dari berbagai negara dan berhasil mengalahkan mereka satu per satu.

Harry bertekad untuk memberikan yang terbaik, tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk menunjukkan dedikasinya terhadap seni bela diri.

Setiap hari, setelah pertandingan selesai, Harry dan Li Hua menjelajahi berbagai tempat wisata di Beijing dan sekitarnya.

Mereka mengunjungi Kuil Surga yang indah, mengarungi Sungai Li dengan perahu tradisional, dan menikmati pemandangan pegunungan Zhang jia jie yang memukau, yang menjadi inspirasi untuk film Avatar.

Melalui perjalanan ini, Harry tidak hanya bertarung di arena, tetapi juga mengalami perjalanan spiritual yang mendalam. Ia belajar tentang filosofi hidup yang diajarkan oleh para master bela diri, tentang keharmonisan antara tubuh dan pikiran, serta tentang menghormati alam dan sesama manusia.

Diakhir pekan turnamen libur Harry berdiri  di puncak Tembok Besar  ditemani Li Hua dia memandang jauh ke depan.

Di tengah angin yang berhembus, ia merasa lebih kuat dan lebih bijaksana. Perjalanan ini bukan hanya tentang kemenangan di turnamen, tetapi juga tentang menemukan kedamaian dan kebijaksanaan dalam dirinya

sendiri.

Tiba tiba terdengar ponsel berdering, itu adalah ponsel Li Hua, terlihat dia begitu serius menerima panggilan di Ponselnya dengan ekspresi berubah-ubah dan setelah menutup ponsel airmatanya jatuh.

“ Li Hua ..Ada apa..? “ Harry bertanya lembut. “ Ibuku masuk Rumah Sakit dan harus di operasi, sekarang dia ada di Ruang IGD dan tidak ada yang menunggu, jadi aku minta maaf tidak bisa menemanimu hari ini..” rintih Li Hua dengan terisak.

Hary bisa memaklumi apa yang dirasakan Li Hua “ jangan Takut Li Hua ayo kita pergi ke Rumah Sakit melihat ibumu, untuk acara hari ini kita batalkan semua saja, karena tidak begitu penting “

“Apa tidak apa-apa Harry.? Ini masih jam kerjaku sebagai pemandu dan aku tidak mau jika melalaikan tanggung jawabku..” Li Hua menatap Harry dengan tatapan bersalah.

“Li Hua ..! ibumu lebih penting apapun didunia ini, ayo kita pergi “ Harry menarik tangan Li Hua yang masih kelihatan ragu dan bingung.

Akhirnya mereka berangkat ke Rumah Sakit, sesampainya disana Li Hua segera berlari ke UGD dan memeluk ibunya yang terlihat pucat dan lemah.

“ibu anda mengalami Kanker darah dan harus segera di obati dan operasi, jika tidak berakibat fatal bagi hidupnya.” Ujar Dokter pada Li Hua.

Li Hua terkejut mendengar penyakit ibunya yang sangat serius, apalagi kanker darah bukan penyakit sembarangan, penyakit yang butuh biaya besar untuk bisa menyembuhkan penyakit ini dan butuh seorang donor sumsum

yang sama dengan ibunya.

“ Ayo Li Hua kita urus dulu kebagian Administrasi jangan bingung dan buang waktu.” Kata Harry yang tidak tega melihat kebingungan  Li Hua.

Dibagian administrasi dijelaskan bahwa total pembiayaan hampir mencapai ¥500.000  atau kurang lebih 1.126.630.000 Rupiah.

Li Hua termangu dan berpikir kemana dia harus mencari uang sebegitu banyak dalam waktu yang singkat.

Harry tahu apa yang dipikirkan Li Hua.   “ ting” [Pembayaran berhasil]. Li Hua yang dari tadi melamun terkejut bahwa pembayaran sudah dilakukan, dia melihat  Harry  dengan perasaan tak menentu.

“Harry..! ini bagaimana bisa.., biaya ini sangat besar , aku tidak mampu membayar hutang ini dalam waktu dekat.” Seru Li Hua.

“Jangan berpikir banyak..anggap saja ini bonus kerja kamu yang sangat memuaskandan tidak usah berpikir bagaimana cara membayarnya. Yang penting kondisi ibumu kembali sehat” Jawab Harry tersenyum.

“Harry Terimakasih banyak..”

Airmata Li Hua kembali jatuh, sambil tiba-tiba memeluk Harry . Harry sedikit terkejut namun dia paham sebagai seorang gadis yang dilanda masalah Li Hua butuh tempat bersandar.

Diapun menepuk lembut punggung Li Hua, dengan hati berdesir halus merasakan dada lembut Li Hua menempel ketat ditubuhnya.

“ayo Kembali keruangan ibumu.” Li Hua kembali sadar dengan tersipu dan tergesa-gesa melepaskan pelukan-nya.  “ maaf Harry..”

sesampainya didalam ruangan Harry kembali mentransfer ¥100.000 ke rekening Li Hua.

Untuk digunakan sebagai keperluan ibunya dan biaya perawat selama Li Hua pergi bersama Harry nanti. Harry tidak mau Li Hua bingung dan merasa kesulitan dengan masalah ibunya.

Uang bagi Harry sekarang tidak masalah, penghasilan-nya sebagai tabib di Kota Seroja berlimpah belum lagi uang

konpensasi dari Mafia Kota Seroja dulu.

Sebenarnya dengan sekali lihat tadi, Harry juga bisa menyembuhkan Kondisi ibu Li Hua namun dia tidak mau terlalu menonjolkan diri, lagi pula mungkin tidak ada yang akan percaya pada kemampuan-nya jadi dia lebih

memilih diam dan membantu secara finansialnya saja.

1
Amelia
Harry dan Larasati god job...👍👍👍
ansus tri
terima kasih.
Neng Moy
lanjutkan ceritanya seru
ansus tri: tiap hari akan update tiga bab. terimakasih 🙏
total 1 replies
Amelia
semangat aku dukung per bab ya ❤️❤️❤️
ansus tri: terimakasih atas dukungan-nya 🙏
total 1 replies
Amelia
aku mampir Thor semangat ❤️👍
💟《Pink Blood》💟
Jantung berdegup kencang.
Levi Ackerman
Tolong update cepat, jangan biarkan aku mati penasaran 😩
Gassing Richies: itulah knp sy mlaas buka jika msih kurang stocknya....tungguin banyak dulu sekira 100an baru star
total 1 replies
yeqi_378
Gak sabar lanjut ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!