NovelToon NovelToon
Jendela Sel Rumah Sakit Jiwa

Jendela Sel Rumah Sakit Jiwa

Status: sedang berlangsung
Genre:Tamat / Cintapertama / Horror Thriller-Horror / Cinta Terlarang / Cinta Murni / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Pihak Ketiga
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: AppleRyu

Dokter Fikri adalah seorang psikiater dari kepolisian. Dokter Fikri adalah seorang profesional yang sering menangani kriminal yang mengalami gangguan kepribadian.

Namun kali ini, Dokter Fikri mendapatkan sebuah pasien yang unik, seorang gadis berusia 18 tahun yang mempunyai riwayat penyakit kepribadian ambang (borderline).

Gadis itu bernama Fanny dan diduga membunuh adik tiri perempuannya yang masih berumur 5 tahun.

Apakah Dokter Fikri biaa menguak rahasia dari Fanny?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AppleRyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28 : Adu Domba

Rencana ini akan sempurna, langkah pertama yang akan aku lakukan adalah, mendekati Rissa terlebih dahulu, karena dia adalah adik kelasku di jurusan yang sama. Jika rencana ini berhasil, keduanya akan hancur bersama-sama.

Aku memanggil Rissa untuk menemuiku sepulang sekolah, Rissa tampak bingung karena aku yang tidak pernah perduli padanya, mengajaknya bertemu.

Sepulang sekolah, aku dan Rissa bertemu di bawah pohon beringin sekolah kami, dia sepertinya memasang persiapan, karena dipertemuan pertama kami, dia terjatuh ke lantai karena gerakan taekwondoku.

Ketika dia tiba, aku tersenyum menatapnya, ekspresi Rissa aneh, sepertinya dia belum sepenuhnya mempercayaiku.

"Duduk Rissa, aku sudah beli minuman untukmu," ucapku memberikan es jeruk kepadanya. Aku tersenyum ketika memberikan es jeruk itu.

"Iya kak, terimakasih."

"Minumlah," ucapku memaksanya minum.

"Ah iya kak," Rissa mengambil minuman itu dan meneguknya.

Aku menatap Rissa masih dengan senyuman, menunggunya selesai minum. "Jadi kak, ada apa ya?" tanya Rissa memastikan tujuan pertemuan kami.

"Ah, aku lupa, hehe. Aku cuma mau nanya, kamu suka ya sama Reino?" tanyaku langsung mengarah pada inti pembicaraan ini.

"Sebenarnya, gak terlalu kak. Aku kayanya bakal kalah sama kakak dan Tiara deh, yang pertama aku gak secantik kakak dan yang kedua aku gak sepintar Tiara," perkataanya tampak jujur dari hatinya.

"Tapi kan, kamu kaya."

"Aku juga gak sekaya kakak, semua uang yang aku punya juga masih punya orangtuaku, jadi aku gak kaya."

Aku tersenyum ke arah Rissa, memegang tangannya lembut. "Aku gak akan bersaing untuk dapetin Reino, kamu mau menang lawan Tiara gak? Untuk dapetin Reino?" tanyaku menekannya agar dia mau bersaing dengan Tiara.

"Percuma kayanya kak, tiap hari Reino dan Tiara ketemu di kelas, aku lihat tiap hari mereka tambah dekat, aku sebaiknya menyerah saja deh."

"Jangan! Kamu jangan nyerah," aku tak sengaja sedikit berteriak ke arahnya, ah.. Aku harus mengendalikan emosiku lebih baik, aku menarik nafas dan melanjutkan ucapanku. "Aku bakal bantuin kamu dapetin Reino, asalkan kamu ikutin rencanaku, mau?" tanyaku kearahnya.

Wajah Rissa tampak bingung, tapi sepertinya ada sedikit ketertarikan dari matanya. "Rencana apa kak?" tanyanya penasaran.

Jadi gini...

Aku menjelaskan seluruh rencana ke Rissa. Rissa tampak terkejut dengan rencana gila yang aku sebutkan, dia awalnya menolak dengan keras, namun dengan bujukanku sedikit demi sedikit, dia akhirnya luluh dan tertarik untuk menjalankan rencana itu.

"Resikonya besar kak," dia menunduk tampak sedikit ragu.

"Kamu tahu kan? Aku orang paling kaya di sekolah ini, aku akan membantumu, aku juga gak suka sama Tiara soalnya."

Rissa perlahan yakin dengan ucapanku, hanya menunggu waktu, Rissa untuk mengeksekusi rencanaku, semuanya akan berjalan sesuai rencana.

"Satu minggu, aku tunggu ya," kataku sebelum pergi meninggalkannya.

"Iya kak, semoga aja gak ada masalah," katanya

Aku pergi meninggalkannya dengan senyum kemenangan, jika ini berhasil, Tiara akan hancur dan Rissa akan hancur, jika gagal, Rissa akan hancur. Hahaha, aku merasa sangat bahagia, ternyata memanipulasi manusia untuk mengikuti apa yang kita mau benar-benar sensasi yang luar biasa.

Aku tak bisa menahan senyumku saat melihat Rissa yang tampak gugup tapi antusias dengan rencana yang sudah kuatur. Gadis ini begitu mudah dipengaruhi, terutama dengan impian konyolnya untuk bisa memenangkan hati Reino. Betapa naifnya dia, tapi justru itulah yang membuat semuanya semakin menyenangkan bagiku.

Satu minggu penuh aku memantau setiap gerakan Rissa. Dia bekerja keras untuk memastikan semuanya berjalan lancar, mengikuti setiap arahan yang kuberikan. Pria tampan yang kami sewa pun memainkan perannya dengan sempurna. Tiara, dengan kelemahannya terhadap pria-pria tampan, sudah terjebak dalam rencana kami.

Hari yang kutunggu-tunggu akhirnya tiba. Pagi itu, aku memastikan Rissa siap untuk menjalankan bagian terpenting dari rencana kami. Aku mengawasinya dari jauh saat dia mengirim pesan terakhir kepada pria yang sudah siap memancing Tiara ke jebakan yang kami siapkan.

Sore harinya, aku mendapat kabar dari Rissa yang menemuiku di dekat VIP kafe, dia tampak sangat gugup, tapi berusaha menyembunyikannya. "Kak, semuanya berjalan sesuai rencana. Mereka sudah di ruangan VIP di kafe itu," ucapnya.

"Bagus, lanjutkan sesuai rencana," perintahku

Dengan tenang, aku pergi dari tempat itu dan melanjutkan hariku. Aku tahu, saat ini fotografer yang Rissa bayar dengan uangku sudah berada di kafe tersebut, siap mengabadikan setiap momen penting. Aku bisa membayangkan betapa serunya melihat ekspresi terkejut Tiara nanti, saat foto-foto itu tersebar di seluruh sekolah. Gadis itu, yang selalu bersikap sempurna, pasti akan hancur ketika reputasinya tercoreng dengan skandal yang memalukan ini.

Keesokan harinya, saat aku tiba di sekolah, suasana sudah mulai ramai dengan bisik-bisik dan tatapan penuh rasa penasaran. Seperti yang kuduga, foto-foto editan Tiara yang seolah-olah sedang melakukan adegan mesum telah tersebar. Aku menyusuri lorong sekolah dengan senyum tipis, menikmati setiap detik keributan yang terjadi.

Beberapa teman sekelas Tiara sudah berkumpul, melihat foto-foto itu dengan wajah terkejut dan jijik. Mereka mulai membicarakannya dengan heboh, beberapa bahkan sudah mulai menyebarkan foto-foto itu ke grup chat sekolah. Aku bisa mendengar potongan-potongan kalimat dari mereka,

"Eh, lu liat foto Tiara, gila gak nyangka gue."

"Pantes aja dia nempel terus sama Reino, ternyata dia kaya bekantan birahi."

“Jangan-jangan selama ini dia memang begitu di belakang kita!”

Aku berjalan melewati mereka, berpura-pura tidak tahu apa-apa, namun di dalam hati aku tertawa puas. Skenario yang kususun berjalan dengan sempurna. Tiara, gadis yang selalu tampil sempurna di mata semua orang, kini menjadi bahan cemoohan dan hinaan. Hanya dalam semalam, citranya hancur lebur.

Sebelum bel masuk berbunyi, aku melihat Tiara berjalan cepat melewati koridor. Wajahnya pucat, matanya merah seakan habis menangis. Dia tampak bingung, bahkan ketakutan. Semua orang menatapnya, beberapa berbisik, dan yang lainnya menunjuk-nunjuk ke arahnya. Pemandangan ini begitu memuaskan. Gadis yang biasanya berjalan dengan angkuh kini tampak seperti burung yang terluka, tidak tahu ke mana harus pergi.

Aku memperhatikan Rissa yang tampak semakin gelisah. Matanya menyapu sekeliling koridor, mungkin khawatir kalau ada yang tahu dia terlibat. Aku mendekatinya perlahan, sengaja menampilkan senyum lembut di wajahku.

“Rissa,” panggilku dengan nada yang lebih tenang. Dia menoleh, terlihat sedikit lega melihatku. “Kamu nggak usah panik. Semua sudah berjalan sesuai rencana, bukan?”

“Tapi Kak, fotonya... itu terlalu parah,” suaranya gemetar. “Kenapa bisa sampai seperti itu?”

Aku menepuk bahunya, seakan menenangkannya. “Karena kamu yang sudah menyebarkannya, Rissa. Ini memang rencanamu, bukan?” Aku berbicara dengan nada yang tenang, tapi ada sedikit tekanan dalam setiap kata yang aku ucapkan.

Rissa tampak terkejut. “Aku? Nggak, Kak. Aku nggak menyebarkan apa-apa. Aku cuma ikut rencana Kakak!”

Aku tertawa kecil, membuat Rissa semakin bingung. “Kapan aku merencakan semua ini? Bukannya kamu yang melakukannya. Kamu yang mengirim foto-foto itu ke grup chat sekolah. Semua orang tahu kalau itu berasal dari akunmu.”

“Aku nggak... Aku nggak tahu soal itu, Kak!” Rissa mulai panik, wajahnya semakin pucat. Dia merogoh-rogoh tasnya, mencari ponsel. “Aku nggak pernah menyebarkan apa pun!”

Aku menggeleng pelan, masih dengan senyum tipis di wajahku. “Tidak ada gunanya, Rissa. Semua sudah terjadi. Dan kalau kamu mencoba mengelak, semua bukti akan mengarah padamu. Mereka akan percaya bahwa kamu yang melakukannya, bukan aku.”

Tiba-tiba Tiara datang dengan langkah cepat dan mendorong Rissa, kemudian dia menampar Rissa dengan sangat keras, hingga wajahnya memerah. "Apa yang kamu lakukan bajingan! Apa maksudmu dengan foto-foto itu! Sialan!" Tiara berteriak dengan amarah yang tidak terkendali.

Aku menatap Rissa dengan tatapan penuh kemenangan, walau aku menampilkan wajah penuh kebingungan dan ketidakpercayaan. Orang-orang mulai berkumpul, menyaksikan kejadian ini. Rissa yang semakin panik berusaha menjelaskan bahwa dia tidak pernah menyebarkan foto-foto tersebut, namun suaranya yang gemetar hanya membuatnya tampak semakin bersalah

"Tiara... aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi! Aku tidak pernah menyebarkan apa pun!" Rissa berusaha menjelaskan dengan air mata yang mulai mengalir di pipinya.

Namun Tiara tidak mau mendengarkan. Dia melangkah maju, menatap Rissa dengan mata penuh kemarahan. "Kau benar-benar jahat, Rissa! Aku pikir kau teman, tapi ternyata kau pengkhianat!" Dengan cepat, Tiara mendorong Rissa lagi hingga Rissa tersungkur ke lantai.

Kerumunan mulai berteriak, beberapa di antaranya mulai memegang ponsel, merekam kejadian tersebut. Tanpa bisa menahan diri, Rissa melompat berdiri dan langsung membalas dorongan Tiara. Mereka pun mulai berkelahi, saling tarik dan pukul, hingga suara benturan tangan mereka menggema di koridor sekolah.

Aku harus menahan senyum puas yang nyaris terbentuk di bibirku. Namun, aku tahu aku harus memainkan peranku dengan sempurna.

"Tiara, Rissa! Hentikan!" Aku berteriak dengan suara yang kuusahakan terdengar cemas, lalu berlari mendekati mereka, berpura-pura mencoba memisahkan keduanya.

Tiba-tiba, Rissa menghentikan serangannya dan dengan jari gemetar menunjuk ke arahku. "Ini semua salah Laura! Ini dia yang merencanakan semuanya! Aku hanya mengikuti apa yang dia katakan!"

Aku menatap Rissa dengan pandangan terluka, seolah-olah aku tidak percaya apa yang baru saja dia katakan. "Rissa, kenapa kau mengatakan hal seperti itu? Aku tidak pernah berniat jahat padamu atau Tiara," aku mulai menangis, suara tangisku memecah suasana tegang di koridor.

Kerumunan yang tadinya hanya menonton mulai tampak kebingungan. Mereka melihat antara aku yang menangis dan Rissa yang terlihat semakin panik dan marah. Beberapa dari mereka mulai ragu, tidak tahu siapa yang harus dipercaya.

"Tiara," aku menoleh ke arah Tiara, air mata mengalir di pipiku, "aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi. Aku hanya ingin membantu Rissa karena dia terlihat begitu sedih, tapi... kenapa dia malah menuduhku?"

Reino, yang tiba-tiba muncul di tengah kerumunan, segera menghampiri kami. Dia menatapku dengan cemas, lalu beralih pada Rissa. "Rissa, kenapa kamu menuduh kak Laura? Dia telah memberikanku tempat untuk hidup, kamu jahat Rissa, bukan hanya Tiara, bahkan sekarang Kak Laura juga?"

Rissa terlihat semakin bingung dan tertekan. Dia tahu dia tidak bisa menjawab semua perkataan Reino. "Tapi... tapi..." Rissa tergagap, kata-katanya tidak lagi terdengar meyakinkan.

Reino melangkah maju, menempatkan dirinya di antara aku dan Rissa. "Sudah cukup, Rissa. Aku pikir kamu harus meminta maaf pada kak Laura. Memfitnah kak Laura seperti itu, adalah perbuatan yang sangat jahat."

Rissa hanya bisa menunduk, matanya berair, tidak mampu berkata apa-apa lagi. Tiara yang semula marah tampak mulai ragu, tetapi masih dipenuhi kemarahan dan kebencian.

Sambil terisak, aku memeluk Reino, membiarkan semua orang melihat betapa terluka dan tersakitinya aku oleh tuduhan Rissa. "Aku hanya ingin membantu..." bisikku di telinga Reino, memastikan semua orang mendengar kata-kata terakhirku.

Dengan begitu, rencanaku sempurna. Baik Rissa maupun Tiara akan hancur bersama-sama. Dan aku? Aku akan tetap berdiri di atas puing-puing mereka, mengendalikan permainan ini dengan senyum penuh kemenangan.

1
Livami
kak.. walaupun aku udah nikah tetep aja tersyphuu maluu pas baca last part episode ini/Awkward//Awkward//Awkward/
aarrrrgh~~~
Umi Asijah
masih bingung jalan ceritanya
ᴬᵖᵖˡᵉᴿʸᵘ
Novelku sendiri
Livami
orang kayak gitu baik fiksi ataupun nyata tuh bener2 bikin sebel dan ngerepotin banget
Livami
huh.. aku suka heran sama orang yang hobinya ngerebut punya orang... kayak gak ada objek lain buat jadi tujuannya...
Umi Asijah
bingung bacanya..😁
ᴬᵖᵖˡᵉᴿʸᵘ: Ada yang mau ditanyain kak?
total 1 replies
Livami
terkadang kita merasa kuat untuk menghadapi semua sendiri tapi ada kalanya kita juga butuh bantuan orang lain...
Livami
ending episode bikin ademmm
Livami
ok kok semangat thor
Livami
woo.. licik juga Tiara
semangat tulis ya Thor /Rose/
bagus ceritanya
Livami
bagus Lo Thor.. ditunggu up nya.. semangat/Determined//Determined//Determined/
LALA LISA
tidak tertebak...
Sutri Handayani
pffft
LALA LISA
ending yang menggantung tanpa ada penyelesaian,,lanjut thoor sampai happy ending
LALA LISA
benar2 tak terduga ..
LALA LISA
baru ini aku Nemu novel begini,istimewa thoorr/Rose/
ᴬᵖᵖˡᵉᴿʸᵘ: Terimakasiiih
total 1 replies
LALA LISA
cerita yg bagus dengan tema lain tidak melulu tentang CEO ..semangat thoorr/Rose/
Reynata
Ngeri ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!