Karenina, gadis cantik yang periang dan supel. Dia hidup sebatang kara setelah kehilangan seluruh keluarganya saat musibah tsunami Aceh. Setelah berpindah dari satu rumah singgah ke rumah singgah lainnya. Karenina diboyong ke Bandung dan kemudian tinggal di panti asuhan.
Setelah dewasa, dia memutuskan keluar dan hidup mandiri, bekerja sebagai perawat khusus home care. Dia membantu pasien yang mengalami kelumpuhan atau penderita stroke dengan kemampuan terapinya.
Abimanyu, pria berusia 28 tahun yang memiliki temperamen keras. Dia memiliki masa lalu kelam, dikhianati oleh orang yang begitu dicintainya.
Demi membangkitkan semangat Abimanyu yang terpuruk akibat kecelakaan dan kelumpuhan yang dialaminya. Keluarganya menyewa tenaga Karenina sebagai perawat sekaligus therapist Abimanyu.
Sanggupkah Karenina menjalankan tugasnya di tengah perangai Abimanyu yang menyebalkan? Apakah akan ada kisah cinta perawat dengan pasien?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
The Real Abi
Situasi mall cukup ramai di weekend seperti ini. Lalu lalang pengunjung, kesibukan sales mempromosikan produknya, ada juga acara launching yang sedang digelar salah satu pabrikan otomotif, langsung menyapa setiap orang yang maemasuki area mall.
Nina mendorong kursi roda, melintasi berbagai tenant yang berjejer di sisi kiri dan kanan mereka. Abi terus mengarahkan Nina untuk membawanya ke toko baju langganannya. Mereka kini sudah berada di lantai 3. Abi menunjuk sebuah toko yang bertuliskan Phillip & Jane. Nina membelokkan kursi roda masuk ke dalam toko.
Suasana tenang dan elegan begitu terasa begitu menjejakkan kaki di toko ini. Maklum saja, produk Phillip & Jane memang diperuntukkan bagi kalangan menengah ke atas. Nina juga mengetahui merk busana ternama ini, harga satu dress saja mencapai 2 bulan gajinya. Seorang pelayan segera menyambut mereka. Abi adalah pelanggan tetap, jadi semua karyawan sudah mengenalnya.
“Selamat datang pak Abi,” Abi hanya menganggukkan kepalanya.
“Tolong keluarkan koleksi terbarunya,” titah Abi.
Pelayan itu menganggukkan kepalanya. Tak lama dia menggeret gantungan yang memajang koleksi terbaru jas dan kemeja pria.
“Nin, kamu pilihin buat aku. Ambil lima stel, kalau ukuran mereka sudah tahu.”
“Ok mas.”
Nina mendekati deretan jas dan kemeja yang tergantung. Setelah memilih-milih sebentar, dia mengambil lima stel jas beserta lima buah kemeja. Pelayan tersebut segera mengambil barang dari Nina dan menyiapkannya.
“Nin, sekalian kamu pilihkan dasinya juga.”
Nina mengangguk, lagi-lagi seorang pelayan membantunya. Dilihatnya deretan dasi yang terpajang. Lalu Nina menganbil lima buah dasi yang sesuai dengan kemeja yang dipilihnya tadi. Hati Nina berbunga-bunga melakukan semua ini untuk Abi, seperti sedang memilihkan pakaian untuk suami.
“Mba.. ada koleksi dress terbaru?”
“Ada pak?”
“Nin, sana pilih dress yang kamu mau.”
“Buat aku mas?”
“Ya iyalah masa buat bi Sari.”
“Tapi ngga potong gaji kan?”
“Bawel banget, udah sana cepat pilih. Tapi dicoba dulu, aku mau lihat.”
Nina bergegas mengikuti langkah sang pelayan. Siapa yang tidak mau dibelikan pakaian bagus dan mahal. Dengan bersemangat Nina mulai memilih. Dia sedikit kebingunan karena semua dress terlihat cantik di matanya. Akhirnya dia mengambil lima potong dress untuk dicoba.
Nina keluar masuk ruang ganti untuk mencoba dress plihannya. Abi terus melihatnya tanpa berkomentar sedikit pun. Setelah baju kelima dicoba, Abi baru mulai mengeluarkan suaranya.
“Mba.. tolong bungkus semua dress yang dicoba tadi.”
“Baik pak.”
“Serius mas?” mata Nina nampak berbinar.
“Hmm.. tapi kamu cuma boleh pake dress itu kalau pergi sama aku, ngerti?!”
“Ok boss.”
Nina berlari kecil menuju ruang ganti untuk memakai pakaian yang dikenakannya tadi. Hatinya senang mendapatkan lima buah dress sekaligus. Sepertinya Abi tengah kemasukan malaikat baik hati, pikirnya.
Sepuluh paper bag telah siap untuk dibawa pergi. Abi menghubungi supirnya untuk datang ke toko. Tak lama Kamal datang lalu membawa semua paper bag. Selesai berbelanja pakaian, Abi mengajak ke toko sepatu. Lagi-lagi dia masuk ke sebuah toko sepatu merk internasional. Nina kembali diminta memilihkan dua buah sepatu untuknya.
“Ini.. mas suka ngga modelnya?”
“Apa yang kamu pilih aku setuju aja.”
Fix, hati Nina kembali berbunga-bunga. Senyum mengembang di wajah cantiknya. Sementara Abi tetap mempertahankan wajah datarnya.
“Pilih juga sepatu untukmu.”
“Dengan senang hati mas.”
Nina kembali dibuat senang, kapan lagi bisa memakai sepatu buatan perancang asal Perancis. Dengan cepat dia memilih dua sepatu yang menarik perhatiannya semenjak masuk ke toko. Abi meninggalkan sepatu di toko, biar Kamal yang mengambilnya. Dia lalu masuk ke toko yang menjual tas.
Hal yang sama kembali terulang. Abi selalu membelikan Nina barang yang dibelinya. Kali ini sebuah tas bermerk sudah dimilikinya. Diam-diam Abi tersenyum melihat wajah bahagia Nina.
“Sekarang kita kemana mas?”
“Kamu laper ngga? Kita makan dulu.”
“Hmm.. boleh mas. Kita mau makan di mana?”
“Di depan ada restoran Thailand, kamu mau makan di sana? Suka ngga?”
“Suka mas.”
“Ok, ayo.”
Nina mendorong kursi roda Abi menuju restoran Thailand yang jaraknya tidak terlalu jauh dari toko sepatu.
“Mas masuk duluan ya. Aku mau ke toilet dulu.”
Abi hanya menggangguk. Nina bergegas menuju toilet. Seorang pelayan menawarkan diri untuk mendorong kursi roda Abi. Namun pria itu menolaknya, dia ingin menunggu Nina saja. Sepuluh menit berlalu, namun Nina tak kunjung kembali. Abi menggerakkan kursi rodanya menuju toilet.
Abi menghentikan kursi rodanya ketika melihat Nina sedang bersitegang dengan seorang pria. Abi mengenali pria itu yang tak lain adalah Fares. Tangannya terkepal keras melihat Fares yang terus berusaha menyentuh Nina.
“Lepas Res. Hubungan kita udah selesai. Lebih baik kita ngga usah ketemu lagi.”
“Nin, tolong maafin aku. Please Nin, kasih aku kesempatan. Aku masih mencintaimu.”
“Tapi aku ngga. Udahlah Res, lepasin aku atau aku panggil keamanan?”
Fares terpaksa melepaskan Nina, karena dia tahu Nina tak pernah main-main dengan ancamannya. Pria itu memilih masuk ke dalam toilet. Nina bergegas pergi, namun baru beberapa langkah, dia kembali terhenti begitu melihat Abi di depannya.
“Loh mas, mau kemana?”
“Aku mau ke toilet.”
“Mau aku antar mas?”
“Ngga usah. Kamu tunggu di sini aja.”
Abi menggerakkan kursi rodanya lalu masuk ke dalam toilet. Dikuncinya toilet dari dalam. Dia menunggu Fares yang masih membuang hajat. Fares berbalik setelah selesai dengan urusannya. Dia berjalan menuju wastafel untuk mencuci tangan. Pria itu terkejut melihat Abi sedang memperhatikannya dari kursi roda. Senyum mengejek Fares tercetak di wajahnya.
“Ck.. ck.. ck.. pria cacat kesayangan Nina ada di sini ruapnya.”
“Aku peringatkan padamu. Jauhi Nina, dia sudah bukan tunanganmu lagi.”
“Itu urusanku bung. Urus saja masalahmu sendiri. Pikirkan apa kamu bisa memuaskan Nina dengan keadaan cacat seperti itu,” ejek Fares.
Abi sudah tidak bisa menahan diri lagi. Dia berdiri dari kursi rodanya lalu mendekat ke arah Fares. Karuan saja Fares terkejut, ternyata Abi sudah bisa berjalan.
“Sepertinya kamu tidak bisa diajak bicara baik-baik.”
BUGH
Sebuah pukulan bersarang di wajah Fares, seketika pria itu jatuh tersungkur. Abi menarik kaos pria itu hingga kembali berdiri lalu menghajarnya lagi. Darah segar keluar dari hidung dan sudut bibir Fares.
“Ini adalah peringatan. Sekali lagi, jauhi Nina atau aku akan mengirimmu ke alam baka.”
Fares meneguk ludahnya kasar. Dua pukulan Abi sukses membuatnya terkapar. Dengan santai Abi kembali duduk di kursi rodanya kemudian keluar dari toilet. Dia segera menghampiri Nina yang masih berdiri di tempatnya tadi. Keduanya menuju restoran untuk mengisi perut.
☘️☘️☘️
“Kamu mau kemana lagi?” tanya Abi begitu mereka keluar dari restoran.
“Hmm.. kalau boleh aku mau ke panti mas. Gara-gara masalah Fares, aku lupa ke panti. Kasihan anak-anak pasti nungguin.”
“Ada berapa anak di panti?”
“Terakhir aku berkunjung ada 25 mas. Akhir-akhir ini bu Lidya sering ketitipan bayi dari orang ngga dikenal. Tiba-tiba aja udah ada di depan pintu panti. Kasihan aku sama bu Lidya, di saat semakin banyak anak panti yang harus diurus, donatur semakin berkurang. Ada yang nyebarin fitnah kalau bu Lidya menyelewengkan dana sumbangan, otomatis donatur pada narik diri. Padahal itu sama sekali ngga benar. Bahkan barang-barang bu Lidya sudah habis dijual untuk memenuhi kebutuhan panti. Rumah yang mereka tempati juga sudah ngga layak, tapi belum ada dana buat renovasi.”
Nina berbicara panjang lebar menerangkan kondisi panti asuhan tempatnya dibesarkan. Wajahnya nampak sendu ketika menceritakan hal tersebut. Tak terasa mereka sudah ada di lantai dasar. Nina memutuskan membeli beberapa oleh-oleh untuk anak panti.
Abi memilih menjalankan kursi rodanya sendiri. Dia menyuruh Nina mengambil troli yang paling besar. Nina memilih beberapa barang yang memang dibutuhkan panti. Namun Abi tanpa bertanya memasukkan banyak barang ke dalam troli. Diapers, susu formula, bubur bayi, biskuit bayi, perlengkapan mandi, obat-obatan, bahkan tak segan-segan Abi memasukkan beberapa pack daging sapi, daging ayam dan ikan-ikanan. Nina hanya melongo melihat itu semua.
Abi terus memasukkan barang yang sekiranya dibutuhkan di panti. Roti-rotian, aneka kue, buah-buahan tak lupa dia masukkan. Terakhir saat mengantri di kasir dia meraup beberapa batang coklat lalu dimasukan ke dalam keranjang. Troli belanjaan yang didorong Nina sudah dipenuhi oleh bermacam barang.
Nina terus memperhatikan layar yang menunjukkan jumlah belajan. Hatinya ketar-ketir kalau dia yang harus membayar itu semua. Namun dia dapat bernafas dengan lega melihat Abi mengeluarkan kartu saktinya. Beberapa plastik berisi barang belanjaan berjejer di dekat meja kasir. Salah satu pegawai membantu memasukkan ke dalam troli. Abi meminta pegawai tersebut mengantarkannya ke mobil.
Kamal sudah menunggu Abi di depan pintu masuk mall. Dia segera membantu memasukkan barang belanjaan ke dalam bagasi. Abi memberikan uang lelah kepada pegawai tersebut sebelum masuk ke dalam mobil dibantu oleh Nina. Sesaat kemudian mobil telah melesat menuju daerah Kopo, tempat di mana panti asuhan bu Lidya berada.
☘️☘️☘️
**Bi.. mamake ngga dibeliin baju nih? Masa dasteran Mulu, kirim atuh ke sini😜
Selamat pagi.. selamat berakhir pekan, selamat berkumpul bersama keluarga. Jangan lupa dukungannya buat mamake ya😉**