Apa yang akan kalian pilih, jika kalian di minta untuk memilih antara menikah dengan pria yang tak lain adalah sahabat kecil kalian, atau dengan pria yang kalian cintai, tapi tanpa adanya hubungan yang pasti?
Pilihan seperti itu lah yang kini di hadapi oleh Alisya, si gadis bodoh perihal cinta. Tapi siapa sangka di cintai dan menjadi hasrat cinta dua pria tampan, kaya dan terbilang incaran para kaum hawa lainnya.
Akankah salah satu dari mereka akan menjadi jodoh Alisyah? atau malah tak dari satupun mereka yang dapat menjadi jodoh Alisya.
*lebih bijak dalam membaca yah kakak*
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifa Riris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Cemburu nya Adriel
Mata Kiran dan Ira kini berkali-kali lipat menatap kebingungan pada sikap Alisya.
"Sya, lo kenapa sih? Sedih, seneng, sekarang malah nggak jelas." Celetuk Kiran.
Seakan ada suatu hal yang sangat penting. Alisya pun bergegas untuk keluar dari kelas. Akan tetapi langkah nya terhenti dan menatap kearah kedua temannya. "Gue duluan yah, nanti gue jelasin deh." Ucap Alisya.
Setelah mengatakan hal itu, Alisya pun pergi dari tempat itu.
Sementara itu Kiran menaruh curiga terhadap Alisya yang kini selalu saja bersikap aneh di depan dirinya.
"Ra!" Panggil Kiran.
Ira masih terfokus pada buku-buku yang berada di depannya untuk ia kemas. "Em, apa?" Jawab Ira.
"Lo merasa aneh nggak lihat Alisya akhir-akhir ini?"
"Nggak!"
"Ya ampun Ira, lo lihat seksama deh."
"Aku nggak mau, udah ayok! Lagian katanya kamu mau anter aku ke perpus." Sahut Ira.
Mendengar kata perpus membuat Kiran merasa lemas dan tak bersemangat.
Melihat gelagat Kiran. Menjadikan Ira sedikit tertawa ringan. "Udah nggak usah lemes gitu, nanti aku beliin makan siang sepuas kamu." Ujar Ira.
"Beneran!" Antusias Kiran.
"Em, bener."
Mereka berdua pun pergi dari kelas itu.
Dengan menggerutu pelan Kiran berkata. "Apa nanti malam gue ajak Alisya ke club aja yah?"
*****
(Di bandara)
Alisya menelisik ke sekitar bandara.
Dan tak lama mama dan papanya pun terlihat dari arah yang tak terlalu jauh dari arahnya berada.
"Alisya!" Teriakan mamanya, membuat Alisya menatap kearah mamanya dengan senyuman malu.
Mamanya berlari kearah Alisya, dan memeluk tubuh putri tengahnya itu dengan sangat erat.
"Mama kangen banget loh sama kamu."
Terlihat biasa saja. Karna bukan pertama kalinya mamanya itu mengatakan rindu pada dirinya. Akan tetapi, tetap tega meninggalkan nya sendiri selama bertahun-tahun selama ini.
"Em." Jawab Alisya seadanya.
Seperti biasa. Papanya Alisya tak pernah menyukai keberadaan Alisya, pasalnya karna saat mamanya mengandung Alisya. Papanya itu berharap agar mamanya mengandung bayi laki-laki.
Akan tetapi malah Alisya yang hadir. Semua itu membuat papanya selalu saja memberi perhatian pada Alisya hanya sebatas kewajiban seorang ayah dan anak.
Sedangkan untuk kakak dan adik Alisya di sayang layaknya putra sekaligus putri kandungnya.
"Dimana kakak?" Tanya Alisya.
"Kakak kamu sibuk." Jawab papanya.
Seakan mamanya sudah tau kalau hubungan Alisya dan suaminya itu tak baik. Mamanya pun langsung mengajak mereka untuk segera pergi dari bandara. "Emm... Udah udah ngobrol nya nanti aja. Kalau gitu kita pergi makan siang aja yuk sekarang." Ucap mamanya.
Dengan malas Alisya mengiyakan ucapan mamanya.
Mereka meninggal kan bandara. Untuk pergi makan siang.
*******
(Restoran terkenal)
Di meja restoran yang ternyata sudah di pesan oleh papanya.
Alisya duduk sembari menatap kearah ponselnya. Tentu kini ia sedang menunggu Adriel mengirim pesan untuknya, meski pesan pendek pun tak apa.
"Sayang! Kamu kenapa? Kok mama lihat kamu lihat ponsel terus." Ujar mamanya.
"Ha! Nggak kok ma, Alisya cuman... "
Papanya langsung menyelak ucapan Alisha langsung. "Jangan pacaran dulu, kamu itu harus kayak kakakmu. Jadi CEO di salah satu perusahaan papa di Amrik. Dan adik mu... "
"Em, aku tau pa." Tukas Alisya balik.
"Kalau orang tua bicara itu dengerin jangan main nyelak aja." Sentak papanya.
Merasa selalu mendapat perlakuan berbeda dari papanya. Alisya merasa muak, bahkan dengan lantang Alisya membantah ucapan papanya tadi. "Kan tadi papa duluan yang nyelak omongan Alisya."
"Alisya!" Sentak mamanya.
Mata Alisya menatap malas kearah mamanya.
Belum sempat obrolan mereka sedang ingin berlanjut tiba-tiba seorang pria tampan dengan kemeja hitamnya berjalan kearah mereka.
"Om Guntur!" Panggil pria itu pada papa Alisya.
Membuat papa Alisya pun menatap ke sumber suara yang memanggil namanya. "Bastian!"
Mendengar nama Bastian membuat Alisya langsung mengarahkan pandangan pada pria itu.
"Bastian, temen aku waktu kecil?" Tanya Alisya seperti takut salah dengan ucapannya.
"Hem, iyah Alisya ini aku Bastian temen kamu waktu kecil," jawabnya.
Gadis itu berdiri dengan sangat antusias.
"Bastian! Kamu disini? Sejak kapan kamu pulang?" Pertanyaan Alisya berikan pada pria itu.
Bahkan Alisya tak sungkan memeluk tubuh pria itu.
Tanpa sadar ada sorot mata bak elang menatap kearah Alisya berada. Kedua tangannya terkepal, seakan menahan amarah.
.
.
.
***
(Setelah makan di restoran)
Karna papa dan mamanya yang memutuskan untuk pulang dan menginap dihotel. Alisya pun kini berniat diantar pulang oleh Bastian.
Berjalan dengan beriringan dengan Bastian di sampingnya. Gelak tawa sesekali Alisya perlihatkan.
Dilain sisi Adriel yang sedari tadi menatap wanitanya bersanding dengan pria lain. Merasakan kobaran api cemburu. Meski di balik pemikiran dewasanya dapat berpikir jernih, dan mengira kalau pria yang di dekat Alisya adalah sepupu atau saudara wanita nya.
Entah keberanian dari mana? Adriel melangkah kearah Alisya dan pria yang tak ia kenal.
"Alisya!"
Sontak Alisya pun mengarahkan pandangannya kearah suara.
"Mas Adriel!" Sahut Alisya.
Merasa tak nyaman akan panggilan mas yang Alisya lontarkan. Pasalnya baru kali ini teman semasa kecil nya itu memanggil pria dengan panggilan mas.
"Siapa sya?" Tanya Bastian dengan wajah masamnya, pertanda tak begitu menyukai adanya Adriel di tempat itu.
"Ha! Dia... " Serasa bingung untuk menjawab, karna Adriel menginginkan dirinya untuk merahasiakan hubungannya itu.
Adriel menatap Alisya yang terlihat bingung. Dan langsung memperkenalkan dirinya langsung ke Bastian. "Saya Adriel, dosen nya Alisya." Ucap Adriel.
"Bastian, sahabat dekat Alisya dari kecil. Tapi seperti nya beda untuk ke depannya." Balas Bastian.
Bukannya merasa canggung. Akan tetapi Alisya malah memukul pundak Bastian dengan keras. "Maksudnya ke depan nya jadi besan gitu?" Sahut Alisya.
Gelak tawa pun mereka lontarkan bersama.
Sedangkan Adriel yang sedari tadi seakan menjadi orang ketiga. Sontak meraih pergelangan tangan Alisya.
"Maaf! Tapi saya dan Alisya ada urusan." Tutur Adriel. "Ayok sya."
Belum sempat Adriel membawa Alisya pergi. Kini tangan Bastian pun langsung meraih tangan kanan Alisya.
Dengan nada dingin dan ketus, Bastian berucap. "Seperti nya anda hanya dosen, bukan teman ataupun keluarga Alisya. Kenapa anda menarik tangannya?"
"Tapi seperti nya anda hanya teman masa kecilnya, jadi jangan ikut campur urusan saya dan Alisya."
Alisya berada di tengah dua pria tampan dengan pesona yang sama-sama tak dapat membuat Alisya menolak. Akan tetapi, Adriel adalah pria yang kini ia cintai.Tentu gadis itu pun langsung melepaskan genggaman tangan Bastian padanya.
"Alisya!" Sentak Bastian, sembari menatap tak percaya pada teman masa kecilnya itu.
"Aku nggak papa kok, emm... Lagian aku juga memang ada urusan penting sama mas Adriel." Ujar Alisya.
"Mas? Baru kali ini aku dengar mahasiswi manggil dosennya mas."
Keikut campuran Bastian membuat kesabaran Adriel ingin habis. Dengan penuh penekanan, Adriel pun memberi ucapan menohok pada pria itu. "Kamu temenan sama cowok apa cewek sih sya, udah kayak ibu-ibu kompleks nanya nya."
"Mas!" Alisya berusaha untuk menghentikan sikap Adriel, yang sejak tadi malah memperkeruh suasana.
"Apa?" Tanya Adriel tanpa rasa bersalah.
Mata Alisya pun menatap kearah Bastian. "Emm.... Aku nanti jelasin ok!" Tutur Alisya.
Setelah mengatakan hal itu, Alisya pun tak ingin lagi membuat masalah semakin runyam. Dan mengajak Adriel pergi dari tempat itu.
******
(Dalam mobil )
Hening
"Emm... Tadi kamu ngapain di restoran itu?" Tanya Alisya, seperti ingin memecah keheningan.
"Aku nggak suka kamu meluk cowok lain selain aku."
"Ha! Ma-maksudya?"
Mata Adriel menatap lekat kearah Alisya yang duduk di sampingnya. "Maksudnya aku ingin miliki kamu seorang." Jawab Adriel.
Merasa senang akan ucapan Adriel. Tapi merasa di buat jatuh akan ucapan pria itu tadi pagi.
"Alisya!" Panggil Adriel dengan lembut.
"Aku dan Bastian cuman temenan," jawab Alisya dengan cepat.
Berbohong, entah mengapa melihat perubahan fisik pada Bastian teman kecil nya itu. Alisya sedikit terpesona akan fisik yang mendekati kata sempurna untuk kaum hawa.
Akan tetapi tentu tak mungkin ia akan mengatakan hal itu di depan Adriel. Bisa terjadi perang Dunia ke tiga nantinya.
Seraya menyelipkan salah satu rambut Alisya ketelinga, "Kamu cinta dengan ku kan sya?" Tanya Adriel.
"Em, tentu!"
"Boleh aku berkata jujur?"
Alisya menganggukan kepalanya.
"Hemm... Tapi aku ngomong di rumah aja."
Mendengar kata rumah membuat Alisya mulai resah. Rumah mana yang diucapkan Adriel?
Mobil pun melaju meninggal kan pekarangan parkiran depan restoran.
Melihat raut wajah kebingungan dari Alisya. Membuat senyuman terukir dari bibir Adriel. "Rumah aku," Sahut Adriel.
"Rumah kamu!" Menatap penuh dengan rasa terkejut.
Bersambung.