Novel ini terinspirasi dari kisah Mayor yang saat ini sedang viral di mana-mana. Ini hanya kisah fiktif belaka tidak ada sangkut pautnya dengan kisah nyata ataupun yang saat ini sedang viral. Nama tokoh dan nama negara Author samarkan ya🙏
*
*
*
Bagaimana jika seorang Presiden di sebuah Negara mempunyai ajudan para pria-pria tampan? Para Ajudan itu harus bekerja selama 24 jam tanpa henti untuk menjaga keamanan Sang Presiden.
Terlebih Mayor Rendi, Ajudan pribadi itu harus mengikuti sang Presiden ke mana pun tanpa ada waktu sedikit pun. Lalu, bagaimanakah takdir cinta sang Mayor?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32 Canggung
Sasa dan Mayor Rendi saling diam satu sama lain, hingga pintu ruangan rawat Sasa pun terbuka. "Maaf mengganggu. Mbak, sekarang juga Mbak sudah bisa pulang tapi dokternya gak ada jadi kemungkinan besok pagi baru bisa pulang dan menginap dulu di sini," ucap Lia.
"Padahal aku sudah gak betah di sini, aku ingin pulang," keluh Sasa.
"Jangan macam-macam kamu, lebih baik kamu diam dulu di sini," ucap Mayor Rendi dingin.
"Anda Mayor Rendi kan? boleh minta foto gak?" ucap Lia antusias.
"Boleh," sahut Mayor Rendi.
Lia pun dengan bahagianya berfoto dengan Mayor Rendi begitu pun dengan Kiki, walaupun dia pria tapi dia juga sangat mengidolakan sosok Mayor Rendi. "Mbak Sasa kenal sama Mayor Rendi di mana? kok gak bilang-bilang sih?" ucap Lia.
"Apaan sih? memangnya penting ya?" sahut Sasa cuek.
"Pentinglah, kan saat ini Mayor sudah menjadi idola baru, hanya saja sudah tidak se-viral dulu karena sekarang Mayor Rendi sudah balik ke bataliyon, iya kan, Mayor?" ucap Kiki meminta jawaban dari Mayor Rendi.
"Iya."
Sasa hanya bisa mencebikan bibirnya. "Sudah malam Mbak, sepertinya kita harus pulang. Gak apa-apa kan kalau Mbak sendirian di sini?" ucap Lia.
"Gak apa-apa, lagipula aku sudah sehat kok," sahut Sasa.
"Kalian kalau mau pulang, pulang saja. Sasa biar aku saja yang jaga," ucap Mayor Rendi membuat Sasa kaget dan membelalakkan matanya.
"Apa? gak usah, lebih baik Mayor pulang saja, aku berani kok sendirian di sini," tolak Sasa.
"Mayor baik banget, ya sudah kalau begitu kita pulang dulu. Besok pagi-pagi kita ke sini lagi ya, Mbak," ucap Lia.
"Tolong jaga Mbak Sasa ya, Mayor. Kita pulang dulu ya, Mbak," sambung Kiki.
Lia dan Kiki pun segera keluar dari ruangan rawat Sasa. Sasa melihat ke arah Mayor Rendi. "Mayor kalau mau pulang, pulang saja. Aku berani kok sendirian di sini," ucap Sasa.
"Serius kamu berani? memangnya kamu tidak tahu mengenai berita rumah sakit ini? konon katanya, rumah sakit ini angker dan setiap malam suka ada hantu berkeliaran mendatangi setiap ruangan pasien. Tapi ya, kalau kamu gak mau ditemani gak apa-apa, aku pulang saja," goda Mayor Rendi.
Sasa yang merasa takut akhirnya menarik ujung jas Mayor Rendi. "Jangan pergi, temani aku di sini," ucap Sasa dengan wajah ketakutan.
Mayor Rendi mengangkat ujung bibirnya, lalu dia membalikan tubuhnya dan memperlihatkan wajahnya yang kembali dingin. "Katanya kamu berani sendirian?" goda Mayor Rendi.
"Tadinya aku berani, tapi kalau ceritanya kaya gitu aku gak mau. Bagaimana nanti kalau aku di makan sama hantu, atau dibawa kabur sama hantu," sahut Sasa dengan bergidik ngeri.
"Astaga, hantu mana yang suka makan manusia?" Mayor Rendi antara kesal dan ingin tertawa namun dia harus tetap menjaga imagenya di depan Sasa.
"Itu di film-film banyak kok yang kaya gitu," sahut Sasa.
"Film apa? ngarang aja bisanya," kesal Mayor Rendi.
Mayor Rendi pun melepaskan jasnya dan mulai merebahkan tubuhnya di atas sofa. Hari ini dia memang sangat lelah, sementara itu Sasa justru terus saja memperhatikan Mayor Rendi dengan tatapan kagumnya. Mayor Rendi tahu akan hal itu tapi dia tidak mau menggubrisnya dan membiarkan Sasa memperhatikannya sampai puas.
"Astaga, bertahun-tahun tidak bertemu Mayor kok malah tambah tampan saja bahkan pesona pria matang malah semakin mempesona," batin Sasa.
Mayor Rendi memejamkan matanya, namun bibirnya sedikit tersungging. "Sudah malam, cepetan tidur," ucap Mayor Rendi.
Sasa sampai kaget, dia segera menutup tubuhnya dengan selimut. Dia langsung memejamkan matanya karena dia takut Mayor Rendi tahu kalau dari tadi dia memperhatikannya. Mayor Rendi membuka mata dan menoleh ke arah Sasa, senyumannya semakin lebar tingkah konyol Sasa memang tidak pernah berubah dari dulu.
***
Keesokan harinya...
Sasa sudah siap-siap karena pagi ini dia akan pulang. Lia dan Kiki sudah datang juga untuk menjemput Sasa, bahkan Chika datang membuat Sasa kaget. Sedangkan Mayor Rendi sudah pulang karena pagi ini dia harus berangkat dinas dan Sasa tidak tahu perginya karena tadi dia masih tidur.
"Chika, kamu kok ada di sini? memangnya kamu gak kerja?" tanya Sasa.
"Aku kan bosnya Kak, jadi aku bebas mau masuk atau pun tidak. Aku cepat-cepat datang ke sini karena aku gak mau sampai kehilangan jejak kakak lagi, menyebalkan sekali kakak menghilang tanpa berpamitan terlebih dahulu," ucap Chika.
"Ya maaf, jujur waktu itu aku berat sekali berpisah denganmu jadi kalau pamitan dulu takutnya aku nangis dan gak mau pisah sama kamu," sahut Sasa.
"Ya Allah, kakak tahu gak aku sampai nangis terus dan rumah terasa sepi gak ada Kak Sasa." Chika memeluk Sasa.
"Maaf, ya."
Akhirnya Sasa pulang ikut mobil Chika, sedangkan Lia dan Kiki membawa mobil Sasa. Selama dalam perjalanan, Sasa dan Chika berbincang-bincang seru. Hingga tidak lama kemudian, mereka pun sampai di depan rumah minimalis milik Sasa.
"Ini rumah kakak?" tanya Chika.
"Iya, kecil banget kan?" sahut Sasa merendah.
"Ih mungil banget, lucu tahu," puji Chika.
"Ah, kamu bisa saja. Ayo, masuk dulu."
Sasa pun merangkul Chika dan mengajaknya masuk ke dalam rumah. Chika sampai lupa waktu, dan tidak terasa sudah sore hingga ada sebuah notif pesan dari Mayor Rendi. Chika tersenyum, abangnya menanyakan alamat rumah Sasa tapi Mayor Rendi mengatakan kalau Sasa jangan sampai tahu.
"Sudah sore kak, kayanya aku pulang dulu ya," ucap Chika.
"Ah iya. Jangan kapok main ke sini, ya," ucap Sasa.
"Enggak dong, justru aku bakalan sering datang ke sini," sahut Chika.
Chika pun pergi dan meninggalkan rumah Sasa. Malam pun tiba, Sasa seperti biasa sedang nonton TV sembari mengotak-atik laptopnya. Tiba-tiba, pintu rumahnya ada yang mengetuk.
"Siapa yang bertamu malam-malam," gumam Sasa.
Sasa bangkit dari duduknya dan segera membuka pintu, betapa terkejutnya Sasa saat melihat siapa yang saat ini sedang berdiri di depan pintu. "Mayor, ada apa Mayor ke sini? dan Mayor tahu dari siapa alamat rumah aku?" tanya Sasa kaget.
"Tahu dari siapa lagi kalau bukan dari Chika," sahut Mayor Rendi.
Sasa terlihat canggung dan salah tingkah, begitu pun dengan Mayor Rendi namun Mayor Rendi berusaha bersikap biasa. "Kita ngobrol di luar saja, maaf aku tidak bisa mengajak Mayor masuk ke dalam rumah karena takut tetangga ada yang salah sangka," ucap Sasa.
"Oke."
"Mayor mau minum apa?" tanya Sasa dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Kok masih nanya, memangnya kamu sudah lupa dengan kebiasaan aku?" Mayor Rendi balik bertanya kepada Sasa.
"Ah iya, kalau begitu aku buatkan kopi dulu."
Sasa segera berlari masuk ke dalam dapur, namun sesampainya di dapur, dia malah bingung mau ngambil apa saking gugupnya karena kedatangan Mayor Rendi secara tiba-tiba.