NovelToon NovelToon
THEY ARE GEMSTONES

THEY ARE GEMSTONES

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Wanita
Popularitas:535
Nilai: 5
Nama Author: Putri Yais

Keluarga Haven bukanlah keluarga sembarangan. Haven merupakan suami dari perempuan bernama Amber. Mereka memiliki kemampuan supranatural yang sangat tinggi. Mereka memiliki tiga orang putra, dan dua orang putri. Mereka adalah pemilik mata dewa. Ambisi mereka sangat besar untuk menguasai dunia. Sebelum mata dewa itu terbuka, sampai kapanpun mereka tidak akan mencapai tujuan besarnya itu.

Mata dewa hanya bisa dibuka dengan lima batu permata yang memiliki kekuatan sangat dahsyat.

Tidak ada yang tahu jika kelima batu permata itu ternyata berubah menjadi lima gadis cantik dimana mereka akan menjalani aktivitas layaknya manusia biasa, hanya saja ketika dalam keadaan darurat maka kekuatan besar yang tersimpan dalam diri mereka akan muncul.

Kelima gadis cantik itu tinggal di sebuah tempat bernama "Home Blue" dimana pemilik tempat itu adalah seorang perempuan bernama Lin.

Yuk! ikuti perjalanan serunya dalam karya baruku ini. Jangan lupa mampir, like, dan komen. Terima kasih...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Yais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SEMUA GADIS DIHUKUM

Hari sudah gelap. Kelima gadis itu masih berada di Key School. Di aula mereka terus berlatih kemampuan baru yang Jeff berikan tadi.

"Aku sudah sangat lelah," ucap Berlian.

"Aku juga. Kapan kita akan pulang?" sambung Emerald.

"Hey kalian!" teriak Damian. "Kenapa berhenti berlatih? Teruskan!"

"Kapan kegiatan ini akan selesai?" tanya Kyanite.

"Kenapa bertanya terus? Selama kakak ku belum membubarkannya, maka kalian akan terus berada di tempat ini," ucap Damian.

Kyanite pergi untuk mencari Jeff. Saat akan keluar dari aula itu, tiba-tiba saja tubuhnya terpental. Semua orang terkejut dengan apa yang terjadi.

"Kenapa tubuhku bisa terpental?" batin Kyanite. "Apa sebenarnya yang sudah dia pasang di dekat pintu masuk itu?" Emerald membantu Kyanite untuk berdiri.

"Itulah akibatnya jika tidak mendengar perkataanku," ucap Damian.

Sejak tadi Shapire terus memperhatikan pintu masuk itu. "Apa yang terpasang di pintu itu?" batinnya. Shapire menoleh ke arah Ruby, begitupun sebaliknya.

"Kenapa?" tanya Ruby. "Apa kau memikirkan hal yang sama denganku?"

Shapire mengangguk dan menatap ke arah pintu itu. "Bagaimana caranya kita bisa tahu apa yang ada di balik itu?" bisik Ruby.

Shapire memiliki cara. Dia membicarakannya berdua dengan Ruby. "Apa kau mengerti?" tanya Shapire.

"Aku akan mengikuti kata-kata mu itu," ucap Ruby.

Shapire melanjutkan latihannya. Gerakannya tadi semakin menjauhi tempat duduknya. Saat beberapa langkah lagi dekat dengan pintu masuk, ini saatnya Ruby beraksi.

"Hey! Sedang apa kau di sana? Kemari lah!" tegur Damian.

"Shapire tangkap...!!!" teriak Ruby sambil melemparkan sebuah pulpen ke arahnya.

Shapire mencoba untuk menangkap pulpen itu. Hanya saja Ruby melemparnya jauh keluar.

"Awas!!" teriak Kyanite takut jika tubuh Shapire akan terpental seperti yang terjadi padanya tadi.

"Bruk!!!"

Walau terjatuh, Shapire masih bisa menangkap pulpen itu, dan dia berhasil melewati batas pintu dalam keadaan baik-baik saja. Saat dilihat, kekuatan yang terpasang di depan pintu sudah hilang. Ruby berlari menghampiri Shapire.

"Apa kau tidak apa-apa?"

"Tidak!" Ruby membantu Shapire ke tempat duduknya. "Bagaimana?" bisiknya pelan.

"Memang ada kekuatan yang dipasang di balik pintu. Aku tidak tahu kekuatan apa itu. Tapi yang aku lihat jika mereka memasang kekuatan itu supaya tidak ada orang yang mendengar percakapan di ruangan ini. Juga supaya tidak ada dari kita yang keluar masuk tanpa izin," jawab Shapire.

Shapire merasa aneh kenapa tadi tubuhnya tidak terpental walaupun dia menyentuh batas pintu itu.

"Apa kau tahu kenapa aku baik-baik saja saat menyentuh batas pintu itu?" tanya Shapire.

"Karena yang menyentuh lebih dulu batas pintu itu adalah pulpenmu, lalu kau. Mungkin itu sebabnya tubuhmu tidak terpental," jawab Ruby.

Itu berarti harus ada sesuatu yang menembus batas itu terlebih dahulu supaya kekuatannya memudar.

Saat kembali, Jeff merasa jika kekuatan yang dia buat di batas pintu sudah hilang. "Damian! Datanglah ke ruanganku sekarang juga!"

"Baik, kakak."

Di ruangan, Damian menceritakan semuanya pada Jeff saat dia tidak ada di aula. Di satu sisi, Kyanite dan Claudia saling menyerang dengan kekuatan mereka.

Claudia mencoba menggerakkan sebuah vas yang ada di sana dengan pikirannya. Dan semua itu berhasil. Sementara Kyanite tidak memiliki kemampuan untuk menghalau vas itu.

"Rasakan ini!" ucap Claudia.

Dengan cepat Emerald menggunakan kekuatannya untuk menggerakkan vas yang lain. Dia mengarahkannya ke vas milik Claudia. Kedua vas itu akhirnya beradu dan pecahannya berserakan di lantai.

"Siapa yang mencoba untuk membantu gadis itu?" tanya Claudia.

"Aku!" ucap Emerald.

"Oh, rupanya gadis culun itu memiliki kemampuan juga," ucap Claudia merendahkan. "Aku pikir kau itu gadis bisu. Soalnya dari permata kau di sekolah ini, aku tidak pernah mendengar sedikitpun kau bicara."

"Berani sekali dia bicara hal buruk pada temanku," ucap Ruby tidak terima. "Akan aku buat perhitungan padanya."

Shapire melihat Ruby menghampiri Claudia. Sepertinya dia akan melakukan sesuatu padanya. Shapire tahu seperti apa Ruby. Dia mudah terpancing emosi. Dia tidak akan tinggal diam jika ada orang yang mengatakan hal buruk pada temannya.

"Rasakan ini!" Ruby mendorong Claudia dari belakang sampai-sampai dia terjatuh dan tangannya mengenai pecahan vas tadi.

"Aww..." Claudia merintih kesakitan. Tangannya kini penuh darah.

"Kenapa kau mendorongku? Apa kau memiliki masalah denganku?" tanya Claudia sangat marah. Dia langsung bangun dan menjambak rambut Ruby.

"Rasakan pembalasanku!" ucap Claudia.

"Aaaa..."

Gadis lain mencoba untuk memisahkan mereka. Berlian yang melihat Ruby di jambak seperti itu, dia membalasnya balik. Berlian mengacak-acak rambut Claudia.

"Aaa...rambutku!!" teriak Claudia.

Tidak lama Jeff dan pengurus lain tiba di aula. Tanpa banyak bicara, Jeff menggunakan kemampuannya untuk melerai pertengkaran mereka.

"Sudah cukup!" teriak Jeff.

Semua gadis menundukkan kepala mereka karena merasa sangat takut. Tidak satupun dari mereka yang berani menatap wajahnya.

"Apa-apaan kalian ini? Baru kami tinggal sebentar, sudah terjadi kekacauan seperti ini," ucap Jeff.

"Dia yang memulainya lebih dulu!" ucap Ruby menunjuk Claudia. "Dia mengatakan hal buruk pada temanku Emerald. Dia bilang jika Emerald itu gadis bisu."

"Apa benar yang dikatakan dia Claudia?"

"Itu benar, tapi..."

"Sudah cukup! Aku tidak ingin mendengar apapun lagi. Karena kalian sudah membuat keributan di tempat ini, aku akan menghukum kalian semua." ucap Jeff.

"Kenapa kami juga harus dihukum? Yang membuat masalahkan gadis itu," bantah Kyanite.

"Apa kau ingin hukuman mu menjadi dua kali lipat?" tanya Jeff.

"Jangan!"

"Kalau begitu untuk malam ini kalian tidak akan pulang. Kalian bertugas untuk menggantikan satpam sekolah menjaga tempat ini sampai besok pagi."

***

Sebelumnya, semua gadis pernah mendengar cerita dari satpam sekolah jika setiap malam selalu saja ada kejadian aneh. Bukan takut pada pencuri, tapi sering muncul asap dan bayangan hitam di atap sekolah. Ayunan yang berada di belakang sekolah pun terlihat bergerak sendiri. Bahkan terdengar suara-suara aneh di atas jam dua belas malam. Semua itu terjadi setiap tanggal 14 bertepatan dengan munculnya bulan purnama.

"Apa tidak ada hukuman lain Mr. Jeff?" tanya seorang murid.

"Ada, aku akan menempatkan kalian semua di dalam hutan sana bersama hewan-hewan buas," ucap Jeff.

"Tidak satupun dari pilihan itu yang lebih baik," celetuk Kyanite.

Key School adalah sekolah yang sangat besar. Jeff membagi mereka menjadi 4 kelompok dimana setiap kelompok berisikan lima orang anggota. Kelompok pertama diketuai oleh Ruby. Dia akan berjaga di belakang sekolah. Kelompok kedua diketuai oleh Emerald. Mereka akan berjaga di lantai dasar. Kelompok ketiga diketuai oleh Berlian. Mereka akan berjaga di samping sekolah. Kelompok keempat diketuai oleh Kyanite. Mereka akan berjaga di lantai paling atas. Kelompok terakhir akan diketuai oleh Shapire. Mereka berjaga di area depan sekolah. Setelah dibagi-bagi, semua murid pergi berpencar. Sementara kelima pengurus itu akan pulang dan kembali lagi besok. Walau begitu Jeff akan tetap mengawasi pergerakan mereka melalui CCTV sekolah yang sudah terpasang pada laptopnya.

"Selamat berjaga," ucap Jeff pada kelompok kelima.

"Apa kita benar-benar ditinggal sendirian di tempat ini?" tanya seorang murid.

"Tenanglah, tidak akan ada apa-apa." jawab temannya.

Jam baru menunjukkan pukul 23.45 malam. Semua masih terlihat aman. Shapire menatap ke langit. Malam itu langit sangat terang dengan cahaya rembulan. Shapire lupa untuk mengabari nyonya Fe dan Bunda Lin. Dia langsung meneleponnya.

"Halo nak!"

"Halo Bunda!"

"Apa kau akan menginap di sekolah?"

"Iya Bun, kami akan pulang besok. Maaf baru bisa mengabari mu sekarang."

"Tidak apa-apa. Dimana yang lain? Apa mereka baik-baik saja?"

"Mereka baik, kau tidak perlu khawatir. Aku pasti akan menjaganya."

"Baiklah, jaga dirimu."

"Pasti, Bunda." Shapire menutup teleponnya.

****

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!