Disarankan baca "Dear, my first love" dulu ya🙃
"Kalo jalan yang bener, pake mata dedek."
Tangan Shawn setia berada di pinggang Zuya agar gadis itu tidak terjatuh dari tangga. Dan lagi-lagi gadis itu menatapnya penuh permusuhan seperti dulu.
Pertemuan secara kebetulan di tangga hari itu menjadi awal hubungan permusuhan yang manis dan lucu antara Shawn dan Zuya, juga awal dari kisah cinta mereka yang gemas namun penuh lika-liku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31 - Memijit apa?
Shawn kaget sekali. Bagaimana tidak kaget coba, kalau kamarnya ditiduri oleh orang lain. Penginapan ini adalah miliknya. Empat tahun lalu ia tidak sengaja mendapatkan lokasi yang menurutnya sangat strategis di desa ini untuk membangun penginapan. Akhirnya laki-laki itu pun membangun penginapan tersebut.
Rugi kalau tidak. Karena desa ini salah satu desa yang paling indah yang pernah ia kunjungi. Shawn bahkan sudah membeli lahan besar yang ada sungainya. Ia berencana membangun tempat wisata di daerah itu. Sore tadi ia sudah mengobservasi tempat.
Laki-laki itu sudah lelah seharian ini. Niat hatinya mau tidur sejenak sebelum membersihkan badannya, eh di kamarnya malah di dapati ada orang lain. Biasanya Shawn paling benci kalau orang lain menyentuh barang-barangnya, apalagi tidur di kasurnya. Sungguh, ia paling tidak suka. Tapi yang sedang tidur dalam kamarnya saat ini adalah si dedek jeleknya.
Bukannya marah, Shawn lebih kaget lagi. Ia tidak marah sama sekali, malah lebih ke bingung kenapa gadis itu bisa ada di sini. Shawn berpikir yang dia pegang tadi adalah bantal, ternyata ...
Saat ia melihat Zuya sudah bersiap-siap mau teriak, lelaki itu cepat-cepat membekapnya. Bisa heboh nanti kalau teriakan gadis ini kedengaran di seluruh penginapan. Apalagi malam-malam begini. Bisa-bisa ia di tuduh. Ngapa-ngapain ini bocah lagi.
"Mmph," Zuya memukul-mukul tangan Shawn. Matanya mendelik kesal ke laki-laki itu.
"Asal kau tidak teriak lagi, aku berjanji akan lepaskan ini." ucap Shawn. Zuya terus memandanginya kesal. Shawn tertawa dalam hati. Harusnya yang marah adalah dia, karena ini kamarnya. Tapo alih-alih marah, dia justru merasa senang bertemu gadis ini lagi. Meski dengan cara yang sama sekali tidak ia duga-duga.
"Janji tidak teriak lagi?" Shawn menatap ke dalam mata Zuya. Tatapan yang semakin lama semakin dalam. Karena ia tahu sendiri bahwa dirinya telah memiliki perasaan khusus pada gadis ini.
Ketika dengan berat hati Zuya menganggukkan kepala, Shawn dengan perlahan menurunkan tangannya. Zuya menatap cowok itu dengan tatapan permusuhan, seperti biasanya. Sementara pandangan Shawn langsung tertuju pada pakaian yang di kenakan gadis itu.
Gadis itu mengenakan tank top putih yang sangat seksi. Bahkan ia tidak pakai bra. Shawn menelan ludah saat melihat sesuatu yang menonjol di dari dalam tank top seksi itu. Kalau sekarang yang sedang tidur dalam kamar ini adalah gadis lain, mungkin Shawn akan berpikir kalau itu adalah seorang wanita tidak benar yang sengaja mau menggodanya.
Namun sekali lagi, yang sedang berada di hadapannya saat ini adalah Zuya, alih-alih marah, ia justru senang. Rasa capeknya mendadak hilang seketika.
"Om jangan lihat ke sini terus!" sentak Zuya kesal dan malu. Ia cepat-cepat menutupi dadanya karena menyadari si om jelek sedang menatap ke situ.
"Dasar mesum! Tadi om pegang-pegang," kalimat Zuya menggantung. Mengingat bagaimana dadanya dipijit tadi, wajahnya pun memerah bak tomat.
"Memijit apa?" alis Shawn bergerak naik turun. Ia tahu apa maksud Zuya tapi dia sengaja ingin menggoda gadis itu.
"Itu, itu ... Aku ..." ucapan Zuya tidak jelas, karena ia malu. Seumur dia hidup, dadanya akhirnya tersentuh oleh orang lain juga. Ya ampun!
"Ke ... Kenapa om ada di kamar aku sih?" ia pun mengalihkan pembicaraan.
"Kamar kamu?" ulang Shawn.
"Iya, ini kamar aku. Aku yang sewa kamar ini! Kok om bisa masuk ke sini?"
Sialan. Shawn memaki dalam hati. Berani-beraninya mereka menyewakan kamar pribadinya pada pelanggan. Untung pelanggannya Zuya. Kalau tidak Shawn bisa berapi-api bahkan langsung memecat orang-orang itu.
"Lihat apa yang ada di dalam sana." kata Shawn. Lelaki itu mengambil jaket yang ia sampirkan ke lengan kursi tadi dan menyodorkannya kepada Zuya agar gadis itu bisa menutupi tubuh seksinya tersebut.
Setelah mengenakan jaket miliknya, Zuya pun turun dan melangkah ke arah lemari, membukanya.
"Kok banyak pakaian?" ia membalikkan badan menatap Shawn.
"Pakaian itu punyaku."
"Kenapa ada banyak sekali pakaian om di dalam sini? Kapan om taruhnya?
"Menurutmu?" Shawn menatap wajah polos Zuya yang tengah menghadapnya dengan wajah bingung. Jaket miliknya yang dikenakan oleh gadis itu agak kebesaran memang, namun menggemaskan di mata Shawn. Laki-laki itu ikut berdiri dari ranjang dan melangkah mendekati Zuya.
"Dari semua kamar di penginapan ini, kamar ini adalah satu-satunya kamar yang aku tempati selama empat tahun ini. Tidak sering memang, hanya kalau aku ingin berkunjung atau sedang ada urusan di daerah ini."
"Maksud om?"
"Maksudku, ini adalah kamarku. Karyawan yang bekerja di sini pasti memberikan kamar yang salah padamu."
"Nggak, kak Miranda nggak mungkin merekomendasikan kamar yang salah padaku. Waktu kenalan tadi, kak Miranda baik banget kok. Mana mungkin dia kasih aku kamar milik orang lain? Mana orangnya si om jelek ini lagi.
"Miranda?"
Pantas saja berani sekali. Ternyata ulahnya adalah adik kandungnya sendiri. Kurang kerjaan sekali wanita itu.
"Aku mengerti sekarang, Miranda adalah adik kandungku. Dia yang mengurus penginapan ini. Pasti dia melakukan ini dengan sengaja." ucap Shawn. Zuya cukup kaget.
"Kak Miranda adik kandung om? Lalu, kenapa kak Miranda sengaja ngelakuin ini?"
"Aku juga tidak tahu, dedek tanya saja sendiri padanya. Aku sudah kelelahan, mau tidur sebentar." Shawn mencolek pipi Zuya pelan dan sengaja berbalik ke kasur, berbaring di sana.
Zuya mengikuti pria itu dengan cepat.
"Om bangun, aku udah bayar kamar ini. Om cari kamar lain saja. Siapa suruh nipu aku. Cepet bangun om." Zuya menarik-narik tangan Shawn, berusaha agar laki-laki itu berdiri. Namun tenaganya kurang kuat. Shawn sengaja menutup mata untuk menikmati kekesalan gadis itu.
"Om banguun dongg ... Zuzu mau tiduurr, " nada Zuya berubah manja, mengundang perhatian Shawn. Ia pun membuka matanya dan melihat wajah gadis itu ditekuk.
Shawn tertegun. Ia ingin sekali mencium gadis menggemaskan ini sekarang. Bolehkah? Tapi mereka belum memiliki status. Dia pasti akan menakutinya. Shawn berusaha keras menahan dirinya. Tunggu waktunya. Saat gadis ini menerima dia, lihat saja bagaimana rakusnya dia menghabisinya.
"Dedek sudah ngantuk sekali hmm?" tangan pria itu menangkup pipi Zuya, ibu jarinya mengusap-usap pelan. Suaranya melembut. Tak ada lagi perdebatan di antara mereka, mungkin karena Zuya sudah sangat kelelahan jadi belum ingin menyerangnya seperti biasa.
"Ya sudah, tidurlah di sini kalau begitu. Aku akan cari kamar lain." gumam Shawn mencubit pelan pipi Zuya lalu keluar. Demi si dedek, dia rela cari kamar lain.
Zuya menatap kepergian Shawn. Perasaannya terasa aneh. Entah kenapa dia merasa senang sekali diperlakukan lembut seperti tadi sama laki-laki itu.
lucu bgt s Zuya..