NovelToon NovelToon
Kemarau Menggigil

Kemarau Menggigil

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Berbaikan / Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam / Slice of Life
Popularitas:15.8k
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Ayah, aku butuh selimut untuk tubuhku yang penuh keringat. Kipas angin tua milik bunda hanya mengirimkan flu rindu. Sebab sisa kehangatan karena pelukan raga gemuknya masih terasa. Tak termakan waktu. Aku tak menyalahkan siapa pun. Termasuk kau yang tidak dapat menampakkan secuil kasih sayang untukku. Setidaknya, aku hanya ingin melepuhkan rasa sakit. Di bawah terik. Menjelma gurun tanpa rintik gerimis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 32

Kutemukan jernihnya air ingatmu sebagai tempat berendam usai berpeluh dari gersangnya penantian.

...----------------...

Aku rela menggigil demi mencari tempat untuk menghangatkan gigil itu. Satu persatu tetangga aku datangi. Mungkin sudah lima rumah yang akun datangi. Namun, tidak ada satu pun yang mengindahkan kedatanganku. Termasuk gigiku nan bergemeletuk sebab kedinginan. Baiklah, aku berhenti mengunjungi rumah setelah tertolak lima kali. Ternyata mereka memang memandangku seburuk itu. Aku menyusuri derasnya hujan. Bersama derasnya air mataku yang tak tampak. Padahal, jika aku diam di teras rumah. Maka aku hanya akan kedinginan karena angin dan sedikit cipratan air hujan. Namun kini, aku basah kuyup. Basah sempurna. Berharap jika ada satu rumah yang bersedia meminjamkan sedikit tempat. Untuk berteduh, untuk berselimut, serta pakaian ganti yang tidak basah.

Akhirnya, aku menemukan tempat untuk berteduh. Meskipun tanpa benda untuk menghangatkan tubuh. Pos ronda. Tidak ada orang juga di sana. Siapa pula yang mau berlama-lama di luar rumah sedangkan hujan mengguyur begitu derasnya.

Di atas saung kecil itu, aku memeluk lutut, memeluk kesedihan, juga memeluk harapku yang layu. Satu-dua orang lewat, namun mengabaikan. Aku yakin jika bukan aku orang yang dilihat, maka mereka mungkin akan membantu. Setidaknya menawarkan untuk menumpang di rumahnya yang hangat.

Sesaat, aku merasa pandanganku kabur di sela dingin. Seperti terlelap sesaat, sampai ada seseorang yang menepuk pundakku. Dengan begitu, pandanganku langsung jelas begitu saja. Pelerai gigil jiwa datang.

"Dainty!" panggilnya.

Tak kuasa menahan semua, aku menangis tersedu-sedu dan memeluk erat tubuh Aezar. Sial, kenapa aku malah memeluknya. Seseorang yang telah membuat Rasen cemburu. Tapi, lepaskan saja pikiran tentang itu. Saat kondisi seperti ini, yang datang malah Aezar. Sebab ketika kami pulang dari sawah, ia selalu melewati jalan ini. Benar-benar aku lepaskan semua beban jahat yang mengganjal dengan pedihnya itu. Sakit sekali. Sekarang aku benar-benar menghangatkan jiwa yang menggigil. Pada lingkar tujuh lelaki yang belum terlalu lama aku kenal itu.

"Tak ada orang yang mau membantu. Semua orang jahat, Aezar. Semua orang kurang ajar. Tapi kamu juga kenapa tidak menemukanku lebih awal. Aku lelah kedinginan di tengah hujan. Bersama orang-orang yang lewat namun menganggapku tidak terlihat." Aku berkata.

Pakaian Aezar basah karenaku. Ia diam saja. Sebuah payung berwarna hitam diletakkan di pojok. Lelaki polos ini kemudian menduduk. Belum menjawab perkataanku. Ada yang berbeda dengan dirinya. Rambutnya nyaris botak.

"Aku senang bisa bertemu denganmu. Tapi aku tidak tahu harus bagaimana membantumu," uang Aezar.

Aku mengernyitkan dahi, "Kamu sama seperti mereka yang tidak mau membantuku? Kalau begitu lebih baik tidak usah datang. Menambah jengkel saja!"

"Bukan begitu, Dainty. Masalahnya, aku diusir dari rumah."

...****************...

"Dasar, anak zaman sekarang memang tidak tahu malu! Jangan tutup wajahmu!" tegas seorang warga yang berdiri paling depan.

Dini hari tadi, tiba-tiba keributan sudah mengitari kami. Aku dan Aezar tertidur di pos ronda. Niat awal Aezar semalam adalah ingin pergi ke rumah sepupunya. Namun karena ia melihatku berada di pos ronda ini sehingga ia membangunkanku yang nyaris terlelap. Kami membicarakan banyak hal sampai tengah malam. Sampai hujan reda. Sampai rasa gigil terabaikan. Pada akhirnya, kami ketiduran di sini sampai esok hari. Warga langsung berdatangan dengan wajah marah.

Kesalahpahaman terjadi. Padahal, aku dan Aezar tidak melakukan apa pun.

Pak Zain dan bu Nuri terlihat datang dengan menggunakan sepeda motor yang biasa mereka pakai ke sawah. Wajah mereka panik bercampur kecewa. Mendapati putranya berduaan dengan seorang gadis yang ayahnya bekerja di sawah miliknya.

PLAKKK!

Tamparan keras bu Nuri mendarat di pipi kanan Aezar. Pak Zain segera menarik istrinya seraya menenangkannya agar lebih bersabar. Air mata wanita itu sudah luruh.

Entah bagaimana perasaanku saat ini. Mungkin sejak awal kebersamaan dengan Aezar memang tidak pernah mendatangkan keberuntungan. Selain rasa riang ketika kami mencari keong sawah. Sial, wajahku sudah dilihat banyak orang.

Belum sempat aku menata mental dengan benar, wujud ayah tiba-tiba sudah terlihat. Ia maju. Menyelip di antara belasan orang yang didominasi pria dan wanita yang sebaya dengannya.

Rambutku masih basah. Rasa gigil itu muncul lagi. Ekspresi ayah menambah pedih. Ini tidak akan terjadi jika ia tidak mengunci pintu. Atau tidak akan terjadi kalau aku pergi dari rumah. Atau tidak akan terjadi kalau Aezar tidak datang. Siapa yang harus aku salahkan sekarang?

"Murahan!" ketus ayah kepadaku. "Maaf. Saya yakin mereka tidak akan bertemu jika Dainty tidak meminta Aezar untuk datang," ucap ayah ke pak Zain dan bu Nuri.

Aezar seperti hendak menjelaskan. Namun raut wajah keraguan menerpanya.Mengapa tidak ada satu orang pun yang meminta penjelasan? Mengapa semua menyalahkan kami? Kami hanya dua orang remaja yang berbagi cerita semalam. Tidak lebih.

Malu sekali rasanya.

"Semalam kami menghukum Aezar untuk tidak boleh tidur di rumah karena kesalahan yang ia lakukan cukup besar. Tapi, kami tidak menyangka bahwa hukuman itu membawa petaka yang lebih besar lagi," jelas pak Zain.

"DIAM! KALIAN HANYA MANUSIA SOK TAHU DAN TIDAK MAU MENGETAHUI KEBENARAN!" timpalku dengan suara menggelegar.

Ayah membungkam mulutku dengan memukulnya keras. Sakit sekali.

"Kami tidak melakukan apa pun!" Akhirnya Aezar membuka suara.

"Jangan bohong kamu! Rumah saja dekat dengan pos ronda ini. Saya melihat kalian berpelukan lama sekali! Memalukan!" timpal seorang lelaki yang tatapan penuh kebencian.

Semalam, aku hanya butuh tempat untuk merebahkan penat. Pelukan kerap kali berhasil untuk menyembuhkannya. Salahku. Aku yang memeluk Aezar tanpa berpikir panjang. Sebab gigil berkuasa, juga pahit membelenggu.

"Tidak seperti yang terlihat!" ucap Aezar membela diri.

"DIAM!" seru bu Nuri. Citra ramahnya hilang sudah. Berubah menjadi sosok ibu yang tenggelam dalam lautan kekecewaan.

"Dia hanya kedinginan. Ayahnya mengunci pintu dan tidak ada tetangga yang mau memberikan tempat untuk bermalam," ujar Aezar pasrah.

Hei, salahkan saja aku lelaki sialan! Bukankah memang aku yang bersalah untuk masalah pelukan. Masih saja ia menempatkan kata yang tidak menjuru untuk menyalahkanku.

"Alasanmu bodoh sekali!" ketus bu Nuri.

Tak beberapa lama. Para warga mulai meninggalkan lokasi. Menyisakan kurang dari sepuluh orang yang mungkin masih ingin mendengarkan lanjutan pembelaan diri kami.

"Tapi, kami tidak melakukan apapun. Sungguh! Aku bersumpah!" tegas Aezar dengan suara melemah. Sudah kehabisan cara untuk membuat orang-orang ini percaya. Ini membuat mulutku begitu gatal. Sehabis perih tadi akibat pukulan ayah.

"Aku yang memeluk Aezar. Aku yang butuh kehangatan. Akulah si cewek murahan seperti yang dikatakan ayahku. Aezar hanya penasaran mengapa aku sampai tertidur di saung ini. Akulah si gadis nakal. Sembarangan memeluk orang lain. Sekarang, biarkan ayahku menyeretku sampai rumah hingga kulitku terkelupas. Beres. Nggak usah sok baik, lo!" ungkapku yang diakhiri dengan melotot tajam ke arah Aezar.

1
Selfi Azna
pada kemana yang lain
Selfi Azna
MasyaAllah
_capt.sonyn°°
kak ini beneran tamat ??? lanjut dong kakkkk novelnya bagus bangetttttt
Selfi Azna
mungkin bapaknya cerai sama ibunya,, truss jd pelampiasan
Chira Amaive: Bukan cerai, tp meninggal ibunya 😭
total 1 replies
melting_harmony
Luar biasa
Zackee syah
bagus banget kak novel nyaaa...
Chira Amaive: Thank youuuu
total 1 replies
Zackee syah
lanjut kak
🎀𝓘𝓬𝓱𝓲𝓷𝓸𝓼𝓮🎀
barter, aku like punya kamu, kamu like punya aku
Chira Amaive: okeyyyyy
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!