Pengganti Mommy (Anak Tiriku, Sekretarisku)

Beberapa bulan ini Erga dan Maya hubungannya semakin dekat, semakin harmonis, tentunya semakin panas pula hubungan mereka. Erga terpaksa mengundurkan pernikahannya karena ada tugas mendadak di luar negeri. Tentunya Maya pun turut serta mendampingi calon suaminya itu, dan tak luput dari pengwasan sang Ayah yang semakin posesif dan over protektif pada dirinya.

Maya tentu paham perasaan Ayahnya itu, karena takut Maya menyerahkan semuanya sebelum waktunya. Ehsan sudah mewanti-wanti Maya soal itu, selalu mengingatkan Maya supaya bisa menjaga diri, dan menahan sampai mereka resmi berstatus suami Istri.

Sudah hampir satu bulan Maya menemani Erga bertugas di luar negeri. Dan, baru malam ini mereka bisa bernapas lega, karena pekerjaan mereka yang padat selama satu bulan telah selesai. Erga berniat mengajak Maya untuk menikmati malam di luar. Berdua saja, karena Ehsan sudah kembali lebih dulu, ada urusan yang harus Ehsan selesaikan.

“Sudah siap, Sayang?” tanya Erga.

“Sudah dong,” jawab Maya.

“Ya sudah yuk berangkat. Kita nikmati malam terakhir di sini. Maaf aku sudah membawamu ke sini, bukannya kita senang-senang, tapi malah membuatmu pusing, lelah, dan lain sebagainya karena pekerjaan kita di sini benar-benar padat, menyita waktu sampai gak bisa kita quality time berdua, untuk sekadar makan malam berdua,” ucap Erga.

“Sudah, tidak apa-apa. Kita masih banyak waktu kok, ini kan memang penting untuk perusahaan kita, Dad?” ucap Maya memahaminya.

“Terima kasih, kau sudah paham dengan situasi yang seperti ini. Ini benar-benar situasi darurat sekali, May. Ya sudah ayo kita berangkat,” ajak Erga.

Untuk sekadar jalan-jalan berdua saja mereka tidak sempat, jangankan bermesraan seperti biasanya, makan malam berdua di luar saja mereka tidak pernah. Makan malam hanya di apartemen, itu pun sambil kejar deadline, supaya semuanya cepat beres, dan segera kembali ke negaranya, untuk melangsungkan pernikahan mereka yang sempat tertunda. Padahal semua persiapan sudah mereka siapkan. Apalagi kedua orang tua Erga dan saudaranya yang sangat antusias menyiapkan pesta pernikahan yang mewah untuk mereka.

Mereka duduk saling berhadapan di dalam restoran, sambil menikmati makan malam yang romantis. Erga sengaja menyiapkan tempat yang cukup romantis untuk makan malam berdua.

“Akhirnya kita bisa menikmati malam berudaan di luar ya, May?” ucap Erga.

“Iya, Dad. Lega rasanya, semua urusan di sini sudah selesai,” jawab Maya.

“Kita besok pulang, dan kita akan melanjutkan niat baik kita untuk menikah. Aku sudah tidak sabar sekali, May. Apa lagi satu bulan kita jarang sekali bermesraan. Sudah pekerjaan banyak, ditambah pula ada Ayah kamu yang posesif sama putri semata wayangnya?” ucap Erga kesal.

“Dad, wajar Ayah begitu, karena dia tahu kita seperti apa kalau berduaan! Lagian waktui itu pakai ketahuan segala saat kita sedang bercumbu?” ucap Maya kesal.

“Makanya pintu kamarnya kunci dong?” ucap Erga yang tak kalah kesalnya.

“Ya namanya juga lupa, Dad?”

“Pokoknya nanti malam kita harus melanjutkan yang tertunda saat itu. Sebulan aku tidak diberikan asupan gizi dari kamu, May!” kesal Erga.

“Sabar, nanti malam aku kasih jatah. Yang penting, jangan sampai macam-macam!”

“Kamu kadang yang memancing!”

“Sudah, kita habiskan makanannya, lalu aku ingin kita jalan-jalan lagi, menikmati kota di sini,” pinta Maya.

Mereka kembali menikmati makanan mereka. Namun, saat mereka sedang asik menikmati makan malamnya, dengan sedikit bercakap santai, tiba-tiba ada seorang perempuan mendatangi mereka.

“Er? Ini benar kau?” tanya wanita dengan penampilan memukau. Pahatan wajahnya benar-benar sempurna, cantik, seksi, mulus, putih, laki-laki mana pun akan kagum menatapnya, bahkan Maya yang sesama wanita pun kagum melihat perempuan tersebut.

“A—Antika?” ucap Erga dengan gugup.

“Ya, kau masih ingat aku? Kau sedang apa di sini? Lama sekali kita tidak bertemu, Er. I Miss You so much,” ucap Antika, ia langsung duduk dan memeluk Erga.

“Kau pasti sedang urusan bisnis di sini?” tanya Antika.

“Ya benar! Ehm ... Tika tolong jangan begini, aku tidak enak dengan?”

“Oh maaf, Nona. Pasti Nona sekretaris Erga, kan? Maaf saya terlalu rindu dengan mantan suami saya,” ucap Antika dengan senyum yang ramah, karena tahunya Maya adalah sekretaris Erga.

Degh!

Mantan suami? Jadi Antika adalah Mantan Istri Erga? Maya hanya diam mendengar penuturan perempuan cantik itu yang mungki seumuran dengan Erga, tapi masih sangat terlihat muda dan menawan.

“Oh, iya. Tidak masalah, lanjutkan saja kalian bicaranya, saya bisa cari tempat lain, barangkali Nyonya dan Tuan Erga ingin kangen-kangenan,” ucap Maya sambil mengangkat tubuhnya dari tempat duduk untuk berpindah tempat.

“Terima kasih, Nona,” ucap Antika.

“Maya, di sini saja!” tegas Erga.

“Tidak apa-apa Tuan, saya pindah tempat. Lagian sudah selesai juga makannya,” ucap Maya dengan menunduk.

Maya benar-benar marah dan cemburu. Apalagi Erga tidak membela dirinya saat disebut sekretaris oleh mantan istrinya. Yang Maya ingin, Erga langsung menjelaskan kalau Maya adalah calon istrinya, bukan sekretarisnya, meskipun memang dia adalah sekretaris Erga di kantor.

“May ... May ... tolong di sini saja!”

“Maaf saya pindah saja, saya tidak mau mengganggu waktu anda dengan mantan istri anda!” jawab Maya sini.

“Er ... sudah biar saja dia pergi, aku ingin bicara dengan kamu. Kenapa kamu memutus kontak denganku, Er? Aku kehilangan kamu!” ucap Antika.

“Kehilangan? Kau yang menghilang! Kau yang meninggalkanku saat aku terpuruk! Jangan memutar balikkan fakta kamu! Lepaskan tanganku atau aku akan mematahkan tanganmu!” bentak Erga.

“Er, kok gini? Kok kamu kasar?”

“Aku kasar karena kamu! Aku kasar tergantung dengan siapa!” jawab Erga geram.

“Er, please ... aku ingin bicara sama kamu, ini penting sekali, Er. Kamu harus dengar penjelasanku ini. Kenapa aku pergi ninggalin kamu?” ucap Antika dengan meyakinkan Erga supaya tidak pergi dari sisinya.

“Aku gak butuh penjelasan! Semua sudah jelas, dan semua sudah berakhir! Aku sudah bahagia dengan perempuan lain, dan dia adalah calon istriku! Lepaskan aku!” Erga menepiskan tangan Antika, lalu mengejar Maya yang sudah pergi meninggalkannya.

“Erga!” pekik Antika dengan meraih tangan Erga.

“Apa lagi, Antika? Lepaskan!” Erga kembali menepiskan tangan Antika, namun Antika tidak menyerah. Dia masih mengejar Erga yang sedang mengejar Maya

“Maya! Tunggu!” teriak Erga saat melihat Maya yang sudah berjalan dengan setengah berlari entah mau ke mana.

“Erga! Please ... aku mau bicara sama kamu!” Antika kembali menghentikan langkah Erga.

“Stop Antika! Jangan ganggu hidupku lagi!”

Antika tidak peduli Erga sudah mengusirnya. Dia malah semakin mendekati Erga, lalu memeluk Erga.

“Aku masih mencintaimu, Er!”

“Aku tidak mencintaimu, bahkan aku sangat membencimu, Antika! Lepaskan aku! Pergi dari hidupku!”

“Aku menyesal meninggalkanmu, Er,” lirih Antika.

“Lepas, Antika!”

Maya menggelengkan kepalanya, melihat Erga malah pelukan dengan perempuan bernama Antika itu, yang tak lain adalah mantan istrinya.