NovelToon NovelToon
Only 200 Days Mr.Mafia

Only 200 Days Mr.Mafia

Status: tamat
Genre:Tamat / Mafia / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga / Romansa / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:3.2M
Nilai: 4.7
Nama Author: Four

Bagiamana jika kehidupan seorang mafia yang terkenal akan ganas, angkuh atau Monster ternyata memiliki kisah yang sungguh menyedihkan?

Bagaimana seorang wanita yang hanyalah penulis buku anak-anak bisa merubah total kehidupan gelap dari seorang mafia yang mendapat julukan Monster? Bagai kegelapan bertemu dengan cahaya terang, begitulah kisah Maxi Ed Tommaso dan Nadine Chysara yang di pertemukan tanpa kesengajaan.

~~~~~~~~~~~
✨MOHON DUKUNGANNYA ✧⁠◝⁠(⁠⁰⁠▿⁠⁰⁠)⁠◜⁠✧

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

O200DMM – BAB 29

PERASAAN YANG KALUT

Di saat Nadine masih sibuk dengan perban di tangannya. Maxi terus memperhatikan setiap inci wajah Nadine, mata indah dengan manik berwarna coklat, hidung runcing, bibir mungil serta pipi yang sedikit gembil juga kulit langsat nya membuat pria manapun bisa terpincut akan kecantikan alami Nadine.

Ketika Maxi merasakan alian ringan di lengannya yang terluka-- menandakan bahwa gadis itu sudah menyelesaikan tugas kebaikannya tadi dan saat itulah tangan kanan Maxi langsung meraih tengkuk leher Nadine, menodongnya maju hingga dia berhasil meraih bibir peach Nadine. Memberikan ciuman tergesa-gesa penuh hasrat, mencoba mencicipinya lebih dan lebih.

Mendapatkan serangan tiba-tiba berupa ciuman, tentu saja membuat Nadine membelalak kaget. Ciuman pertama yang dia rasakan, menempel di bibir seorang pria. Nadine tidak pernah bermimpi akan berciuman pertama kali dengan sosok pria seperti Maxi.

Nadine berusaha melepaskan diri dari ciuman tersebut, tapi tangan Maxi masih menahan tengkuknya. Oh, ayolah! Apakah seperti ini balasan Maxi?

Tidak ada cara lain, Nadine memukul keras pundak serta dada Maxi berulang kali sehingga pria itu mulai melepaskan penyatuan bibir mereka karena keduanya masih butuh pasokan oksigen.

Nadine langsung berdiri dengan wajah marah yang meluap bak air mendidih.

“Dasar kurang ajar. Begini' kah cara membalas kebaikan seseorang? Sudah aku katakan don't touch me! Aku baik kepadamu bukan berarti aku mau di sentuh olehmu apalagi berciuman dengan mu.” Sentak Nadine antara kesal dan ingin berteriak.

Maxi yang mendapat cacian seperti itu hanya diam menatap istrinya. Dia masih merasakan betapa kenyal dan lembutnya bibir Nadine. Bahkan dia seakan tak peduli dengan amukan dari gadis tersebut.

Maxi berdiri sehingga mereka saling menatap meski berbeda tinggi badan membuat Nadine mendongak ketika ingin menatap tajam ke mata Maxi.

“Tidak ada larangan yang bisa melarangku penulis. Ataupun larangan mu.” Nadine masih memberikan tatapan kesalnya karena pria itu sudah berani mencuri ciuman pertamanya.

Maxi meraih kotak obatnya, “Dan iya, karena kebaikan mu lenganku jadi di perban dengan baik.” Kata Maxi lalu pergi ruang ganti meninggalkan Nadine yang masih menatapnya malas dan marah.

Terlihat sudut bibir Maxi sedikit terangkat puas.

Itu adalah sapaan selamat pagi yang Maxi berikan kepada istri pemarahnya itu.

...***...

Ketika Nadine keluar kamar, berjalan menuju dapur untuk memastikan pelayan yang sudah menolongnya itu baik-baik saja. Bukannya melihat pelayan yang dimaksud oleh Nadine, Bibi Doray datang menghampiri Nadine yang masih bingung akan kehadirannya di sana. Karena ini masih pagi, dan pasti Miia ataupun Julia, kedua wanita itu tak mungkin membiarkan bibi Doray yang malang itu keluar rumah sebelum pekerjaan selesai.

“Bibi Doray!” sapa Nadine ramah seperti biasa, hanya kepada bibi Doray. Maxi yang baru saja tiba dari arah belakang dengan jarak yang masih jauh. Menatap penuh tanya akan keberadaan bibi Doray.

“Begini. Tuan Ericson meminta mu datang dan sarapan bersama.” Kata bibi Doray sambil tersenyum. Nadine masih diam, tiba-tiba suara Maxi mengagetkan keduanya.

Bibi Doray menunduk takut meskipun dulu dialah yang merawat Maxi kecil, tapi sekarang sudah tidak lagi. Nadine masih marah jika melihat wajah menyebalkan Maxi akibat pagi tadi.

“Kenapa paman menyuruhnya datang?” tanya Maxi. Hanya mendengar suara Maxi saja sudah membuat orang-orang di Mansion ErEd ketakutan. Tentu saja Nadine tak suka melihat hal tersebut, apalagi itu bibi Doray, wanita tua yang kini nampak sekali kegugupannya di hadapan Maxi.

“Lalu kenapa? Aku akan pergi.” Ketus Nadie percaya diri. Maxi sudah mengerutkan keningnya juga rahang kerasnya terus saja terlihat berdenyut.

Dengan berani Nadine menatap Maxi. “Aku akan sarapan bersama mereka. Apa kamu juga mau ikut?” mendengar hal langkah tersebut membuat bibi Doray menatap ke arah Nadine lalu ke Maxi dengan wajah menganga antara takut dan panik.

Pria itu masih memandangi Nadine. “Tidak ada salahnya kita-- ”

“Pergilah.” Balas singkat Maxi lalu berjalan keluar rumah.

Nadine dan bibi Doray saling menatap pasrah.

Perlahan-lahan Nadine juga mulai tahu apa yang tidak di inginkan pria itu, terutama tidak suka makan bersama keluarganya.

Saat melangkah keluar rumah dua pasang mata saling bertemu. Maxi hendak pergi bersama Zero untuk urusan pekerjaan, sementara Nadine berjalan ke arah rumah Ericsson. Terlihat tatapan Maxi yang tak setuju dengan keputusan istrinya untuk ikut sarapan bersama.

“Mari tuan.” Ucap Zero yang sudah mempersiapkan mobilnya.

Nadine yang baru saja melangkah ke arah meja makan sudah di sambut dengan tatapan Ericsson beserta yang lainnya. Rasanya sangat canggung tapi Nadine sangat suka dengan tantangan, apalagi menghadapi orang-orang seperti Miia dan Julia.

“Akhirnya kamu datang juga! Aku sudah hampir mati kelaparan karena menunggumu!” Julia membuka pembicaraan. Nadine tahu betul itu adalah sindiran meski wanita itu tersenyum lebar seolah sebuah candaan.

“Julia!” tegur Ericsson.

“Aku benarkan sayang.”

“Cih. Mulut j*la*g memang seperti itu, tidak kaget jika mendengarnya!” sindir Miia tersenyum miring.

“Apa katamu penyihir?” Miia hanya membalasnya dengan senyuman mengejek hingga Ericsson kembali menghentikan kedua wanita berisik tadi.

Nadine masih berdiri menatap mereka semua, apalagi dia sangat ingin mencolok kedua mata Alex yang terus melihatnya tak biasa dengan senyum bodoh dan mesumnya.

“Duduklah Nadine.” Pinta Ericsson. Nadine duduk di kursi paling ujung sedangkan masih ada tiga kursi kosong di sana.

Ericsson tidak masalah dengan keberadaan Nadine yang memilih duduk di ujung, memberikan jarak antara kursinya dan Ina.

“Ini adalah pertama kali seorang menantu ikut sarapan bersama. Jadi tolong, jangan ada yang berulah.” Titah Ericsson khususnya ia berikan kepada Miia dan Julia.

Mereka melakukan rutinitas sarapan bersama. Mengikuti sarapan keluarga benar-benar membuat Nadine teringat akan kakak Yunita yang selalu menemaninya makan. Suara sendok, garpu serta piring menjadi perpaduan yang sempurna untuk mengisi keheningan di sana.

...***...

Sebuah mobil hitam masih melaju engan kecepatan tinggi melewati jalan tol. Meski Maxi bekerja ilegal, tapi dia adalah salah satu warga yang taat dengan peraturan pajak.

“Tuan Maxi.” Panggil Zero yang sibuk menyetir mobil. Sedangkan Maxi duduk di sampingnya sembari menatap ke luar jendela mobil yang sengaja di buka.

“Hm.”

“Bagaimana soal nyonya Nadine? Saya rasa, sudah tidak bisa di sembunyikan lagi karena musuh cepat atau lambat akan mengetahui keberadaan nyonya Nadine juga statusnya.” Terang Zero.

Maxi mencoba memikirkan apa yang Zero katakan. “Biarkan saja. Karena Nadine, kita juga bisa menangkap musuh dengan mudah.” Balas Maxi membuat Zero seketika sedikit kaget. Bukankah itu sama saja mempertaruhkan nyawa Nadine?

Zero tak bisa berkutik banyak karena dia sadar dia hanyalah bawahan.

Pikiran Maxi masih kalut dalam ciumannya dengan Nadine, serta semua ucapan dan cacian yang pernah Nadine berikan untuknya.

-‘Ingat Maxi. Kamu seorang monster, tidak ada belas kasih dalam dirimu.’ Pria itu memakai kacamata hitamnya kembali.

1
Mamik Widowati
Luar biasa
Four.: tancuuuu 😘
total 1 replies
R_Aarale
trims kak Four, saya menikmati cerita ini. Ditunggu ya sekuel nya..sehat² selalu kak
Four.: terima kasih juga sudah mampir 😁👍
total 1 replies
Ilham Bay
Luar biasa
Four.: tancuuuu 😘
total 1 replies
Dewi Fitriani
makin kesini jadi keinget ceritanya mirip sama drama turki yg mafia jga,
Four.: yup, aku juga suka sama dramanya 😁
total 1 replies
kairin
ceritanya lambat
Four.: namanya juga drama, mohon bersabar 😁
total 1 replies
azfa
Luar biasa
Four.: tancuuuu 😘
total 1 replies
R_Aarale
sudah kuduga..yeeay bingo
Four.: yeayyy
total 1 replies
Nur Lizza
lanjut thor
Nur Lizza
lanjut
Nur Lizza
Thor kenapa ada tulisan Allah .apa tulisan Allah itu ngk bisa di ganti
Four.: gpp, udah terlanjur... ada penjelasannya di salah satu bab nanti, mohon dimengerti 🙏😌
total 1 replies
Nur Lizza
lanjut
Nur Lizza
mereka blm tau berurusan sama Maxi .
Ning Konveksi Cikarang
Luar biasa
Four.: tancuuuu 😘
total 1 replies
Nur Lizza
ngk masalh kn awal awalnya aja namany pertemuan tidak sengajah
Four.: ho,oh!
total 1 replies
kairin
apakah maxi akan jatuh cinta pada Nadine? penasaran deh
Four.: baca terusssss
total 1 replies
Cuik Kusmini
Luar biasa
Four.: terima kasih 😘
total 1 replies
Cuik Kusmini
Buruk
kairin
bagus sekali plus menegangkan.lanjut.....
Four.: terima kasih, lanjut sampai tamat bacanya 😁
total 1 replies
Baiq Widya Shinta
Klontang kita2 itu kah suara piring🤣🤣🙏
Four.: piring aluminium 😅 ada yang mahal Lo itu🤭
total 1 replies
Laila Clarence Atang
Luar biasa
Four.: thank youuuuuuuu 😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!