Selesai membaca biasakan tekan LIKE ya.
Seorang perempuan cantik bernama Nindi harus menikah dengan pria pilihan orang tuanya yang tak lain adalah seorang pengusaha muda yang sukses.
Nindi tak bisa menolak permintaan sang papa dengan alasan balas budi, dia dengan terpaksa menerima pernikahan itu karena tak ingin membuat kedua orang tuanya bersedih.
Akankah hidup Nindi bahagia dengan pria pilihan orang tuanya itu atau justru berakhir dengan kesedihan??
Yuk simak kelanjutan kisah mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ismiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
Setelah selesai berjalan-jalan, Nindi dan Tristan memilih kembali ke hotel karena kedua nya sudah merasa lelah.
Malam hari hujan turun deras membuat udara menjadi dingin.
Di dalam kamar....
Nindi mematikan pendingin udara merasa udara sudah terasa dingin akibat hujan yang turun dengan deras dan tak kunjung reda.
"Aku mau mandi," kata Tristan tiba-tiba membuat Nindi menoleh heran menatap Tristan dengan kening mengkerut.
"Hah?" Nindi menatap Tristan dengan tatapan yang sulit di baca.
"Terus kenapa?" Tanya Nindi.
"Mau mandi? Terus apa hubungannya dengan ku coba," batin Nindi binggung dengan sang suami seolah mandi saja dia berpamitan padahal Nindi juga akan tahu karena dia berada di dalam kamar yang sama, otomatis Nindi bisa tahu apa yang dilakukan oleh suaminya itu. Nindi pun teringat pesan bunda agar menyiapkan keperluan suaminya nanti seperti baju ganti. "Ah iya kenapa aku bisa lupa ya, mungkin dia minta di siapkan baju ganti," sambung Nindi di dalam hati.
Tristan tersenyum menatap sang istri. "Ya aku ingin ngajak kamu mandi juga, ada teman ku yang bilang kalau mandi air hangat dengan istri lebih enak dan tambah panas," jelasnya dengan senyum menggoda.
"Hah? Mandi bersama maksudnya kita berdua mandi di satu kamar mandi?" Nindi langsung di buat linglung, malu dan kaget bersamaan karena ucapan suaminya itu.
Tristan mengangguk antusias.
"Tidak," tolak Nindi cepat saat kesadarannya sudah pulih dari rasa terkejut akibat ucapan suaminya yang mesum itu.
"Kenapa?" Tanya Tristan heran melihat reaksi istrinya itu.
"Dasar mesum," ceplos Nindi menutup dadanya.
"Nanti bukannya mandi tetapi nanti dia minta lebih," gerutu Nindi di dalam hati, apalagi rasa nyeri itu baru saja hilang.
"Ck bukan mesum, aku cuma ingin membuktikan ucapan teman ku itu," kata Tristan dengan tatapan berbinar membayangkan dia berpelukan dengan sang istri di bawah guyuran air shower.
"Em em em kamu duluan saja," kata Nindi cepat sebelum sang suami menjawab Nindi sudah mendorongnya ke depan pintu kamar mandi.
"Mau ku hukum hah? Dari tadi panggil suami sendiri dengan sebutan kamu, apa istriku tersayang ini lupa kalau kita sudah sepakat kalau istriku tersayang harus memanggilku dengan kata MAS," kata Tristan yang protes karena istrinya itu sering melalaikan panggilan sayang untuk dirinya.
"He he he he he,maaf mas lupa," jawab Nindi cepat namun dengan nada cengengesan.
"Sayang ayo mandi bareng ya," rayu Tristan nada merengek agar istrinya itu merasa kasihan.
"Tidak...." Tolak Nindi tegas.
Tristan pun masuk ke dalam dengan lesu karena Nindi menolak ajakannya untuk enak-enak.
"Sebaiknya aku pura-pura tidur, punya ku masih sedikit nyeri," kata Nindi, Nindi pun langsung merebahkan tubuhnya dan pura-pura memejamkan matanya namun justru rasa kantuk menyerang Nindi membuat dia Nindi benar-benar tertidur.
15 menit Tristan keluar dengan wajah segar, dia segera menuju lemari dan berganti baju namun urung karena Nindi sudah menyiapkan baju nya dan istrinya itu juga sudah tertidur pulas terlihat dari nafas nya yang stabil itu.
Tristan mendesah kecewa. "Padahal aku mau ajak dia kuda-kudaan," gerutunya.
"Ah sudahlah mungkin istri ku lelah, sebaiknya aku mengerjakan beberapa pekerjaan yang di kirim Aditya tadi," kata Tristan.
Karena merasa sudah lelah dan pekerjaannya tinggal sedikit, Tristan pun menutup laptopnya dan berjalan menuju ranjang di mana istrinya tertidur lelap.
Tristan langsung memeluk istrinya dan ikut pergi merajut mimpi indah.
.
.
.
Keesokan harinya pun sama kegiatan Nindi dan Tristan hanya berjalan-jalan menikmati kuliner yang ada di negara ini.
Nindi tak henti-hentinya tersenyum apalagi perlakuan manis sang suami membuat Nindi begitu nyaman.
Tak terasa mereka sudah berjalan sampai lupa waktu. Sore pun berlalu tanpa mereka sadari.
"Ayo kita kembali, kaki ku sudah lelah," ajak Tristan.
Nindi mengangguk setuju, keduanya pun kembali ke hotel dan tak makan malam karena mereka merasa kenyang.
Tring....
Tristan membaca pesan dari temannya yang berada di sini untuk membicarakan bisnis, Tristan merasa bimbang, sehingga memutuskan untuk meminta pendapat dari sang istri.
"Ada teman yang ingin membahas bisnis," kata Tristan saat berada di depan istrinya.
"Terus," tanya Nindi.
"Dia meminta ku bertemu di sini, karena dia kebetulan berada di sini. Apa aku temui dia atau tidak," tanya Tristan bimbang.
"Temui saja," jawab Nindi.
"Nanti kamu di sini sendirian," kata Tristan tak tega meninggalkan istrinya sendirian.
"Atau kamu bisa ikut aku," ajak Tristan.
"Tidak, aku di sini saja. Capek," tolak Nindi.
"Ya sudah, aku pamit. Ingat jangan buka pintu kalau itu orang yang tidak kamu kenal. Terus jangan keluar dari kamar, tunggu aku kalau ada apa-apa segera hubungi aku," kata Tristan panjang lebar.
"Iya bawel, sudah berangkat sana," kata Nindi mendorong sang suami pergi.
Nindi menatap kepergian sang suami dengan tersenyum karena suaminya itu semakin bawel saja. Padahal di luar suaminya itu dingin, datar dan tak tersentuh.
"Ah aku nonton saja sambil menunggu dia kembali," kata Nindi, diapun langsung mencari daram favoritnya.
Malam hari....
"Hoaammm...." Nindi menguap, menatap sekeliling kamar namun tak menemukan keberadaan sang suami. Sakin lelahnya Nindi sampai tertidur.
"Kenapa dia belum kembali?" Lirih Nindi menatap sendu ke arah pintu menanti kedatangan suaminya, entah Nindi merasa khawatir karena sudah lama Tristan berpamitan kepadanya dan sampai saat ini Tristan belum juga kembali. Ada setitik rasa khawatir dihatinya.
"Ah sudahlah, dia pasti baik-baik saja," lirih Nindi berfikir positif.
"Lebih baik aku tidur lagi," sambungnya.
Nindi pun merebahkan tubuhnya diatas ranjang empuk itu, tatapan matanya menatap ke arah langit-langit kamar, entah kenapa matanya engan untuk terpejam.
Sedangkan di tempat berbeda .....
Tristan menatap pria dan dan wanita di depannya dengan tatapan tajam.
Tristan sungguh menyesal menerima ajakan pria di depannya saat ini.
"Ada sesuatu yang tak beres," batin Tristan, tiba-tiba dia merasa tubuhnya tak enak setelah meminum jus miliknya, padahal Tristan sudah berhati-hati dengan mesan minuman baru dan menolak minuman yang sudah mereka pesankan dengan alasan tak suka.
"Sial sepertinya dia mau menjebak ku," batin Tristan mengeram kesal.
"Saya akan pertimbangkan dulu dengan asisten saya," kata Tristan cepat berusaha mengakhiri pertemuan ini.
"Iya saya tunggu kabar baik dari tuan Tristan," jawab pria itu dengan senyuman lebar.
Keduanya pun berjabat tangan.
Tristan hendak berdiri namun di cegah oleh pria di depannya.
"Jangan buru-buru tuan, ayo cicipi dulu hidangan di restoran ini, kami baru saja memesannya," pinta pria itu membujuk Tristan.
"Maaf tuan, aku sudah terlalu lama di luar, aku harus pergi kasihan istri ku menunggu," pamit Tristan dengan cepat.
Perempuan di depannya melirik ke arah temannya seperti meminta agar mengulur waktu sampai obat itu benar-benar bekerja.
"Kita baru bertemu sebentar, kamu sudah ingin pergi," kata pria itu mencoba agar Tristan bisa lebih lama lagi di sini.
"Sial...." Umpat Tristan di dalam hatinya karena obat itu semakin membuat kesadarannya hilang.
"Iya, kita masih belum menikmati hidangan penutup," kata wanita itu dengan senyum menggoda membuat Tristan semakin muak ingin segera pergi dari sana.
"Aku kasihan istriku sudah menunggu lama,'' tanpa menunggu kedua orang itu bicara, Tristan langsung berdiri dan melangkahkan kakinya pergi dari tempat itu.
"Tunggu," perempuan tadi memegang tangan Tristan mencegah pria tampan itu pergi.
"Lepas...." Teriak Tristan menghempas tangan perempuan dengan cepat.
Tristan pun pergi meninggalkan tempat itu dan berlari seperti orang kehilangan arah.
Bersambung.....
Hilihhh ngk usah kaget bgtu lann.. kau kan udah sahh jadi bini Kevin.. ya bobok bareng lahh🤣
Dihh yg udah sahhh main sosorrr ajaa....
selamat buat Wulan bar .bar udah solt out tinggal Vera dan Rita
alhamdulilah selamat yahh nin n Tristan 🥰🥰
dan sekarang g tingal ijapp sahhh😂😂
Ayahh Vera sakit tohhh😳