My Husband Is Possessive
Tiga wanita cantik berkumpul di cafe yang terkenal dengan tongkrongan anak muda. Suasana di sini begitu nyaman dan sangat pas untuk berkumpul.
Beberapa pria menatap ke arah meja di mana para wanita cantik itu berkumpul dan tertawa.
Drap...
Drap...
Drap...
Drap...
Semua menoleh menatap kagum perempuan cantik yang baru masuk ke dalam cafe itu. Tubuh tinggi langsing ideal dengan rambut hitam panjang tergerai, jangan lupakan wajah cantik dan kulit putih sebening susu itu membuat beberapa pemuda menatapnya dengan kagum. Perempuan seperti ini yang menjadi idaman para pemuda.
Drap...
Drap...
Drap...
Drap...
Langkah kaki mendekat ke arah meja dimana terdapat 3 perempuan cantik itu berkumpul.
Perempuan cantik yang baru saja datang mendekat dan menghampiri meja mereka dengan raut wajah lesu dan kelelahan.
"Eh Nin baru sampai," sapa salah satu temannya.
"Kenapa tuh muka, kusut banget?" Tanya salah satu temannya.
Belum sempat Nindi menjawab pertanyaan itu, kini teman di sebelahnya bertanya kembali.
"Iya betul kata Vera, emang kenapa sih? Sahut perempuan cantik di sebelah wulan yang tak lain adalah Rita.
Ya perempuan cantik itu adalah Anindita Putri Kusuma putri dari Andre Kusuma seorang pengusaha makanan yang memiliki beberapa restoran dan pabrik makanan ringan. Namun Nindi lebih suka membangun karirnya sediri dengan memilih bekerja di perusahaan lain. Anindita tak mau di panggil Anin ataupun dita, dia lebih suka di panggil dengan sebutan Nindi.
"Paling juga dia baru saja kabur dari kejaran cowok secara kan Nindi kan anti cowok,''
Nindi pun cemberut di buatnya, bagaimana temannya berbicara seperti itu. Nindi bukan anti cowok namun beberapa pria yang mendekati dirinya tak sesuai dengan keinginannya, ada saja tingkahnya yang membuat Nindi merasa tak nyaman dan menjaga jarak dengan mereka. Lebih baik mencegah daripada hubungannya nanti menjadi rumit dan cenderung tak nyaman.
"Ha ha ha ha ha ha......" Ketiganya pun tertawa menertawakan wajah kesal Nindi.
"Dasar kalian suka banget ngeledek aku, bukan di kejar cowok tetapi aku telat gara-gara macet," sungut wanita cantik yang bernama Nindita itu dengan bibir mengerucut sebal menjelaskan alasan dirinya telat, dia pun langsung mendaratkan tubuhnya di kursi yang masih kosong di sebelah temannya itu.
"Kalau Nindi datang tepat waktu, tidak telat bukan Nindi namanya," seru temannya yang lain yang bernama Wulan.
"Kalian kan enak dekat sedangkan rumah ku jauh banget dari sini, mana tadi jalanan macet," gerutu wanita cantik yang bernama Nindi itu.
"Pindah rumah aja yang dekat-dekat sini," celetuk temannya itu mengusulkan.
"Duh makin repot nanti, kalian kan tahu rumah ku kan paling dekat dengan perusahaan tempat ku bekerja," jawabnya lesu.
"Iya ya...'' Kata Wulan membenarkan dan diangguki Vera dan Rita.
"Sudah-sudah jangan bahas lagi, ayo Nindi cepat pesan makan dan minum," kata Vera menyodorkan buku menu ke arah Nindi.
"Thanks ya beb," jawab Nindi tersenyum manis memberikan emoticon love dengan tangan tak lupa senyum centil membuat temannya itu bergidik geli.
"Ck geli tahu," sungutnya bergidik geli.
"Ha ha ha ha ha ha," tawa mereka semua pecah melihat wajah temannya yang menurut mereka lucu.
Ke empat perempuan cantik itu tak lain adalah sahabat, dari awal mereka masih sekolah sampai mereka sudah bekerja saat ini. Meskipun mereka tidak bekerja dalam satu perusahaan namun mereka sering menyempatkan berkumpul seperti ini kalau mereka ada waktu.
Mereka adalah Nindi, Wulan, Vera dan Rita. Keempatnya sudah berjanji untuk bertemu di cafe ini.
Mereka berempat pun mengobrol dan tertawa bersama menghilangkan rasa stres karena pekerjaan.
10 menit kemudian...
Ponsel salah satu mereka berbunyi.
Kring...
Kring...
Kring...
"Eh ponsel mu bunyi tuh," kata Wulan itu menyenggol temannya.
Perempuan cantik itu melirik sekilas siapa yang tengah menghubungi dirinya. Nindi melirik sekilas melihat siapa yang memanggil dirinya saat ini, saat perempuan itu tahu bahwa yang menghubungi dirinya tak lain adalah papa nya membuat mood Nindi langsung hancur seketika, perempuan itu ingat sebelum pergi dia sempat berdebat dengan sang papa yang menurutnya tak penting.
Nindi berkali-kali menghela nafas kasar mengingat ucapan sang papa sebelum berangka ke sini tadi.
"Biarin aja lah," jawabnya dengan santai, perempuan cantik itu engan untuk menjawab panggilan telepon tersebut.
Kring...
Kring...
Namun dering ponsel itu tak kunjung berhenti.
"Angkat tuh, siapa tahu penting," kata teman di samping kanannya yang bernama Tiara.
"Malas ah, palingan papa," katanya dengan acuh tak acuh.
"Tumben om Andre telephon?" Tanya Wulan.
Sedangkan Nindi yang mendengar pertanyaan Wulan pun memilih diam karena sedang tak ingin membahas hal itu.
"Kenapa sih tidak diangkat? Siapa tahu penting," kata Rita merasa sahabatnya itu menyembunyikan sesuatu.
Nindi menunduk, dia masih ragu untuk menjawab pertanyaan dari sahabat-sahabatnya itu.
"Sudahlah gaes, mungkin Nindi tidak ingin bicara jadi jangan paksa dia," kata Vera membuat Nindi semakin bersalah tidak mau jujur dengan mereka.
"Nanti juga berhenti sendiri,'' jawab Nindi yang masih memasukkan cemilan ke dalam mulutnya saat ini.
Semua pun terdiam tak ingin membalas ucapan Nindi saat ini, mereka memilih menghabiskan makanan mereka masing-masing seperti Nindi.
5 menit kemudian....
" Oh ya jadi kan kita belanja?" Tanya Rita memecah keheningan di antara mereka.
"Jadi dong,''seru Vera dan Wulan bersamaan.
"Aku tak sabar ingin membeli tas incaran ku kemarin,'' sahut wulan lagi karena dia sudah membayangkan menenteng tas cantik incarannya itu ke kantor nanti, membayangkan saja membuat wulan tersenyum-senyum sendiri.
Kring....
Kring....
Kring....
Bunyi dering ponsel Nindi di meja membuat semuanya menoleh ke arah ponsel itu.
"Tuh paman Andre telephon lagi," seru Vera.
" Angkat saja Nin, kali aja penting," saran dari Rita.
Dengan malas Nindi pun menjawab panggilan dari sang papa.
"Halo Pa, ada apa? Tanya nindi dengan suara pelan.
"Mau sampai kapan kamu keluyuran tak jelas, cepat pulan bentar lagi keluarga Pak Hendra mau datang'' kata Pak Andre dengan kesal karena sedari tadi panggilan telephonnya tak di angkat-angkat sang anak.
"Tetapi Pa,'' protes Nindi.
"Sudah jangan protes, cepat pulang dan jangan coba-coba kabur atau papa sita semua fasilitas kamu,'' ancam Pak Andre kepada sang anak karena pak Andre tahu bagaimana kelakuan anak perempuannya itu.
Tut.... Panggilan pun terputus membuat Nindi menghela nafas panjang.
''Kenapa?'' Tanya Wulan menatap raut wajah Nindi yang berubah murung itu.
"Tidak apa-apa,'' sahut Nindi cepat dirinya masih ragu untuk bicara jujur dengan para sahabatnya saat ini.
"Eh gaes maaf ya, aku tak bisa ikut kalian belanja. Papa minta aku pulang,'' kata Nindi dengan lesu
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Nendah Wenda
mau di jodohin ini nindi
2024-05-26
1
ᴍ֟፝ᴀʜ ᴇ •
kayaknya lebih selektif aja ya nin🤭
2024-03-11
2
🍭ͪ ͩ✹⃝⃝⃝s̊S𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯☀️💞
Masak iya anti cowok.... Blom tau aja kalau udah dekat 😂
2024-02-29
3