Alana Adhisty dan Darel Arya adalah dua siswa terpintar di SMA Angkasa yang selalu bersaing untuk menjadi yang terbaik. Alana, gadis ambisius yang tak pernah kalah, merasa dunianya jungkir balik ketika Darel akhirnya merebut posisi peringkat satu darinya. Persaingan mereka semakin memanas ketika keduanya dipaksa bekerja sama dalam sebuah proyek sekolah.
Di balik gengsi dan sikap saling menantang, Alana mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda dalam hubungannya dengan Darel. Apakah ini masih tentang persaingan, atau ada perasaan lain yang diam-diam tumbuh di antara mereka?
Saat gengsi bertarung dengan cinta, siapa yang akan menang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my pinkys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia di masa lalu
Setelah makan siang selesai, Alana, Darel, dan keluarga besar Bunda Eleanor melanjutkan percakapan mereka di lounge hotel milik keluarga Vesper. Suasana kini menjadi lebih santai, tetapi ada sesuatu yang mengganjal di benak Alana.
Selama ini, ia tidak pernah tahu bahwa ia memiliki ibu dan kakak laki-laki yang ternyata selama ini mencari nya. Jika mereka menyayanginya, kenapa baru sekarang mereka muncul?. Dan kenapa ayah nya menyembunyikan hal besar ini dari nya sampai-sampai ia selama ini meyakini jika ibu nya telah tiada.
Alana menggenggam gelas tehnya erat-erat. Lalu, dengan suara hati-hati, ia bertanya, “Grandma,Paman… Kenapa selama ini kalian nggak temui Alana? "
Sejenak, ruangan itu menjadi sunyi. Semua orang tampak saling bertukar pandang, seolah ragu untuk berbicara.
Nenek Victoria akhirnya menghela napas panjang. “Sayang… ada banyak hal yang terjadi di masa lalu. Dan Grandma pikir, sudah saatnya kamu mengetahuinya sekarang.”
Alana menelan ludah. “Apa maksudnya?”
Bunda Eleanor meremas tangannya dengan lembut. “Alana… Ada sesuatu yang belum pernah bunda ceritakan padamu tentang perpisahan bunda dengan ayahmu.”
Darel yang duduk di samping Alana langsung merangkul bahunya, memberi dukungan.
Paman Alexander menambahkan, “Dulu, keluarga Baskara dan keluarga Vesper memiliki banyak konflik. Ayahmu… sangat mencintai ibumu, tetapi ada tekanan dari berbagai pihak yang membuat pernikahan mereka sulit. Dan pada akhirnya,mereka harus berpisah saat itu.”
Alana mengerutkan kening. “Tekanan dari siapa paman?”
Kali ini, Paman Alexander dan Nenek Victoria saling bertatapan, ragu.
Bunda Eleanor menggigit bibirnya, lalu berkata, “Dari keluarga bunda … dan juga keluarga ayahmu.”
Alana merasa jantungnya berdetak lebih cepat. “Keluarga kalian tidak setuju dengan pernikahan bunda dan ayah?”
Bunda Eleanor menatap putrinya dengan mata berkaca-kaca. “Keluarga bunda ingin bunda menikah dengan seseorang yang bisa membawa keuntungan bagi bisnis keluarga. Sedangkan keluarga ayahmu… mereka takut bunda akan membawa pengaruh buruk bagi garis keturunan Baskara.”
Alana menggelengkan kepala tak percaya. “Itu tidak masuk akal…”
Nenek Victoria menatap cucunya dengan penuh rasa bersalah. “Itu memang tidak masuk akal, Sayang. Tapi saat itu, banyak keputusan yang diambil karena tekanan sosial dan bisnis.”
Paman Alexander melanjutkan, “Saat Eleanor mengandungmu, ada banyak pertentangan. Akhirnya,bundamu memilih untuk meninggalkan keluarga dan hidup bersama ayahmu. Tapi… sesuatu terjadi yang membuat mereka berpisah.”
Alana menatap ibunya, meminta jawaban.
Bunda Eleanor menarik napas dalam. “Ayahmu… memilih untuk melepaskanku demi melindungimu.”
Mata Alana membesar. “Melindungiku? Dari apa?”
Darel, yang sejak tadi diam, akhirnya berbicara. “Dari ancaman yang datang dari dua pihak. Jika kau tetap bersama bundamu, kamu tidak akan diakui sebagai bagian dari keluarga Baskara. Tapi jika kau tetap dengan ayahmu, ibumu akan kehilangan segalanya.”
Alana menutup mulutnya dengan tangan. Dadanya terasa sesak.
Jadi… Ayahnya melepaskan ibunya untuk melindungi mereka berdua? tapi kenapa ayah nya selama ini selalu berperilaku kasar padanya, itu masih jadi pertanyaan di benak nya.
Bunda Eleanor menggenggam tangan Alana erat-erat. “Bunda tidak pernah berhenti mencarimu, Sayang.Bunda selalu berharap bisa bertemu denganmu lagi kapan pun itu.”
Alana menunduk, menahan air matanya. “Alana tidak tahu… Alana tidak tahu semua ini…”
Darel menarik tubuh Alana ke dalam pelukannya, membiarkan gadis itu menangis di dadanya.Darel tau pasti Alana sedang menahan rasa sesak di hati nya.
Sekarang semuanya mulai masuk akal. Semua rahasia yang selama ini disembunyikan akhirnya terungkap.
Tetapi ada satu hal yang masih menjadi pertanyaan…
Jika semua ini terjadi karena tekanan dari dua keluarga, lalu siapa yang sebenarnya paling berperan dalam perpisahan mereka?
Dan… apakah ada rahasia lain yang masih belum terungkap?
Lalu tentang ayah nya, yang suka menekan dirinya dan berbuat kasar padanya itu bagaimana? Apakah itu juga karna tekanan?
___
Pagi harinya setelah lelah berkumpul dengan keluarga bunda Alana tadi malam, ia kembali ke vila milik keluarga nya Darel.Alana masih terbaring dengan perasaan yang sudah lebih baik ia menghirup udara di Korea terasa sejuk dengan semilir angin yang berhembus lembut dari pegunungan. Matahari bersinar cerah, menyinari vila mewah milik keluarga Atharrazka yang berada di pinggiran kota Seoul.
Alana membuka matanya perlahan, merasakan kehangatan selimut yang membungkus tubuhnya. Ia menoleh ke samping dan melihat Darel yang masih terlelap di sofa dekat tempat tidurnya.
Ya, Darel tadi malam bersikukuh tetap akan menemani Alana tidur, Darel takut Alana kenapa-kenapa setelah penjelasan dari keluarga bunda Eleanor. Jadi deh, dirinya tertidur di sofa tanpa sadar dan itu tanpa di ketahui Alvaro jika Darel sekamar dengan Alana.
Senyum tipis muncul di bibirnya. Darel selalu seperti ini—selalu memastikan dirinya baik-baik saja, sangat perhatian padanya.
Ia bangkit perlahan dari tempat tidur, merapikan rambutnya sebelum berjalan ke arah balkon. Dari sana, ia bisa melihat pemandangan kota Seoul yang indah. Udara pagi yang segar membuatnya merasa lebih tenang setelah semua kejadian yang mereka lalui.
Saat sedang menikmati pemandangan, suara langkah kaki terdengar mendekat.
“Pagi…” suara berat yang sudah familiar itu menyapa.
Alana menoleh dan menemukan Darel berdiri di belakangnya, masih mengenakan kaos tidur dengan rambut sedikit berantakan.
“Pagi…” jawab Alana dengan senyum lembut.
Darel mengusap lehernya pelan. “Kamu tidur nyenyak?”
Alana mengangguk. “Terima kasih sudah menemaniku semalam, padahal kamu bisa pindah ke kamar kamu”
Darel hanya tersenyum kecil sebelum menarik tangan Alana, membawanya ke dalam. “Ayo sarapan. Mommy dan Daddy sudah menunggu.”
Alana mengikuti langkah Darel menuju ruang makan, di mana keluarga besar mereka sudah berkumpul. Mommy Liliana dan Daddy Arzhael duduk di ujung meja, sementara Eleanor dan kakak laki-laki Alana juga sudah siap dengan sarapan mereka.
“Kalian bangun kesiangan,” sindir Mommy Liliana menggoda Alana dan Darel.
Alana tersenyum tipis karna malu. “Alana masih lelah setelah perjalanan kemarin Mommy,maaf ya..Alana jadi telat bangun.”
Mommy Liliana tersenyum. “Tidak apa-apa, sayang. Yang penting, kalian bisa menikmati liburan ini.”
Mereka mulai menikmati sarapan dengan suasana yang hangat. Menu khas Korea seperti kimchi, bulgogi, dan bibimbap tersaji di atas meja, membuat semua orang lahap menyantapnya.
Saat mereka makan,Alana membuka pembicaraan.
"Bunda, Alana ingin jalan-jalan nanti sama Darel boleh nggak? " ucap Alana.
"Boleh sayang, tapi jangan membeli makanan pedas terlalu banyak ya"
"Siap Bunda"
Saat siang mulai berganti sore, Darel membawa Alana berjalan-jalan di sekitar kota Seoul. Namun, seperti yang sudah diduga, kakak laki-laki Alana tetap mengikuti mereka.
Darel menatapnya dengan datar. “Kenapa lo ikut?”
Kakak Alana menyeringai. “Aku harus memastikan adikku aman.”
Alana tertawa kecil melihat interaksi mereka. “Sudahlah, jangan bertengkar. Ayo kita coba jajanan yang sedang viral.”
Mereka berjalan ke sebuah tempat makan di pinggir jalan yang ramai dengan turis. Tempat itu terkenal dengan jajanan khas Korea yang unik.
Darel, yang tidak suka keramaian, akhirnya menyewa seluruh tempat hanya untuk mereka bertiga, lagi! ya..seperti waktu kemarinp.
Alana menatapnya dengan takjub. “Serius, Darel? Kamu menyewa tempat lagi hanya untuk kita?”
Darel mengangkat bahu. “Aku tidak suka tempat ramai Alana..lagipula kita jadi lebih leluasa.”
Kakak Alana tertawa. “Kamu memang berlebihan.”
"Ck, cowok macam apa lo nggak suka ramai" cibir Alvaro.
Alana menggeleng, tetapi dalam hati ia merasa sangat bahagia.
Mereka menikmati tteokbokki, odeng, dan hotteok sambil mengobrol santai. Alana merasa seperti gadis paling beruntung di dunia. Ia memiliki keluarga yang menyayanginya, Darel yang selalu ada di sisinya, dan liburan ini menjadi momen berharga yang tidak akan pernah ia lupakan.
Saat malam tiba, mereka kembali ke vila dengan hati yang penuh kebahagiaan.
Namun, tanpa mereka sadari, seseorang dari masa lalu Alana sedang mengawasi dari kejauhan…
___
Setelah seharian menghabiskan waktu berjalan-jalan, Alana, Darel, dan yang lainnya kembali ke vila keluarga Atharrazka. Malam di Seoul terasa lebih hidup dengan lampu-lampu kota yang berkilauan dan udara sejuk yang menyelimuti.
Alana meregangkan tubuhnya saat mereka tiba di vila. “Hari ini menyenangkan sekali… Aku nggak nyangka akan bertemu dengan keluarga besar Bunda Eleanor,mereka sangat baikp.”
Darel tersenyum kecil. “Setidaknya sekarang kamu tahu bahwa kamu nggak sendiri.”
Alana mengangguk. “Iya… aku senang, Darel. Terima kasih sudah menemaniku.”
Darel menatapnya dengan lembut. “Aku selalu ada buat kamu.”
Mommy Liliana dan Daddy Arzhael sudah lebih dulu masuk ke kamar mereka, sementara Eleanor dan kakak laki-laki Alana masih berada di ruang tengah, berbincang dengan salah satu anggota keluarga mereka yang datang berkunjung.
Saat Alana hendak masuk ke kamarnya, tiba-tiba suara ponselnya bergetar. Ia merogoh saku dan melihat nomor tak dikenal di layar.
Dahi Alana berkerut. Siapa yang meneleponnya malam-malam begini?
Ia melirik Darel, lalu memutuskan untuk mengangkatnya. “Halo?”
Tidak ada suara di seberang sana.
Hanya napas pelan yang terdengar.
Alana merasakan bulu kuduknya meremang. “Halo? Siapa ini?”
"Ck dasar orang aneh" decak Alana.
"Woy! siapa sih" P
Masih tidak ada jawaban.
Tapi kemudian…
“Lo pikir lo bisa tenang setelah apa yang terjadi? Gue bakal datang, Alana…”
Alana membeku. Suara itu… suara yang tidak asing baginya.
Larissa.
Seketika,ia menggenggam ponselnya erat
Kesal sekali rasanya dan semenosemenonjok wajah Mak Lampir itu!
Darel yang melihat perubahan ekspresi Alana segera mendekat dan meraih bahunya. “Alana? Ada apa?”
Alana menelan ludah, wajahnya kaget. “Itu… itu Larissa…”
Darel langsung mengambil ponsel Alana dan melihat layar yang menunjukkan panggilan telah berakhir. Matanya menyipit tajam.
Bagaimana bisa Larissa masih mengganggu setelah dikeluarkan dari sekolah? dan ia juga sudah memberikan anvmcaman pada Larissa saat itu.
Ah,sepertinya Larissa ingij main-main dengannya'Darel menyeringai tipis'
“Dia telfon kamu? ” tanya Darel, suaranya dingin dan berbahaya.
Alana mengangguk lemah. “Dia bilang… dia akan datang.”
Darel mengepalkan tangan. Ia tahu Larissa tidak akan menyerah begitu saja. Gadis itu sudah menerima hukumannya, tetapi tampaknya dia masih menyimpan dendam pada Alana.
Tanpa berpikir panjang, Darel langsung menghubungi seseorang. “Lacak nomor ini. Aku ingin tahu di mana Larissa sekarang.”
Alana menggigit bibirnya, merasa sedikit takut. “Darel… gimana kalau dia benar-benar datang?”
Darel menatapnya penuh keyakinan. “Jangan khawatir. Aku nggak akan membiarkan siapa pun menyentuhmu.”
Alana merasa sedikit tenang mendengar itu, tetapi tetap saja, rasa was-was menyelimutinya.
Apakah Larissa benar-benar akan muncul?
Dan jika iya… apa yang akan dia lakukan kali ini?
___
Keesokan paginya, Alana berusaha mengalihkan pikirannya dari kejadian semalam. Darel juga tampak lebih protektif dari biasanya, selalu memastikan bahwa Alana tidak pergi sendirian.
Mereka kembali menjelajahi kota Seoul, kali ini mengunjungi tempat-tempat wisata seperti Namsan Tower dan Istana Gyeongbokgung.
Di siang hari, mereka makan siang bersama di sebuah restoran tradisional Korea yang terkenal dengan hidangan khasnya.
Saat sedang makan, Eleanor tiba-tiba membuka percakapan yang mengejutkan.
“Bagaimana kalau kita tinggal di Korea lebih lama?”
Alana hampir tersedak mendengar itu. “Hah? Tinggal lebih lama? libur sekolah kan sampai minggu depan”
Eleanor mengangguk. “Aku ingin menghabiskan lebih banyak waktu denganmu, sayang. Lagipula, bisnis keluarga di sini juga membutuhkan perhatianku.Soal sekolah itu biar aku yang atur”
Alana melirik Mommy Liliana dan Daddy Atharrazka. “Tapi bagaimana dengan Mommy dan Daddy?”
Daddy Atharrazka tersenyum kecil. “Kami juga tidak keberatan tinggal lebih lama. Toh, kami juga ingin menikmati liburan lebih lama.”
Alana menatap Darel. “Lalu… bagaimana dengan sekolah?”
Darel mengangkat bahu. “Kami bisa kembali sebelum sekolah dimulai. Jangan khawatir.”
Alana menghela napas lega. “Baiklah… kalau begitu aku juga tidak keberatan.”
Kakak laki-lakinya tersenyum. “Bagus. Aku juga ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersamamu.”
Hari itu terasa sangat menyenangkan. Mereka menikmati momen bersama, mencoba berbagai makanan, dan mengabadikan banyak kenangan indah.
Tetapi… di suatu tempat yang jauh dari mereka, Larissa sedang merencanakan sesuatu.
Dan kali ini, dia tidak akan gagal.