Rian adalah siswa sekolah menengah atas yang terkenal dengan sebutan "Siswa Kere" karna ia memang siswa miskin no 1 di SMA nya.
Suatu hari, ia menerima Sistem yang membantu meraih puncak kesuksesan nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"Pak, apa bisa beli makanan dengan uang Rp.8.000?
"Gak bisa bu" ucap sopan bapak penjaga rumah makan itu.
Rian melihat hal itu dari bangku tempat duduknya.
Wanita itu menunduk, tampak kecewa. Ia mengeratkan genggamannya pada uang yang ia miliki, dan tangannya gemetar saat merogoh kembali uang receh di sakunya, berharap ada yang tersisa.
Tanpa berpikir panjang, Rian segera berdiri dan berjalan menuju kasir.
"Pak, biar saya yang bayar makanannya," ucap Rian dengan suara tenang.
Wanita itu terkejut dan menoleh ke arah Rian.
"Nak, tidak usah… saya tidak mau merepotkan," katanya dengan suara lirih.
"Tidak apa-apa, Bu. Saya hanya ingin membantu," Rian tersenyum, lalu menatap penjaga warung. "Berapa totalnya, Pak?"
"Rp.14.000, mas." jawab karyawan rumah makan itu.
Rian langsung mengeluarkan uang dari dompetnya dan menyerahkannya. "Ini, Pak, Rp.17.000, Tambahkan teh juga untuk Ibu ini."
Wanita itu tampak ingin menolak, tetapi matanya mulai berkaca-kaca. Dengan suara yang hampir bergetar, ia berkata, "Terima kasih, Nak. Semoga rezekimu selalu lancar."
Rian tersenyum. "Amin, Bu. Semoga Ibu sehat selalu."
Wanita itu akhirnya menerima makanannya dengan tangan bergetar, lalu duduk di sudut untuk menikmati makanan yang mungkin sudah lama ia inginkan tadi.
Rian menerima makanannya dengan senyum puas. Sepiring nasi hangat dengan potongan rendang yang empuk dan bumbu kaya rempah, serta sambalado yang merah menyala dengan aroma pedas menggugah selera.
"Pas banget ini porsinya," gumamnya sambil mengambil sendok dan garpu.
Ia mencicipi potongan pertama rendang—dagingnya lembut, bumbunya meresap sempurna, dan rasa gurihnya langsung memenuhi mulutnya. Ditambah dengan gigitan sambalado yang pedasnya menggigit, Rian merasa puas.
Sambil menikmati makanannya, ia sesekali melirik ke arah wanita paruh baya tadi. Melihat wanita itu menikmati makanannya dengan penuh syukur, Rian merasa makin yakin bahwa kebaikan sekecil apa pun tetap berarti.
Rian merasa familiar dengan ibu itu kayak ia pernah mengenalnya.
"Hm..dimana ya... Kayak kenal" pikir rian
"Hm..Coba fotoin ke ibu aja deh, barangkali tahu" rian merogoh saku celananya
Ia mengambil ponselnya dan diam-diam memotret wanita itu dari sudut yang tidak mencolok. Ia memastikan wajah wanita itu terlihat jelas sebelum mengirimkannya ke ibunya melalui chat.
Rian: "Bu, ini siapa ya? Aku merasa familiar, tapi nggak ingat di mana pernah ketemu."
Tidak butuh waktu lama sebelum ibunya membalas.
Ibu: "Rian... dari mana kamu dapat foto ini?"
Rian mengernyit, merasa ada sesuatu yang aneh.
Rian: "Aku lihat ibu ini di rumah makan. Ada yang salah, Bu?"
Ibunya lama tidak membalas, membuat Rian semakin penasaran. Setelah beberapa menit, akhirnya pesan masuk.
Ibu: "Nak... itu Bu Sari. Dulu dia tetangga kita sebelum pergi entah ke mana..."
Mata Rian melebar. Ia akhirnya ingat! Bu Sari adalah tetangga lama yang dulu sering membantunya sewaktu kecil. Tapi kenapa sekarang ia terlihat begitu berbeda dan kesulitan membeli makanan?
Ibu : Bawa ibu sari pulang dulu, nak. Nanti kita hubungin anaknya takutnya salah orang.
Rian : Baik bu.
Rian menutup ponselnya dan melanjutkan makanan nya.
- Di sisi lain -
Sementara itu, di sebuah kafe mewah di pusat kota Adana, seorang wanita dengan rambut blonde beach waves duduk santai sambil menyeruput kopi latte-nya.
Ia mengenakan dress elegan berwarna krem dengan aksesori minimalis, menampilkan kesan anggun namun tetap stylish.
Wanita itu adalah Alexa, seorang selebgram terkenal dengan jutaan pengikut. Di depannya, 1 orang duduk dengan ekspresi serius, dia adalah asistennya, seorang wanita muda dengan kacamata tipis.
"Jadi, ada tawaran kerja sama baru?" tanya Alexa sambil meletakkan cangkir teh ke meja.
Asistennya membuka catatan di ponselnya. "Iya, ada beberapa brand yang tertarik dengan endorse kita. Salah satunya adalah brand kosmetik dari Paris, mereka ingin kamu jadi brand ambassador untuk koleksi terbaru mereka." Ucap Asisten Alexa melihat ponselnya.
Alexa mengangkat alisnya. "Hmm… sounds interesting (kedengaran nya menarik). Ada lagi?"
"Tidak ada untuk saat ini hanya itu." Ucap Asistennya.
- Kembali Ke Rian -
Rian setelah memakan makanan nya, ia berdiri dan menuju ke meja bu sari.
"Bu, ibu ikut rian ke rumah ya bu, ada temen ibu mau ketemu, yaitu ibu aku." Ucap Rian kepada ibu itu.
Bu Sari menoleh dengan tatapan bingung. "Hah? Ibu kamu?" Ucap Bu sari
Rian tersenyum lembut.
"Iya, Bu. Ibu aku kenal sama Ibu, tadi aku sempat foto ibu, dan mengirimkan nya, ibu aku bilang dulu katanya sering ngobrol. Mungkin Ibu juga masih ingat."
Bu Sari tampak ragu, "Tapi… apa nggak merepotkan kamu, Nak?"
Rian menggeleng. "Enggak sama sekali, Bu. Yuk, aku antar sekarang."
Mereka langsung keluar karena makanan untuk Bu Sari tadi dan dirinya telah di bayar dari awal, Dengan langkah pelan, mereka berjalan menuju tempat Rian memesan taksi online
Di dalam perjalanan, Bu Sari terus menatap ke luar jendela, wajahnya dipenuhi campuran emosi. Rian bisa merasakan bahwa banyak kenangan yang muncul di benak wanita itu.
Tak lama, mereka tiba di depan rumah Rian. Rian membantu Bu Sari turun, lalu mengetuk pintu rumahnya.
Pintu terbuka, dan ibunya berdiri di sana. Saat pandangan mereka bertemu, mata ibunya membesar karena terkejut.
"Bu Sari…?" suara ibunya bergetar.
Bu Sari menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Bu… kamu siapa? Kok inget aku?"
"Ini aku Bu, Ibunya Rian tetangga mu dulu… ucap ibunya pelan.
Bu Sari tersenyum penuh haru. "Oh.. Aku masih ingat, ibu dengan anak kecil yang imut itu."
Mereka berdua tertawa kecil menceritakan tentang rian yang masih kecil, sementara Rian berdiri di samping, merasa bersyukur telah mempertemukan mereka kembali.
Ibu Rian mengajak masuk dan mereka berdua duduk di sofa yang sederhana.
Rian pun ikut duduk dan sejenak ia bepikir untuk menelepon anaknya.
"Ibu tinggal di mana?" lanjutnya.
Bu Sari mengerutkan kening, tampak berpikir keras.
"Ibu… tidak ingat Rian…" gumamnya pelan.
Rian terkejut. Wanita ini tampak linglung, seolah ada sesuatu yang hilang dari ingatannya.
"Jadi… ibu tadi sendiri di luar?"
Bu Sari mengangguk pelan, wajahnya terlihat sedih.
Rian berpikir sejenak. Kalau benar ibu ini tersesat atau mungkin hilang, bisa jadi ada keluarganya yang sedang mencarinya.
Jadi, Rian bertanya kepada ibunya.
"Bu, ibu masih nyimpen gak nomer anak bu sari? Ucap Rian.
"Bentar, bentar kayaknya pernah ibu simpan deh." Ucap Ibu Rian.
Ibu Rian membuka ponselnya dan mencari - cari nomor alexa nama anaknya ibu sari.
Setelah beberapa saat, ia menemukannya.
"Nak, ini nomernya coba telepon, siapa tau masih aktif udah lama soalnya".
Rian mencatat nomer telepon itu di handphonenya.
Tut..
Tut..
Tut..
Dering operator berbunyi, dan terdengarlah jawaban dari seberang telepon.
"Halo, maaf ini dengan siapa?"
mohon maaf lahir dan batin