cerita yang mengisahkan tentang suami yang harus bersandiwara dan berakting demi menjalankan sebuah misi. sehingga menimbulkan kesalahpahaman, antara dirinya dan sang istri.
lalu apa yang terjadi dengan mereka?mampukah mereka mempertahankan rumah tangganya ditengah belenggu masalalunya yang datang tanpa diundang, dan tanpa bisa dihindarinya?
Bagaimana kisah mereka selanjutnya?
penasaran???
mari kita ikuti kisahnya yuk...cekidot
Tolong baca per bab ya guys,
jangan lompat bab
karena dukungan kalian sangat berarti buat author
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MentariSenja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32
Barra yang Perhitungan
*
Selamat membaca⬇️
***
"Papa sama Mamah lagi ngapain?" tanya Vino.
Anak itu terlihat bengong, menyaksikan kedua orangtuanya yang sedang berpandangan.
Sementara Rissa dan Barra, langsung gelagapan begitu ketahuan oleh buah hati mereka.
"Oh, tangan Mama tiba-tiba sakit. Jadi Papa memegangnya. Iya begitu," jawab Barra beralibi.
"Mamah tangannya sakit? Mana yang sakit, Mah?" Vino berdiri dari duduknya, lalu memegang tangan Rissa yang terangkat. Kemudian dengan gayanya yang lucu, anak itu memeriksa tangan mamahnya.
"Sudah mendingan, sayang. Kan sudah dipegang sama Papa," sahut Rissa.
Vino kembali duduk, namun matanya tetap menelisik. Menatap ke arah papa dan mamahnya.
"Kenapa Mamah dan Papa suka sekali berlihat-lihatan, sih?" tanya Vino dengan agak ketus, sembari melipat kedua tangannya.
Rissa dan Barra sontak menatap satu sama lain. Bibir keduanya mengatup mengulum senyuman.
"Tuh kan Papa sama Mamah lihat-lihatan lagi," protesnya
Pasutri muda itu sudah seperti terdakwa, yang sedang diinterogasi.
"Kenapa Mamah sama Papa, tidak menghabiskan makanannya? Kenapa lihat-lihatan terus? Kata mbak Lulu, kalau makan harus dihabiskan. Kalau hanya dilihat tidak akan habis, kan belinya pakai uang." Gaya Vino separti orang dewasa yang menasehati anaknya.
Barra bangkit dari duduknya, lalu memeluk Vino.
"Anak siapa sih ini? Hebat banget, heum?" tanya Barra gemas
"Anak Papa sama Mamah lah!" jawab Vino
"Sayang, ayo kita habiskan makanannya. Nanti bisa ditegur sama Bapak Vino," ajak Barra sambil terkekeh.
Rissa hanya mengangguk sambil tersenyum. Lalu melanjutkan makannya yang tadi sempat tertunda.
Sementara Vino, dia masih terus mengawasi kedua orang tuanya yang sedang makan.
Selesai makan, Rissa segera membereskan bekas makan mereka. Sedangkan Barra dan Vino mencuci tangan. Setelahnya kembali ke dalam kamar.
"Kalian menginap saja di sini ya!" pinta Barra.
"Aku belum memberi tahu mbak Mira, Mas," jawab Rissa.
"Ya sudah telepon dia. Katakan padanya kalau kamu sama Vino mengunjungi aku, di luar kota!" titah Barra.
"Tidak bisa Mas. Kalau sekarang kesannya mendadak sekali. Besok saja ya, kan besok malam minggu. Jadi gampang alasannya." Rissa beralasan, lalu membisikkan sesuatu pada suaminya.
Barra tersenyum lebar, karena dijanjikan sesuatu oleh istrinya.
"Bener ya, awas kalau bohong!" ancam Barra.
"Iya-iya. Benaran." Rissa meyakinkan. Lalu menoleh ke arah Vino.
"Sayang, ayo kita pulang, Nak!" ajak Rissa pada Vino yang masih asyik dengan mainannya.
"Kok kita pulang Mah? Kita tidak menginap di sini?" tanya Vino.
"Tidak malam ini, Sayang. Besok ya kita ke sini lagi," jawab Rissa.
"Memangnya, kenapa?" tanya Vino lagi
Rissa menarik nafas panjang sebelum menjawab.
"Sayang, kita belum bilang sama tante Mira dan tante Anita kalau mau menginap. Besok saja ya kita menginapnya, Vino mau kan?" Rissa berusaha membujuk Vino agar mau diajak pulang.
"Nanti Papa takut sendirian di sini," sahut Vino seraya menatap kearah papanya.
"Papa kan orang dewasa, jadi tidak ada rasa takut," elak Rissa
"Mas, tolong dong bujuk dia," mohon Rissa pada Barra.
"Besok double pokoknya, tidak mau tahu," bisik sang suami.
"Astaga, begitu saja perhitungan." Rissa bersungut.
Barra menghampiri Vino yang masih bergeming. Lalu membawanya ke dalam pangkuannya.
"Vino sayang, sekarang pulang dulu ya. Besok boleh ke sini lagi sama Mamah, oke!" Barra memberi pengertian. Dielusnya lembut kepala bocah itu, kemudian mencium pipinya.
Bocah tampan itu pun menganggukkan kepalanya, dan balas mencium pipi papanya.
"Papa sayang Vino, banyak-banyak," ucap Barra.
"Vino juga sayang Papa, sayang Mamah, banyak-banyak," sahutnya lantas berajak dari pangkuan papanya.
"Mamah, ayo kita pulang," ajaknya pada sang mamah.
"Tapi besok kita ke sini ya, Mah," imbuhnya kemudian.
"Siap Captain!" sahut sang mamah seraya memberi hormat.
"Sayang, salim sama Papa dulu, Nak!" titah Rissa.
Vino dengan segera menyalimi papanya.
"Vino pulang dulu ya, Pah. Assalamu'alaikum," pamit Vino pada papanya.
"Wa'alaikumsalam. Hati-hati ya, Sayang," pesan Barra pada buah hatinya.
"Aku pulang dulu, Mas," pamit Rissa, lalu mengulurkan tangannya untuk meraih tangan sang suami. Namun yang terjadi, Barra malah menariknya ke dalam pelukannya. Lalu pria itu menciumnya dengan lembut. Rissa tidak membalas, dan hanya membiarkan sang suami, melakukan apa yang diinginkannya.
"Sudah, terimakasih," ucapnya dengan tersenyum puas
"Tidak lihat situasi dan kondisi. Kalau Vino melihat kita bagaimana coba!" protes Rissa. Dia takut jika Vino melihatnya, sebab bisa berbahaya.
"Yang penting kan dia tidak lihat," sanggahnya cepat dengan smirk di bibirnya
"Sudah ah. Aku pulang dulu ya. Assalamu'alaikum," pamit Rissa seraya mencium punggung tangan suaminya.
"Wa'alaikumsalam. Hati-hati ya kalian," pesannya pada sang istri.
"Iya, Mas. Bye." Rissa melambaikan tangan lalu masuk ke dalam mobilnya, dan duduk di belakang kemudi. Sementara Vino sudah duduk manis, dari tadi sejak pamit pada papanya.
Barra melambaikan tangan, sampai mobil sang istri hilang dari pandangannya.
***
Pagi hari di rumah Rissa.
Setelah sholat subuh, dia langsung menuju dapur, untuk membuat sarapan. Dia memasak banyak, sebab akan membawanya juga ke tempat sang suami.
Di halaman rumah tampak Vino dan Anita sedang bermain. setelah seharian kemaren dia mengeram di kamar. Mira juga ada di sana mengawasi mereka dari kejauhan, sambil menyiram bunga.
Sejauh ini Anita hanya sebentar saja, jika berbincang dengan Mira. Mungkin karena baru kenal.
Tapi Mira tidak putus asa untuk mendekati Anita. Dia mendapatkan mandat dari Rissa, agar melakukan pendekatan dengan Anita. Bahkan Rissa memberikan buku-buku psikologi pada Mira untuk dipelajari.
Dan dia mempraktekkan apa yang telah dipelajarinya tersebut. Hasilnya Anita sekarang sudah mulai sedikit terbuka kepadanya.
Meski Rissa terkesan sering meninggalkan mereka berdua, tetapi sebenarnya dia tidak melepaskan perhatiannya begitu saja. Dia meminta pada salah satu teman di kantornya yang ahli di bidang IT, untuk membuatkan kamera tersembunyi sekecil mungkin. Yang keberadaannya tidak disadari oleh orang lain, dan langsung tersambung ke ponselnya. Jadi meskipun dia tidak di rumah, dia tetap bisa mengawasi, apa yang dilakukan oleh orang-orang yang berada di dalam rumahnya.
Selesai memasak, Rissa menuju halaman depan rumahnya.
"Mbak Mira, sini!" panggilnya pelan
Merasa ada yang memanggil, Mira lantas menoleh ke sumber suara.
"Iya, Bu," sahut Mira. Dia meninggalkan pekerjaannya dan menghampiri Rissa.
"Ada apa, Bu?" tanya Mira kemudian
"Ayo, kita sarapan. Saya sudah selesai memasak," ajaknya pada Mira.
"Baik, Bu," jawab Mira
"Ya sudah. Saya mau ke mereka dulu ya," pamitnya pada Mira.
"Sayang, sudah ya mainnya. Ayo kita mandi dulu, lalu sarapan. Kamu juga ya Nita, ayo masuk dan sarapan!" titahnya. Kemudian menggandeng lengan Vino, mengajaknya masuk ke dalam rumah.
Sementara Anita masih bergeming. Pandangannya nanar ke arah Rissa. Sesaat kemudian dia melangkahkan kakinya dan bergegas menghampiri wanita yang tengah menggandeng buah hatinya tersebut.
Dan tanpa diduga Anita langsung menghambur memeluk Rissa dengan menangis histeris.
Haaahh...ada apa dengan Anita???
Mari ikuti terus kisahnya mereka...
Stay tune....
...----------------...
Mohon di baca per bab ya guys, jangan lompat bab, jangan pula boom like.
Dukungan kalian sangat berarti buat author
Jika suka dengan ceritanya jangan lupa tinggalkan jejaknya
Like
Komentar
Vote
Terimakasih dan salam sehat selalu
🙏🙏🙏😍😍😍
betewe kapan nih rilis cerita baru lagi
jangan jangan ini bapakku😆