Aurora Clarissa adalah seorang gadis piatu yang dibesarkan di panti asuhan sejak ia masih bayi, dia tidak pernah tahu siapa orang tuanya.
Suatu hari ibu panti memaksa Aurora untuk menikah dengan salah satu putra donatur panti, bagi kebanyakan orang itu adalah sebuah keberuntungan bisa menikah dengan orang terpandang, tapi tidak dengan Aurora, pernikahan ini bagaikan neraka di hidupnya karena telah merenggut kebebasan dan masa mudanya.
Seperti apa kelanjutan dan perjalanan hidup Aurora?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Himeka15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32
Dion menatap wajah Aurora yang dekat dengannya pandangan mereka bertemu, Aurora memiringkan kepalanya memandang wajah Dion layaknya anak kecil yang penasaran akan benda di hadapannya.
"Pipi kakak merah, kakak sakit?" Aurora Bethany polos.
Ketiga orang itu cuma bisa menepuk jidat mereka masing-masing mendengar pertanyaan polos Aurora yang dia sendiri tahu jawabannya.
"Ayo kita keluar ini udah malam biar Dion istirahat," ujar Zafar mengajak Dila dan Michael keluar.
Dila mengecup kening Dion, "selamat malam sayang," ucapnya lembut mengacak rambut Dion.
Mereka keluar dari sana menyisakan Aurora dan Dion, Aurora beranjak dari kasur lalu ia mengunci pintu kamar kemudian ia membaringkan tubuhnya di samping suaminya.
Ia melingkarkan tangannya di atas dada bayi besarnya, "Aurora minta maaf gara-gara Rora kakak sampai sakit gini," ucapnya dengan nada parau.
Iya, Dion maafin. Balasnya dari dalam batinnya.
"Coba aja Michael enggak ejek Rora pasti Rora tidak main perang bantal sama dia," sambungnya dengan raut wajah bersalah.
Dion enggak suka Rora main sama Michael harusnya Rora main sama Dion.
"Kak mau Aurora nyanyikan lagu pengantar tidur?" tawarnya.
Dion tidak memberi tanggapan apa pun dan Aurora tersenyum lalu ia membuka mulutnya.
Tidurlah bayi besar Rora kalau enggak tidur nanti digigit nyamuk
Aurora menyanyi dengan suara yang cukup keras sambil menepuk-nepuk dada Dion.
Kupikir suaranya enak rupanya tidak! Terus dia bilang aku bayi besar memang dia pikir aku bayinya apa! Dion menggerutu dalam benaknya sambil melirik istrinya yang masih bernyanyi.
Suara Aurora lama kelamaan mulai pelan sampai berhenti, mata Dion melirik Aurora yang rupanya telah tidur.
Rupanya lagu pengantar tidur bukan untuk Dion tapi untuk Rora, selamat tidur Rora sayang.
Dion juga ikut memejamkan matanya dan masuk ke dunia lain bersama istrinya.
***
Zafar sedang membaca majalah di atas tempat tidur dengan kepalanya yang bersandar pada kepala ranjang sedangkan Dila sedang duduk di depan cermin rias sambil mengoles cream pada wajahnya.
"Jika dilihat tadi aku merasa Aurora bukan menantuku melainkan anak ketiga kita," ujar Dila menuangkan body lotion pada telapak tangannya.
"Perdebatan Michael dan Aurora tadi layaknya seorang kakak dan adik yang sedang bertengkar merebut mainan," balas Zafar tersenyum kecil.
Dila memasang wajah sendu, "ketika melihat Aurora aku selalu membayangkan bagaimana jika putri kita masih hidup?"
"Dia pasti begitu cantik dan mirip denganmu, akan aku buat dia menjadi anak perempuan yang paling beruntung di dunia ini karena memiliki kita sebagai orang tuanya," sambung Zafar membuang napasnya.
"Tapi sayang itu semua cuma khayalan semata," timpal Dila tersenyum pahit.
Dila dan Zafar sebenarnya memiliki tiga orang anak, Dila dinyatakan hamil kembali ketika usia Michael baru berjalan lima bulan dan itu menjadi kabar yang mengejutkan sekaligus membahagiakan buat mereka, Dila tidak pernah menduga dalam waktu yang singkat tuhan akan menitipkan kembali seorang bayi pada rahimnya.
Dila begitu ketat menjaga kandungannya setiap makanan ia konsumsi pasti akan ia perhatikan kandungan gizinya. Tiba di hari ia akan melahirkan anak ketiganya yang diprediksi berjenis kelamin perempuan.
Dila tidak pernah menduga hari dimana ia melahirkan bayinya harusnya menjadi hari bahagia malah menjadi hari yang buruk buat mereka.
Bayi yang ia lahirkan dengan penuh perjuangan rupanya tidak hidup lama, bayi itu hidup hanya dua jam saja padahal ia dilahirkan dengan keadaan sehat, sempurna dan tidak kurang satu pun.
Para dokter tidak menduga hal ini terjadi padahal bayi itu dalam kandungannya tidak ada masalah apa pun dan ia lahir dalam keadaan sehat.
Itulah ketika tuhan berkehendak memanggil kembali ciptaannya maka pasti akan terjadi walaupun dalam keadaan baik sekali pun.
Dila sangat terpukul atas kematian putrinya itu, ia masih ingat ketika ia menggendong putrinya itu tubuhnya begitu dingin.
Ia begitu hancur tapi ia bisa apa. Ia akui dirinya sangat hancur tapi dia tidak bisa larut dalam kesedihan karena kedua anaknya yang lain masih membutuhkannya.
Sampai sekarang pun baik Dila atau Zafar masih belum bisa melupakan putri mereka, mereka hanya bisa mendoakannya saja tanpa bisa bertemu dan melihatnya lagi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Blue Bold High School
Di sebuah ruang kelas keadaan begitu hening dan sunyi, para murid begitu fokus menatap selembar kertas yang dibagikan oleh guru mereka begitu juga dengan Aurora.
Aurora terlihat fokus membaca setiap detail soal di kertas itu padahal kenyataannya pikirannya tidak tertuju pada secarik kertas melainkan fokusnya berada di tempat lain.
Aurora lagi memikirkan Dion yang ia titipkan sama ibu mertuanya, sebenarnya dia tidak ada niat berangkat ke sekolah karena ia tidak tega meninggalkan Dion dalam keadaan sakit.
Namun, Aurora baru teringat jika hari ini ada ujian fisika dan terpaksa ia meminta tolong ibu mertuanya agar menjaga bayi besarnya itu.
Aurora masih ingat tatapan memohon dan lenguhan Dion yang memintanya agar menemani dirinya, tapi Aurora tidak bisa berbuat apa-apa selain berpamitan pada suaminya dan berjanji akan pulang lebih awal
Aurora meletakkan kepalanya di atas meja dalam keadaan miring sambil menggores aksara dan angka di kertas lembar.
"Bagaimana keadaan kak Dion sekarang?" tanyanya dengan suara lirih.
Aurora merasa bersalah karena ulahnya semalam yang tidak bisa menahan emosinya membuat Dion jatuh sakit.
Aurora termenung untuk beberapa saat sampai Chelsea menggoyangkan tubuhnya sehingga lamunannya buyar.
Aurora menoleh ke kiri dan mengangkat salah satu alisnya.
"Ra, nengok jawabannya kertas Chelsea masih kosong," ucapnya memohon dengan puppy eyes.
Aurora menghela nafas panjang lalu menyodorkan kertas jawabannya yang telah selesai itu pada teman sebangkunya.
"Awas jangan sampai ketahuan," ujar Aurora mengingatkan Chelsea berhati-hati agar tidak ketahuan guru.
"Aman," balas Chelsea dengan gerakan tangan membentuk isyarat ok.
Chelsea langsung saja menyalin jawaban Aurora ke kertas lembar miliknya dan sang empu pemilik jawaban hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah lucu temannya itu.
Bel berbunyi menandakan jam istirahat sekaligus memberitahu bahwa jam ujian telah selesai.
"Ketua kelas tolong kumpulkan lembar ujian teman-teman kamu. Letakkan saja di meja ibu," perintah guru fisika dan ia langsung meninggalkan kelas.
Ketua kelas mengumpulkan lembar ujian teman-temannya ada yang telah selesai dan ada yang meminta ia menunggu karena belum selesai.
Ketua kelas pun pergi ke meja yang lain dan membiarkan temannya menyelesaikan jawabannya terlebih dahulu.
Setelah ia rasa cukup waktu yang ia berikan dia langsung mengumpulkan semua lembar jawaban dan ia mengantarkan ke ruang guru.
"Ra, kantin yok!" Chelsea mengajak Aurora ke kantin yang dibalas anggukan olehnya.
Segi penokohan ya unik biasanya pemeran utama selalu digambarkan secara sempurna tanpa cela. Tapi di cerita ini setiap tokoh memiliki kekurangan masing-masing.