NovelToon NovelToon
Alea Si Gadis Tersisihkan

Alea Si Gadis Tersisihkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Pengantin Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Kaya Raya / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:9.8k
Nilai: 5
Nama Author: Favreaa

"Kamu harus menikah dengan Seno!"

Alea tetap diam dengan wajah datarnya, ia tidak merespon ucapan pria paruh baya di depannya.

"Kenapa kamu hanya diam Alea Adeeva?"

hardiknya keras.

Alea mendongak. "Lalu aku harus apa selain diam, apa aku punya hak untuk menolak?"

***

Terlahir akibat kesalahan, membuat Alea Adeeva tersisihkan di tengah-tengah keluarga ayah kandungnya, keberadaannya seperti makhluk tak kasat mata dan hanya tampak ketika ia dibutuhkan!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Favreaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24

"Zea, kamu benar-benar." Selvia menggeleng lemah.

Respon Selvia berhasil memancing kembali amarah Zea yang sempat mereda.

"Mama keluar dari ruanganku sekarang!" titahnya seraya menunjuk ke arah pintu.

"Keluar sekarang, KELUAAARR!!"

Selvia menghembuskan nafas berat, melangkah keluar dari kamar Zea, tak lupa dia juga mengajak dua pelayan yang sedang membersihkan kamar Zea karena tidak ingin kedua pelayan itu menjadi pelampiasan dan sasaran amukan Zea.

Sepeninggalan Selvia, Zea meraih kasar ponselnya lalu menekan beberapa tombol angka lalu menempelkan benda canggih tersebut ke telinga.

"Hallo, Kakek?" sapanya ketika dering telepon telah terhubung.

"Ada apa? ... Kenapa suaramu seperti itu?"

Zea mengatur nafasnya agar sedikit lebih tenang. "Kakek tahu kabar tentang pernikahan Seno?" tanyanya tanpa basa-basi.

"APA? Pernikahan Seno?"

"Iya, Kek. Seno akan menikah dengan Putri angkat keluarga Wicaksana, Aku tidak tahu apa tujuannya tapi aku yakin mereka sengaja menyembunyikan berita ini dari kita," adunya geram.

"Kau yakin, Zea? Kau tidak sedang bercanda untuk menipu Kakek?"

"Kakek, aku tidak bercanda untuk satu hal ini!" jawab Zea menahan marah.

"Datanglah ke rumah kakek, kita akan ke rumah Ravindra dan meminta penjelasan pada Elaine. Aku yakin dia dalang dibalik semua ini!"

"Baik, Kek!" Zea segera membersihkan diri karena setelah membuat kekacauan penampilannya pun ikut berantakan.

Satu jam kemudian, terlihat Zea menuruni tangga dan saat berpapasan dengan salah satu pelayan di rumahnya Zea berpesan agar mereka merapikan kamarnya.

"Zea kamu mau kemana?" teriak Selvia mengejar Zea yang terlihat sedikit berlari menuju garasi mobil.

"Zea kamu mau kemana?" tanyanya sekali lagi setelah berhasil mencekal pergelangan tangan Zea yang hendak membuka pintu mobil.

Zea mengembuskan napas kasar lalu menjawab dengan ketus. "Aku mau ke rumah Kakek. Kenapa? Mama mau ngelarang aku ?"

Selvia menggeleng. "Ayo pergi dengan Mama. Menyetir dalam keadaan emosi tidak baik, Zea. Mama khawatir terjadi apa-apa!"

Zea memutar bola matanya malas.

"Enggak perlu, Mama tahu kakek Ian nggak menyukai mama, jadi Mama di rumah aja!"

"Mama tahu, sangat tahu. Untuk itu mama hanya akan mengantarmu dan memastikan kamu tiba di rumah kakek dengan selamat. Setelah itu mama bisa pulang lagi!"

"Ma-." Zea mendesah frustasi. "Kalau alasan Mama hanya khawatir takut terjadi apa-apa denganku karena aku menyetir dalam keadaan emosi, Mama bisa membuang pikiran buruk Mama itu jauh-jauh. Aku tidak akan bertindak bodoh untuk membahayakan diriku sendiri dan aku juga tidak berencana mati dalam waktu dekat, masih banyak hal yang harus aku lakukan, salah satunya menggagalkan rencana pernikahan Seno!"

"Zea, tapi--."

"Cukup, Mama masuk dalam rumah lagi gih atau kalau bosan, seperti biasa mama bisa pergi ke kantor Papa!" ucapnya lalu masuk ke dalam mobil.

Menyalakan mesin lalu menginjak pedal gas, mobil melaju meninggalkan beranda rumah mewah di kompleks elit pusat kota, melewati Selvia yang masih berdiri di tempat dan menatap kepergiannya dengan tatapan nanar.

Tidak butuh waktu lama, Zea tiba di sebuah rumah bercat putih yang terdiri dari dua lantai dan halaman yang sangat luas.

Masuk lewat pintu gerbang berwarna coklat keemasan yang sudah dibuka sejak satpam melihat mobilnya dari kejauhan.

"Non Zea? Tuan Ian meminta anda ke menemuinya di belakang, beliau sedang memberi makan ikan di kolam."

Seorang pelayan menyambut kedatangan Zea sesuai perintah Kakek Ian.

"Kek!" sapa Zea kala gadis itu melihat sang kakek berdiri membelakanginya sembari memberi ikan-ikan hias yang terlihat berkeliaran dan saling berkejaran di dalam kolam.

"Mm!"

Zea berjalan mendekat berdiri di samping Kakek Ian.

"Apa rencana kakek setelah ini?"

"Kita ke rumah Ravindra lebih dulu dan memastikan jika kabar itu memang benar, bukan hanya isu semata!"

Zea menoleh cepat, raut wajahnya tampak tak setuju dan kakek Ian menyadari itu.

"Kakek nggak percaya?"

"Kita tidak bisa langsung percaya begitu saja apa yang dilihat di dunia maya, Zea. Banyak kepalsuan yang tidak sesuai dengan realita, kita tidak tahu kebenaran berita itu kalau tidak mengkonfirmasinya langsung pada mereka, siapa yang tahu kalau foto yang kamu maksud itu editan atau malah hanya orang-orang iseng dan membuat itu hanya untuk menaikkan followers mereka!" ucap kakek Ian tidak lagi marah yang menggebu-gebu.

Selesai memutuskan panggilan telepon dengan Zea beberapa saat lalu, kakek Ian segera menghubungi asisten sekaligus orang kepercayaannya untuk menelusuri asal berita itu. Ketika diusut ternyata sumber tersebut berasal dari sebuah akun di media sosial dan asisten kakek Ian memberikan penjelasan seperti yang baru saja ia katakan pada Zea. Sebelum keluarga Ravindra dari pihak Eyang Elaine belum mengkonfirmasinya langsung, maka berita itu belum bisa dipastikan kebenarannya.

Zea berdecak. "Kalau berita itu benar?"

"Kita pikirkan itu nanti, pertama kita harus bertanya pada mereka."

"Kalau begitu ayo kita pergi, Kek. Aku nggak bisa nunggu lebih lama lagi!" ucap Zea.

Zea terlihat sangat tidak sabar, awalnya dia tampak biasa saja saat Seno terus menolak dan menghindari keberadaannya, karena ia tahu Seno juga tidak sedang dekat dengan gadis manapun sehingga Zea menganggap masih dirinya satu-satunya gadis yang ada di sisi pria itu dan dia yakin suatu saat nanti Seno pasti luluh.

Namun, kabar pernikahan Seno mengikis habis rasa percaya dirinya.

Kekhawatiran Zea mulai mencuat ke permukaan karena takut ada gadis yang bisa menggeser posisinya untuk dekat dengan Seno, apalagi jika Seno jatuh cinta pada gadis lain maka harapannya untuk bersanding dengan Seno semakin tipis.

"Hmm, ayo!" Keduanya berjalan beriringan keluar dari rumah yang begitu megah, lalu masuk ke dalam mobil yang sudah ada sopir keluarga di dalamnya.

Mobil yang ditumpangi kakek Ian dan Zea melaju membelah jalanan bergabung dengan pengendara lain. Tak lama kemudian tiba di sebuah rumah yang tak kalah megah dan luas. Penjaga sudah hafal mobil siapa yang datang untuk itu tanpa diperintah mereka lebih dulu membuka gerbang membiarkan mobil yang ditumpangi kakek Ian dan Zea masuk.

"Selamat datang, Tuan Ian dan Nona Zea silahkan masuk!" sambut seorang pelayan seraya membungkuk sopan.

Wanita setengah baya bernama Tatik dan orang-orang di kediaman Ravindra biasa memanggilnya Bi Titik, orang kepercayaan Eyang Elaine yang ditugaskan mengurus segala sesuatu urusan rumah tangga di kediaman Ravindra. Tugasnya mengatur dan mengawasi pekerjaan pelayan lain, melaporkan segala yang terjadi pada Eyang Elaine atau menjadi perantara antara tuan rumah dan para pekerja.

Zea mulai mengatur ekspresi wajahnya menjadi sangat ramah dan tersenyum hangat pada pelayan tersebut.

"Dimana Eyang dan yang lain? Sepertinya terlihat sangat sepi!" ujar Zea sembari mendudukkan diri di sofa ruang tamu diikuti oleh kakek Ian yang turut melakukan hal yang sama.

"Mereka semua sedang keluar, Nona dan kami tidak tahu mereka hendak kemana!" jawabnya. "Mungkin Nona bisa menghubungi Eyang Elaine, Tuan Emir atau Tuan Seno" sarannya.

Zea mengangguk mulai menggulir layarnya ponselnya dari atas ke bawah. Tertera nomor Eyang Elaine di sana, tapi sebelum menekan tombol panggil Zea mengangkat wajahnya menatap pelayan yang masih setia berdiri di hadapannya.

"Tolong buatkan Kakek minum, ya. Kopi dengan takaran seperti biasa, jangan lupa gulanya pakai gula rendah kalori!" pintanya seraya tersenyum lembut.

Pelayan tersebut tersenyum lebar dan mengangguk. "Baik, Nona!"

Setelah pelayan tersebut pergi, ekspresi wajah Zea berubah menjadi jijik.

"Kakek tidak tahu apa rencanamu, tapi kakek salut dengan pengendalian dirimu yang bisa beramah-tamah dengan manusia rendahan seperti mereka!" ujar kakek Ian lalu terkekeh kecil.

Zea tersenyum. "Kakek akan tahu nanti!"

Ya, Zea sudah memikirkannya.

Sekalipun Seno benar-benar menikah dengan gadis lain, ya tidak akan membiarkan gadis yang menjadi istri Seno hidup tenang di rumah ini.

Kakek Ian mengulum senyum menyeringai, bangga pada Zea. Sekalipun terkadang emosi cucu kesayangannya itu meledak-ledak jika gadis itu sedang marah, tapi di satu kondisi dan tempat Zea bisa berubah menjadi gadis yang sangat ramah, lembut, anggun dan manis.

Zea menekan tombol panggil lalu menempelkan ponselnya ke telinga menunggu pihak seberang mengangkat teleponnya.

Namun, hingga dering panggilan habis, panggilan tak kunjung di angkat oleh Eyang Elaine. Zea mencoba melakukan panggilan ke nomor Paman Emir tapi sama seperti Eyang Elaine, Paman Emir tak kunjung mengangkat panggilan tersebut.

Zea kesal dan mematikan panggilan dengan kasar. "Kemana sebenarnya mereka semua!" gerutunya.

Seorang pelayan datang dengan membawa dua gelas berisi minuman, satu kopi rendah gula dan satu lagi jus sehat yang terbuat dari perasan jeruk asli.

"Silahkan diminum, Tuan, Nona Zea!" ujarnya tak kalah ramah.

Jika biasanya ia menyuruh pelayan lain untuk menyuguhkan minuman dan cemilan untuk tamu, tapi khusus Kakek Ian dan Zea ia sendiri yang melakukannya.

Meskipun hubungan kekeluargaan Eyang Elaine dan kakek Ian tidak terlalu baik, tapi keduanya masih terlibat kerabat walau tidak ada hubungan darah, untuk itu dia masih menghormati kakek Ian dan Zea.

"Oh, iya sejak kapan mereka pergi?"

"Mungkin satu jam yang lalu, Nona!" jawabnya.

Zea mengangguk. "Kamu bisa kembali, biar aku dan kakek menunggu di sini!"

Bi Titik mengangguk kecil, mundur beberapa langkah lalu pergi dari sana. 30 menit berlalu tapi Eyang Elaine, Paman Emir dan Seno tak kunjung pulang, Kakek Ian yang menunggu mulai jengah.

"Coba kamu hubungi Seno!"

Zea mendesah dan mengeluh. "Seno tidak akan mau mengangkat teleponku, Kek."

"Kalau begitu coba hubungi lagi Elaine atau Emir, mau sampai kapan kita menunggu di sini!" ketusnya mulai tak sabar.

Zea mencebik. "Kakek kira aku bisa sabar, aku sudah terus mencobanya saja tadi. Tapi sepertinya mereka sengaja mengabaikannya dan sekarang nomor ponsel mereka bahkan tidak bisa dihubungi."

Kakek Ian mendesah kasar lalu bangkit dari tempat duduknya sembari berpegangan pada tongkat di tangannya.

"Kakek mau kemana?"

"Ke kantor Ravindra, ada Ilyas di sana kita bisa bertanya padanya!" Kakek Ian berjalan lebih dulu menggunakan tongkat.

Zea mengangguk setuju lalu ikut beranjak, tetapi bukan menuju pintu keluar seperti kakek Ian melainkan masuk ke dalam rumah mencari keberadaan Bi Titik.

"Bi!"

"Iya, Non." Bibi Titik sengaja tidak pergi terlalu jauh dari area ruang tamu, sebab jika antara Zea dan kakek Ian mencarinya bisa langsung menemukannya, seperti sekarang.

"Zea sama Kakek pergi dulu, Bi. Sepertinya mereka bertiga tidak akan pulang cepat, biar aku dan kakek ke sini lagi nanti kalau mereka sudah kembali!"

"Baik, Non. Maaf jika bibi tidak bisa membantu!" ujarnya merasa bersalah karena memang ketika majikannya keluar tanpa mengatakan apa-apa padanya.

Zea mengulum senyum lembut dan menggeleng. "Tidak apa-apa aku tahu Bibi hanya bekerja dan wewenang yang bibi memiliki terbatas."

Bi Titik mengulum senyum, terharu karena Zea begitu pengertian.

"Oh iya, Bi. Boleh Zea bertanya sesuatu?" Bi Titik mengangguk.

"Mmm, apa Seno sedang dekat dengan seorang gadis atau ada gadis yang sering datang ke sini selain aku?" tanyanya.

Bi Titik tampak berpikir lalu menggeleng.

"Setahu Bibi tidak ada, Non. Hanya Non Zea satu-satunya gadis yang datang kesini dan bebas keluar masuk."

Zea merasa tidak puas dengan jawaban Bi Titik dan ingin sekali memakai wanita itu.

Namun, Zea berusaha menahannya karena tidak ingin image yang sudah ia bangun bertahun-tahun rusak.

"Tapi diluar sana sedang ramai kabar pernikahan Seno. Apa bibi tahu sesuatu?" tanyanya lagi mencoba mengorek informasi dari pelayan kepercayaan Eyang.

Bi Titik tertegun, ekspresi wajahnya berubah dan Zea menyadari itu. Ia yakin pelayan tersebut tahu apa yang sebenarnya terjadi dan ia berencana mendesak pelayan itu mengaku, tapi tentu saja bukan dengan cara yang kasar.

"Apa Seno benar-benar akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat?" tanyanya lagi karena Bi Titik yang masih bergeming.

"Itu, saya--."

Zea mengulum senyum lalu menggenggam tangan Bi Titik meskipun sejujurnya ia merasa risih sekaligus jijik.

"Tidak apa-apa kalau Bibi tidak ingin mengatakannya karena aku yakin Eyang melarang."

Bi Titik di lema dan menjadi serba salah, ia iba dan ingin memberitahu Zea karena gadis itu terlihat penasaran tapi di sisi lain dia takut Eyang Elaine marah lalu memecatnya. Zaman sekarang susah mencari pekerjaan.

"Kabar itu benar, Non," ujarnya pelan. Bi Titik memutuskan untuk memberitahu Zea karena sepertinya gadis itu sudah tahu dan hanya datang untuk mengkonfirmasi.

"Gadis itu, siapa dan berasal dari keluarga mana, Bi?"

"Maaf jika jawaban Bibi tidak memuaskan bagi Non Zea. Bibi juga tidak tahu wanita mana yang akan menjadi calon istri Tuan Seno. Mereka merahasiakan identitas gadis itu sangat rapat, bahkan para pekerja di sini tidak ada yang tahu. Gadis itu juga tidak pernah menginjakkan kakinya di sini!"

Terjawab sudah, kabar itu benar adanya. Zea merasa marah sekarang, tapi ia tidak menunjukkannya dan tetap memaksakan bibirnya mengulum senyum.

"Terima kasih, Bi."

"Sama-sama, Non." Bi Titik menatap Zea prihatin dan Zea benci tatapan seperti itu.

"Kalau begitu Zea pulang dulu, Bi. Kasian kakek sudah menunggu di luar sejak tadi."

Bi Titik mengangguk lalu mengantar Zea ke teras. Zea mulai menuruni undakan tangga teras dan baru satu langkah suara Bi Titik menghentikannya.

"Non, saya tidak tahu hal ini berkaitan atau tidak, tapi saya sering mendengar mereka menyebut nama Wicaksana!"

Zea mengulum senyum karena semuanya semakin jelas, dalam potret undangan yang tersebar juga ada nama keluarga Wicaksana di sana dan sekarang ia yakin, calon istri Seno memang berasal dari keluarga itu.

"Sekali lagi Zea ucapkan terima kasih!"

Bibi Titik mengangguk dan membiarkan Zea pergi. Hingga Zea sudah masuk ke dalam mobil pun Bi Titik masih berdiri di teras.

"Kenapa lama sekali, apa yang kalian bicarakan!" Kakek Ian bertanya ketus.

Zea menyalakan mesin mobil lalu meninggalkan halaman luas keluarga Ravindra.

"Seno benar-benar akan menikahi seorang gadis yang berasal dari keluarga Wicaksana!"

"Wicaksana?" tanya Kakek Ian dengan dahi berkerut.

"Iya, aku juga sudah mengatakannya di telepon. Kenapa, kakek tahu?"

"Hanya sekedar tahu tapi tidak mengenal lebih!"

Zea mengangguk mengerti, jika kakeknya tahu berarti keluarga Wicaksana termasuk keluarga kaya dan masuk jajaran kelangan atas.

"Aku akan mengantar kakek pulang. Setelah ini ada hal yang harus aku lakukan!"

"Mmm!" Kakek Ian bergumam mengiyakan dan tidak bertanya.

Zea benar-benar mengantar kakek Ian pulang. Setelah menurunkan kakek di rumahnya Zea pergi lagi, di tengah jalan ia menepikan mobilnya dan bermain ponsel.

Bibirnya menyunggingkan senyum sinis, menginjak pedal gas kembali lalu mobil melaju menuju alamat yang terpampang di layar ponselnya.

"Maaf, ada yang bisa kami bantu?"

"Saya Zea, sepupu Senopati Jayendra Ravindra. Aku ingin bertamu dan bertemu pemilik rumah!"

Kedua satpam yang berjaga di pos saling pandang, mereka berbalik dan berunding.

"Kita langsung buka gerbang atau apa dulu pada nyonya?"

"Halah kita buka aja, dia bilang sepupu tuan Seno berarti dia juga anggota keluarga Ravindra. Tidak mungkin dia punya niat jahat, kita buka aja!"

"Ya sudah, ayo!"

Mereka berdua lalu berbalik dan membuka pintu gerbang dan mempersilahkan Zea masuk bersama mobil yang dikendarainya.

BIanca yang hendak keluar pergi bertemu teman-temannya, menyipitkan matanya melihat gadis asing yang turun dari mobil mewah, ia lalu menghampiri gadis itu dengan wajah tak ramah.

"Siapa?" tanyanya ketus.

Zea membuka kaca mata hitam yang dikenakan lalu menelisik penampilan Bianca dari atas hingga ke bawah dengan tatapan menilai.

"Hei, kau budek, ya?" bentak Bianca kesal karena tersinggung dengan tatapan gadis di depannya.

Zea mengulum senyum meremehkan.

"Kamu gadis yang bernama Alea Adeeva?"

1
Adinda
semoga ibu kandungnya Alea masih hidup
Adinda
semoga ibu kandung alea masih hidup, kasihan alea thor.
Giandra
bagus
Giandra
tetap waspada Alea jangan sampai lengah orang orang disekitarmu
Anonymous
suka banget sama karakter alea, ga pernah ngeluarin air mata buat orang jahat & dia tetap tegar
Giandra
ada lagi yang cari penyakit
Retno Harningsih
up
Giandra
ayo Alea perjalanan hidupmu baru dimulai tunjukkan ketegasanmu jangan biarkan orang orang terutama para pelakor menindasmu
Giandra
zea dan Bianca mencari penyakitnya sendiri
Retno Harningsih
up
Giandra
momen canggung malah kepergok ada yang masuk pasti salah paham
Giandra
semoga lancar acaranya
Giandra
kau menggali kuburanmu sendiri ana siapapun itu kalau dia customer perlakukan dengan baik sesuai prosedur
Giandra
semoga aman sampai acara pernikahan terlaksana dan seterusnya
Giandra
semoga Alea kalau sudah menikah dengan Seno pribadinya berubah lebih tegas dan cerdik tidak mudah ditindas karena sudah mendapatkan pelajaran hidup yang keras
Hrawti
Luar biasa
Adyava
Novelnya bagus sih cuman kadang nama pemerannya berubah-ubah, tolong lebih teliti lagii yaa thor/Smirk/
Reaa: okee kak terimakasih sudah mengingatkann, selanjutnya aku bakal lebih telitii lagii/Smile/
total 1 replies
Giandra
nama tokoh pemerannya berubah ubah
Reaa: maaf yaa kak klo tidak nyaman dlm membaca novelku yg inii, selanjutnya aku bakal lebih teliti lagii/Smile//Smile/ & terimakasih sudah mengingatkann/Rose//Rose/
total 1 replies
Giandra
sepandai-pandai tupai melompat suatu saat pasti akan terjatuh.siap siap kau dikebiri arka
Giandra
Alea Cinderella
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!