NovelToon NovelToon
Lihat Aku Ayah

Lihat Aku Ayah

Status: tamat
Genre:Tamat / Lari Saat Hamil / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang / Anak Yatim Piatu
Popularitas:938.4k
Nilai: 4.9
Nama Author: Yutantia 10

Mendapati keponakannya yang bernama Sisi divonis leukemia dan butuh donor sumsum tulang, Vani membulatkan tekad membawanya ke Jakarta untuk mencari ayah kandungnya.
Rani, ibu Sisi itu meninggal karena depresi, tanpa memberitahu siapa ayah dari anak itu.
Vani bekerja di tempat mantan majikan Rani untuk menguak siapa ayah kandung Sisi.
Dilan, anak majikannya itu diduga Vani sebagai ayah kandung Sisi. Dia menemukan foto pria itu dibuku diary Rani. Benarkah Dilan adalah ayah kandung Sisi? Ataukah orang lain karena ada 3 pria yang tinggal dirumah itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SISI BERHAK BAHAGIA

"Bi, kenapa Daddy gak kesini?" Sudah 3 hari ini, hanya itu yang selalu ditanyakan Sisi. Gadis kecil itu sangat merindukan daddynya. Sebenarnya bukan tak datang, hanya saja, Pak Cholis melarang Dilan masuk keruangan Sisi. Pria itu hanya bisa mondar mandir didepan ruangan Sisi dan terkadang mengintip sedikit saat pintunya terbuka. Bukan karena takut Pak Cholis akan kembali menghajarnya, dia hanya sedang menghormati keputusan Pak Cholis, yang melarang dia menemui Sisi.

"Daddy kerja, Sayang," jawab Vani sambil mengusap puncak kepala Sisi.

"Sisi kangen Daddy, kangen Opa dan Om Damian juga." Bu Mia membuang nafas kasar mendengar banyaknya orang-orang asing yang disebutkan Sisi.

"Om Damian sedang ada diluar kota. Lagi melakukan riset untuk tugas kuliahnya. Sedangkan Opa, Opa juga lagi ada diluar negeri."

"Mereka tidak sayang lagi pada Sisi?" Mata Sisi berkaca-kaca saat menanyakan itu.

Vani melihat kearah orang tuanya, bingung harus menjawab apa. Sebenarnya kemarin Pak Salim menelepon, ingin melakukan video call dengan Sisi, tapi Vani melarang, dia tak ingin Bapaknya murka.

"Mereka sayang kok sama Sisi. Saat pulang nanti, pasti langsung kesini jengukin Sisi."

Sisi memeluk boneka pemberian Dilan. Terlihat sekali kerinduan dimatanya. "Bi, boleh pinjam HP gak? Sisi pengen telepon Daddy."

"Sisi, waktunya istirahat," Bu Mia mendekati Sisi. Dia tak ingin Sisi semakin dekat dengan Dilan. "Beberapa hari lagi, Sisi kemo, jadi harus banyak istirahat sekarang."

"Sisi telepon Daddy bentar ya nek, setelah itu tidur."

Bu Mia langsung menggeleng cepat. "Tidur sekarang ya, nenek ceritain dongeng kancil."

Sementara Bu Mia mendongengi Sisi, Vani duduk disofa, sebelah Bapaknya. Selama 3 hari ini, Pak Cholis dan Bu Mia sama sekali tak meninggalkan rumah sakit.

Setelah beberapa saat hanya saling diam, Vani memberanikah diri bicara.

"Bapak kelihatan capek, Vani antar pulang ya. Istirahat sebentar dirumah."

"Rumah siapa, rumah pria itu yang kamu maksud?" Pak Cholis tersenyum simpul. Vani sudah bercerita semuanya, termasuk dia yang dipecat dan sekarang tinggal di apartemen milik Dilan. "Bapak tak sudi tinggal disana. Setelah Sisi melakukan kemo dan diizinkan pulang, kita nyari kontrakan saja. Bapak ada uang simpanan."

"Tapi kita tak hanya butuh tempat tinggal Pak, tapi juga makan. Apa tidak lebih baik uang simpanan Bapak untuk makan sehari-hari. Setelah kemo nanti, kemungkinan masih akan ada kemo lagi sebelum Sisi melakukan transplantasi steam cell. Kita masih butuh banyak uang untuk bertahan hidup di Jakarta. Apa salahnya, kita menerima bantuan Mas Dilan?"

"Kamu gak suka sama dia kan?" pertanyaan Bu Mia membuat Vani dan Pak Cholis langsung menatap kearah wanita itu. Ternyata Sisi sudah tidur, makanya Bu Mia menghampiri suami dan anaknya. "Ibu lihat, kamu dekat dengan dia. Kalian juga selalu mengobrol didepan ruangan Sisi. Ibu juga lihat, dia ngasih ATM buat kamu."

Vani kelabakan saat tahu ibunya ternyata diam-diam memperhatikannya.

"Dia ngasih ATM sama kamu?" Pak Cholis mengerutkan kening.

"Untuk keperluan Sisi, Pak," jawab Vani.

"Mentang-mentang punya uang, dia ingin membeli harga diri kita dengan uang," Pak Cholis tersenyum miring. Meski beberapa hari ini dia melihat kesungguhan Dilan, dengan tetap berada dirumah sakit meski tak diizinkan masuk, tapi tetap saja, egonya masih belum bisa menerima Dilan. Menerima dengan tangan terbuka, pria yang telah menghamili putrinya.

"Bukan seperti itu, Pak. Mas Dilan hanya ingin menunjukkan tanggung jawabnya sebagai ayah Sisi, hanya itu. Dia tak hanya memberikan uang, tapi juga perhatian dan kasih sayang pada Sisi. Sebelum kalian kesini, dia sama sekali tak mau pulang, terus menemani Sisi disini. Vani bisa melihat, kalau dia sangat menyayangi Sisi."

"Kamu terus belain dia karena cinta sama diakan?" tanya Bu Mia. "Apa kamu sudah lupa, seperti apa penderitaan Rani sampai akhirnya dia meninggal. Dan sekarang, bisa-bisanya kamu jatuh cinta pada pria itu." Kalau tidak ingat Sisi sedang tidur, Bu Mia ingin sekali berteriak, memarahi habis habisan putri bungsunya itu.

"Ini bukan masalah cinta, Bu. Tapi Vani melihat sendiri seperti apa sayangnya Mas Dilan ke Sisi. Sisi berhak bahagia Bu, dia berhak dekat dengan ayahnya dan merasakan kasih sayang."

"Dia hanya ayah biologis, secara nasab, Sisi tetap bernasabkan Rani. Dan yang lebih berhak atas Sisi, adalah kita, keluarga Rani," ujar Pak Cholis.

"Vani tahu, Pak. Tapi menjauhkan anak dari ayah kandungnya, itu bukan perbuatan yang benar. Dan sekali lagi, Sisi berhak bahagia."

"Sudahlah, Bapak malas membahasnya."

...----------------...

Heok hoek

Sisi mengalami mual efek kemoterapi yang dia jalani. Tak hanya mual muntah, dia juga kehilangan nafsu makan, membuat keluarga bingung harus membujuknya seperti apa agar Sisi mau makan.

"Sisi makan ya sayang, Nenek suapi. Kata Dokter, biar efek kemonya cepat hilang dan Sisi bisa pulang, harus mau makan."

Sisi hanya menanggapi dengan gelengan kepala.

"Nanti kalau Sisi udah boleh pulang, kita ajak nenek dan kakek ke zoo kayak dulu," rayu Vani.

"Gak mau, Sisi gak mau makan."

"Sisi mau sembuhkan, jadi harus dipaksain makan meski terasa gak enak."

"Sisi mau makan kalau disuapi Daddy."

Pak Cholis berdecak pelan. Sejak Dilan tak diperbolehkan masuk, Sisi tak pernah absen menanyakan tentang pria itu.

Vani mendekati Bapaknya lalu menggenggam tangannya. "Pak, kasihan Sisi."

Pak Cholis membuang muka, tak ingin melihat tatapan penuh permohonan dimata Vani.

"Demi Sisi, Pak."

Pak Cholis menarik nafas dalam lalu membuangnya perlahan. "Baiklah, suruh dia masuk."

1
Ryani
aghhh gagal dapat perjaka dong 🤣🤣🤣
Ryani
wahhh ambyarr dah khayalanku🤣🤣🤣 kirain anak si bokap tetnyata tetap anak dilan toh
Ryani
apakah di pisahkan sama bapaknya dilan yah??? keliatannya dilam mahh cinta beneran
Surya Hermawan
aku sangat suka
Opi Sofiyanti
🥰🥰
maria handayani
/Facepalm/
🌜melody 🌛
Lumayan
Yus Nita
tindakan yg bagus dilan.
mereka hrs menuai apa yg mereka tanam
Yus Nita
hasutan yg sepihak
tanpa tau kejelasan yg sesungguhnya ny.
kasihan Rani jd depresi gara2 ulah Ret o.
bersiap lah. karma menantiu Retno
Yus Nita
😭😭😭😭😭😭😭😭
Yus Nita
yg sabar yo...
kang Dilan..
Yus Nita
semoga Bani bisa menjelaskan kan keadaan sebenar ny tentang Rani dan Dilan kepada kedua orang tua n
Yus Nita
semoga kau depresi dan meningkat lbh parah dari pada yg di alami Rani
Retno... apa yg kau tanam itu lah yg kau tuai
Yus Nita
ini kah yg namanya ny turun Ra jang 😁😁😁
Yus Nita
siapa kah di antara ke 3 pria tersebut Ayah kandung Sisi...??
hanya Autor lah yg tau..
Yus Nita
serba lah jadi Vani
di biarin takot kena salahin di tolong takot si Dilan nyari kesempatan
Andri Riani
Kecewa
Andri Riani
Buruk
Nani Te'ne
Suka ceritanya
Wulan Unet
bener pak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!