Namaku Lakas, klan vampir dari darah murni, aku adalah seorang bangsawan dari raja vampir terkuat.
Adanya pemilihan pangeran pewaris tahta kerajaan vampir, menjadikanku salah satu kandidat utama sebagai penerus klan vampir darah murni.
Namun, aku harus menemukan cinta sejatiku dibawah cahaya bulan agar aku dapat mewarisi tahta kekaisaran vampir selanjutnya sebagai syarat utama yang telah ditetapkan oleh kaisar vampir untuk menggantikannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Ucapan Di Pagi Hari
Hari menjelang pagi, Cornelia terbangun dari tidurnya yang lelap, semalaman suntuk dia bercinta dengan Lakas, sang vampir.
Cornelia menggeliat pelan sembari mengusap kedua matanya yang masih terasa berat.
Tubuhnya terasa lemas serta kesakitan seusai dia dan Lakas bercinta.
"Uhk... ?!" keluhnya sembari menahan rasa pegal dipunggungnya, ditepuknya pelan bagian belakang tubuhnya.
Cornelia beringsut turun dari atas tubuh Lakas yang terbaring diatas lantai toko kue.
"Kepalaku terasa pening...", ucapnya sembari memijit kepalanya yang terasa pusing.
Cornelia menoleh ke arah tubuhnya yang telah dibalut oleh kemeja milik Lakas.
"Lakas...", bisiknya lembut.
Cornelia masih melihat vampir itu tertidur disisinya sedangkan waktu telah beranjak pagi.
"Uhm..., kenapa tubuhku menjadi lemas sekali... ?" bisik Cornelia.
Cornelia memijiti kepalanya yang pusing.
Lakas terbangun sembari mengerjapkan kedua matanya, terdiam sejenak lalu menoleh ke arah Cornelia.
Senyum langsung menghias sudut bibir Lakas, diulurkannya tangannya ke arah Cornelia sambil bergumam lirih.
"Cornelia...", bisiknya lembut seraya meraih tangan Cornelia.
Cornelia mengalihkan pandangannya ke arah Lakas yang tersenyum lembut kepadanya.
"Lakas tuanku...", sahutnya.
Lakas segera terjaga dari tempatnya berbaring lalu duduk didekat Cornelia sambil memandanginya.
"Selamat pagi...", sapa Lakas.
Lakas menatap tajam ke arah Cornelia, sepertinya dia tahu kalau Cornelia sedang tidak baik-baik saja sekarang.
"Apa kau baik-baik saja ?" tanyanya penuh perhatian.
Cornelia mengangguk pelan lalu tersenyum ceria.
"Umm..., iya..., aku baik-baik saja...", sahutnya. "Selamat pagi..., tuanku...", sambungnya.
Senyum cerah hadir diwajah milik Cornelia saat perempuan itu memandanginya dengan penuh rasa senang.
Lakas membalas senyuman Cornelia dengan ciuman mesra pada bibirnya.
Sesaat suasana menjadi romantis kembali seperti malam tadi.
Cornelia membalas ciuman Lakas dengan penuh perasaan, untuk pertama kalinya dia merasakan luapan hati yang bahagia.
"Cornelia...", bisik Lakas sembari mengusap bibir Cornelia.
"Hmm...", gumam Cornelia yang masih tersenyum.
"Cintaku..., kuharap kau selalu merasakan gairah ini tanpa ragu tetaplah bersamaku, Cornelia", ucap Lakas.
"Ya, tuanku...", jawab Cornelia.
"Ssst... ! Jangan panggil aku tuanku ! Kau kekasihku sekarang, panggillah aku cintamu ini dengan romantis, Cornelia !" ucap Lakas.
Lakas tak henti-hentinya menyentuhkan ujung jari-jemari tangannya ke arah bibir lembut milik Cornelia.
Dikecapnya sekali lagi bibir cantik itu dengan penuh kemesraan.
"Cornelia...", bisik Lakas.
Tatapan Lakas sangat teduh ketika menatap Cornelia, tak bosan-bosannya dia memandangi wajah yang bersinar cantik itu.
"Kau cintaku, cinta pertamaku dan cinta terakhir dalam hidupku..., tiada lagi seseorang yang kuinginkan selain dirimu Cornelia...", ucap Lakas romantis.
"Tuanku Lakas...", sahut Cornelia dengan kedua mata berbinar-binar cerah.
"Sssst... ! Jangan panggil aku lagi dengan tuanku !" ucap Lakas lalu menarik tangan Cornelia agar mendekat kepadanya.
Lakas memangku Cornelia sembari menggoyangkan tubuh mereka berdua.
"Selamat ulang tahun sayangku...", bisik Lakas ditelinga Cornelia.
Cornelia membaringkan kepalanya ke dada Lakas yang bidang telanjang lalu tertawa kecil.
"Hadiah paling terindah yang pernah kuperoleh adalah memilikimu, Lakas", sahut Cornelia.
Lakas menarik ujung dagu Cornelia hingga menghadap ke arahnya lalu dipandanginya wajah Cornelia dengan seksama.
"Dan apakah kau tidak menyesalinya karena itu, Cornelia...", ucap Lakas.
"Tidak akan pernah aku menyesalinya", sahut Cornelia dengan sorot mata sendu.
Lakas kembali tersenyum, senyumnya mengandung kerinduan yang mendalam terhadap Cornelia setelah sekian lama mereka berpisah selama sepuluh tahun.
"Aku ingin memilikimu selamanya", ucap Lakas.
"Akupun sama ingin menjadi milikmu selamanya, Lakas", sahut Cornelia.
Sinar pagi memancar masuk ke dalam ruangan toko kue, menyadarkan keduanya jika mereka masih berada didalam toko.
Cornelia beringsut turun dari pangkuan milik Lakas.
"Kita pulang ke rumah, ternyata kita masih didalam toko kue sedari semalam", ucap Cornelia.
"Yah, kau benar...", sahut Lakas.
Lakas mengalihkan pandangannya ke arah luar ruangan toko kue, tatapannya menyipit saat cahaya Matahari menerpa wajahnya.
Asap tipis keluar dari kulit Lakas ketika sinar Matahari berasal mengenai dirinya.
"Lakas..., kulitmu terbakar...", ucap Cornelia sedikit panik.
Lakas hanya tersenyum sembari menoleh ke arah kulitnya yang berasap tipis karena terkena sinar cahaya Matahari.
"Iya, akan seperti itu jika tubuhku terkena sengatan Matahari tapi akan segera hilang jika aku mengobatinya" ucap Lakas.
"Sebaiknya kau obati saja, jangan ditunda-tunda lagi", kata Cornelia.
"Haruskah itu aku lakukan ?" tanya Lakas sembari melirik ke arah Cornelia.
"Tentu saja, segeralah kau obati tubuhmu yang terkena cahaya Matahari", ucap Cornelia seraya menutupi tubuh milik Lakas dengan kemeja yang dia kenakan.
Sontak tubuh Cornelia terbuka polos sehingga tatapan Lakas langsung teralihkan ke arah Cornelia.
"Cepatlah !" ucap Cornelia.
Tampak Cornelia sangat mencemaskan keadaan Lakas sedangkan Lakas hanya memandanginya.
"Segeralah kau obati kulitmu yang terbakar itu !" ucap Cornelia.
Lakas menggeram pelan lalu mendengus cepat.
"Kenapa ? Ada yang salah dengan ucapanku ?" tanya Cornelia.
Lakas masih menggeram pelan sedangkan tatapannya menelusuri seluruh lekuk tubuh milik Cornelia.
"Lakas !" panggil Cornelia.
Lakas segera menatap tajam ke arah Cornelia lalu berkata padanya.
"Jika aku harus menyembuhkannya maka aku harus meminum darahmu lagi", kata Lakas.
Tampak gigi taring Lakas menyembul diantara geraman suaranya.
Cornelia tersentak kaget lalu terdiam tertegun.
Tak pernah dia duga akan mendengarkan jawaban seperti itu dari Lakas.
"Apa harus seperti itu ?" tanya Cornelia.
Lakas menggeram pelan lalu mendengus cepat.
"Yah...", sahutnya seraya mengangguk pelan.
"Lakas...", ucap Cornelia.
Lakas segera membuang muka, berusaha mengalihkan pikiran kotor dari benaknya jika berdekatan dengan Cornelia.
Udara pagi berhembus pelan memasuk ruangan toko kue sedangkan deru nafas Lakas kian tak menentu saat mencium aroma tubuh milik Cornelia.
Tiba-tiba Cornelia menarik pelan tubuh Lakas sehingga merapat erat ke tubuhnya.
Tubuh mereka yang sama-sama telanjang saling menempel lekat saat berdekatan.
"Lakukanlah sesuai keinginanmu !" bisik Cornelia.
Cornelia melingkarkan lengannya ke arah leher Lakas sembari menangkupkan kedua kakinya ke atas tubuh Lakas.
"Miliki aku sekarang !" ucap Cornelia seraya memeluk erat-erat tubuh Lakas.
Lakas tertegun diam, tubuhnya tegang saat Cornelia memperlakukannya intim.
Sorot matanya berubah sendu sedangkan deru nafasnya kian tak beraturan, naik-turun.
"Lakukanlah !" bisik Cornelia.
Lakas terhenyak kaget lalu menatap ke arah lain.
"Tidak disini...", sahutnya lalu mendekap erat-erat tubuh milik Cornelia kemudian segera berpindah tempat.
Sekejap saja keduanya menghilang dari arah ruangan toko kue dimana mereka berada semalaman.
Suasana toko kue berubah hening, kembali kosong setelah Lakas membawa pergi Cornelia dari tempat itu.
Udara pagi semakin dingin tetapi terasa sejuk saat menghirupnya.
Kicauan kecil dari suara burung-burung berterbangan diluar sana terdengar merdu, menambah suasana klasik di pagi hari.
Daun-daun bergerak ringan saat tertiup angin.
Taman mawar merah diluar tampak semakin cantik ketika embun pagi menempel dipermukaan kelopak bunga mawar yang bermekaran indah.
Rumah baru milik Lakas terlihat sepi.
Tidak tampak tanda-tanda aktivitas didalam sana ketika Lakas kembali pulang dengan membawa serta Cornelia bersamanya.
Lakas bergerak sangat cepat menuju kamar milik Cornelia.
Pintu kamar terbuka keras saat Lakas memasukinya sedangkan Cornelia berada dalam gendongannya.
Sorot mata yang memerah itu berkilat-kilat penuh gairah ketika Lakas membawa Cornelia ke arah ranjang tidur, diletakkannya tubuh Cornelia ke atas tempat tidur.
Lakas segera naik ke sisi Cornelia lalu membaringkan tubuhnya didekat perempuan itu.
"Tidak pagi ini...", ucap Lakas sembari berbisik lembut.
Cornelia segera memalingkan pandangannya ke arah Lakas, keningnya mengerut rapat ketika dia menatap Lakas yang ada disampingnya.
"Kenapa ?" tanyanya heran.
"Aku tahu kepalamu agak terasa pusing sekarang sebab itu aku menunda waktu mesra kita hingga malam nanti", sahut Lakas.
Lakas tersenyum kembali sembari membelai lembut rambut milik Cornelia, diciumnya kening milik perempuan yang paling dicintainya itu dengan penuh perasaan.
"Biarkan tubuhmu yang letih ini beristirahat sejenak, aku telah meminum darahmu terlalu banyak kemarin malam", ucap Lakas.
Lakas menatap mesra Cornelia yang berbaring disisinya.
"Masih ada banyak waktu bagi kita untuk melakukannya lagi, sebaiknya kau tidur sekarang, Cornelia", ucap Lakas.
Cornelia melirik ke arah dinding kamarnya.
Sebuah jam besar menempel di dinding kamar tidurnya, dan jam itu menunjukkan waktu berada di pukul enam pagi.
Cornelia segera teringat sesuatu yang penting dan harus dia lakukan pagi ini.
"Sekolah !" gumamnya cepat.
Cornelia segera bangun dari tidurnya sembari mengusap kepalanya.
"Aku harus berangkat ke sekolah pagi ini !?" ucapnya panik dan tersadar penuh.