Istri yang tak dihargai adalah sebuah kisah dari seorang wanita yang menikah dengan seorang duda beranak tiga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sulastri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang kampung
Setelah menikah siri, Hesti memutuskan untuk pulang kampung menjenguk anak laki-lakinya yang berusia 5 tahun dan selama ini dirawat oleh ibunya. Kali ini, Hesti pulang bersama Dody, memperkenalkan suaminya kepada keluarga.
Hesti dan Dody berangkat menuju kampung, membawa sedikit oleh-oleh dan hati yang penuh kerinduan. Setelah perjalanan panjang, mereka tiba di rumah ibunya Hesti. Ibunya langsung menyambut mereka dengan senyum hangat.
"Anakku! Akhirnya kamu pulang. Bagaimana kabarmu? Dan siapa ini yang bersamamu?"ibu Hesty menyambut dengan hangat
"Bu, ini Dody. Kami sudah menikah. Dia sekarang suamiku."Hesty memperkenalkan Dody
Dody membungkuk sopan sambil menyalami ibu hesty"Senang sekali bisa bertemu ibu. Terima kasih sudah menjaga anak Hesti dengan baik."
Ibu Hesti tersenyum"Selamat datang, Dody. Anak ini selalu menanyakan ibunya setiap hari. Dia pasti sangat senang melihat kamu pulang."
Hesti bergegas menemui anak laki-lakinya yang sedang bermain di halaman. Saat melihat ibunya, anak itu berlari menghampirinya dengan penuh semangat.
"Ibu! Ibu pulang!" Bocah kecil itu berlari memeluk erat Hesti
Hesti memeluk erat, menahan air mata "Iya, nak. Ibu sangat merindukanmu."
Anak laki-laki itu terus memeluk Hesti, tak melepaskannya, seakan takut ibunya akan pergi lagi. Hesti berjongkok, memandang anaknya dengan penuh kasih sayang.
"Kamu baik-baik saja nak? Nenek sudah menjagamu dengan baik?"
"Iya, Bu. Tapi aku kangen Ibu setiap hari."jawab bocah itu tak mau melepaskan pelukannya
Hesti tersenyum lembut, kemudian mengenalkan Dody kepada anaknya.
"Nak, ini Om Dody. Sekarang dia akan jadi bagian dari keluarga kita."
Dody tersenyum dan berjongkok di samping Hesti "Hai, kamu pasti anak yang kuat dan hebat."
Anak Hesti sedikit malu, tapi akhirnya mengangguk dan tersenyum kecil. Dody merasakan momen ini sebagai awal dari hubungan yang baik dengan anak Hesti.
Selama di kampung, Dody membantu Hesti dan keluarganya, dan perlahan mulai mendekatkan diri dengan anak Hesti. Sementara itu, Hesti merasa lega bisa berkumpul dengan anak dan ibunya, merasakan ketenangan setelah sekian lama.
Ibu Hesti kepada Hesti "Aku senang melihatmu kembali dengan senyuman. Aku harap kalian bisa bahagia bersama."
Hesti: "Terima kasih, Bu. Aku juga berharap begitu."
Selama beberapa hari di kampung, Hesti dan Dody semakin dekat dengan anak Hesti, dan kunjungan ini menjadi momen penting dalam mempererat hubungan mereka sebagai keluarga baru.
Setelah tiba di kampung dan memperkenalkan Dody kepada keluarganya, orang tua Hesti menyatakan kekhawatirannya tentang status pernikahan siri Hesti dan Dody. Mereka ingin agar pernikahan tersebut memiliki kekuatan hukum yang sah.
Ibu Hesti dengan nada serius "Nak, pernikahan siri mungkin cukup untuk menghindari gosip, tapi kami ingin pernikahanmu sah di mata hukum. Kami ingin yang terbaik untukmu dan anakmu."
Hesti mengangguk pelan"Iya, Bu, aku mengerti. Aku akan bicara dengan Dody tentang ini."
Hesti kemudian berbicara dengan Dody mengenai keinginan orang tuanya untuk menikah secara sah di KUA.
"Dody, orang tuaku khawatir tentang pernikahan siri kita. Mereka ingin kita menikah secara resmi di KUA, agar semuanya sah di mata hukum."kata Hesty di suatu kesempatan disaat mereka duduk berdua
Dody dengan bijak "Aku setuju, Hesti. Jika itu membuat keluargamu tenang dan memberikan perlindungan hukum, aku tak masalah."
Setelah berdiskusi, Hesti dan Dody sepakat untuk melangsungkan pernikahan resmi di KUA kampung halaman Hesti. Mereka segera mengurus berkas-berkas pernikahan dan mengikuti prosedur yang diperlukan.
Hari pernikahan tiba, dan keluarga Hesti berkumpul di KUA untuk menyaksikan momen penting tersebut. Suasana haru menyelimuti ruangan ketika akad nikah dilakukan.
Penghulu: "Dody, apakah Anda bersedia untuk menikahi Hesti dengan mahar yang telah disepakati?"
Jawab Dody tegas "Saya bersedia."
Setelah proses akad nikah selesai, Hesti dan Dody resmi menjadi suami istri di mata hukum dan agama.
Ibu Hesti: tersenyum penuh haru"Alhamdulillah, sekarang kalian sah. Semoga kalian selalu bahagia dan saling mendukung."
Hesti senyum "Terima kasih, Bu. Aku senang akhirnya ini bisa terjadi."
Pernikahan resmi ini membawa ketenangan bagi keluarga Hesti, dan Hesti serta Dody kini lebih yakin dalam menjalani kehidupan bersama. Mereka berdua merasa lebih lega dan siap menghadapi masa depan sebagai pasangan yang sah di mata hukum.