NovelToon NovelToon
Air Mata Terakhir Istri Pertama

Air Mata Terakhir Istri Pertama

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Janda / Selingkuh / Pelakor / Trauma masa lalu
Popularitas:309.4k
Nilai: 5
Nama Author: RahmaYesi.614

Lisna seorang istri penyabar dan tidak pernah mengeluh pada sang suami yang memilih menganggur sejak tahun ke tiga pernikahan mereka. Lisna dengan tulus menjadi tulang punggung keluarga.

Setelah tujuh tahun pernikahan akhirnya sang suami terhasut omongan ibunya yang menjodohkannya dengan seorang janda kaya raya. Dia pun menikahi janda itu atas persetujuan Lisna. Karena memang Lisna tidak bisa memberikan suaminya keturunan.

Namun istri kedua ternyata berhati jahat. Dia memfitnah Lisna dengan mengedit foto seakan Lisna sedang bermesraan dengan pria lain. Lagi lagi suaminya terhasut dan tanpa sadar memukul Lisna bahkan sampai menceraikan Lisna tanpa memberi kesempatan Lisna untuk menjelaskan.

"Aku pastikan ini adalah air mata terakhirku sebagai istri pertama kamu, mas Fauzi." Ujarnya sambil menghapus sisa air mata dipipinya.

Bagaimana kisah selanjutnya?
Saksikan di serial novel 'Air Mata Terakhir Istri Pertama'

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RahmaYesi.614, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pemaksaan?!

Mobil El melaju kencang berpacu dengan kendaraan lainnya. Tujuan utamanya menuju rumah mamanya untuk membawa Lisna menemui mamanya.

"Ini, El."

Lisna tiba tiba mengulurkan amplop coklat berisi uang sebanyak dua juta untuk membayar cicilan motor barunya pada Elang.

"Apa ini kak?"

"Uang cicilan motor. Aku tahu kamu membelikan motor baru untukku." Ujanya sambil meletakkan amplop itu di depan setir mobil Elang.

"Kenapa sih kakak selalu menolak bantuan dari aku sama mama?"

Lisna tidak langsung menjawab pertanyaan Elang, dia malah menatap ke luar mobil.

"Karena aku tidak pantas untuk mendapatkan bantuan dari kalian. Dan aku tidak suka dikasihani."

"Kak, aku sama mama tulus kok membantu kakak. Bukan karena kasihan..."

"Jika bukan karena kasihan, lantas karena apa, El? Memangnya siapa aku untuk mendapat bantuan dari orang orang seperti kalian."

Pernyataan Lisna barusan membuat El menghela napas. Apa yang mamanya katakan memang benar, lambat laun Lisna akan curiga dengan kebaikan mereka padanya.

"Sebenarnya apa yang kalian inginkan dariku, El? Oh atau ada hal lain yang mungkin kalian lakukan padaku di masa lalu, sehingga kalian merasa bertanggung jawab padaku?" Lisna mulai menerka nerka.

"Tidak ada hal seperti itu, kak. Aku sama mama hanya tulus ingin memberikan bantuan pada kak Lisna." Jawab El sedikit ragu.

"Terserah kalian. Selama aku tidak menerima bantuan kalian secara cuma cuma, sudah cukup bagiku."

Sejenak suasana menjadi hening. Hanya terdengar suara kendaraan yang saling berbacu di jalan raya itu.

Lalu tiba tiba suara dering handphone Elang memecah suasana hening itu. Segera saja Elang menjawab panggilan dari salah satu teman tim bermain sepak bola-nya.

"Halo bro!" Jawabnya santai.

"Main malam ini? Jam berapa.."

Sebentar El tampak melihat jam yang melingkar di lengan tangannya.

"Oke, gue kesana sekarang. Eh tapi, lawan kita tim mana, bro?"

Elang tampak manggut manggut sambil sedikit tersenyum. Diam diam Lisna melirik wajah El yang tampak mempesona saat tersenyum seperti itu.

*Astaghfirullah, Lisna. Sadar diri. Kamu itu istri orang. Lagian ngapain sih merhatiin senyum bocah ingusan ini.*

Lisna merutuki dirinya sendiri didalam hatinya.

"Oke, sip. Gue kesana sekarang."

Panggilan berakhir. El melihat kearah Lisna yang kebetulan juga menoleh padanya.

"Ada apa, El?"

"Mmm, maaf ya kak. Sepertinya bertemu mama di tunda dulu."

"Loh kenapa?"

Lisna pura pura kecewa, padahal dia bahagia karena batal menemui tante Nita-nya itu.

"Aku ada pertandingan bola setengah jam lagi."

"Ya sudah. Kalau begitu turunkan aku disini saja. Aku bisa pulang naik taksi." Tutur Lisna yang sudah siap menyandang satu tali tas ranselnya.

"Kakak temani aku tanding bola."

Kening Lisna mengkerut mendengar ucapan bocah itu.

"Kamu gila ya El."

"Loh kok kakak mengatai aku gila, padahal aku cuma ngajak kakak nonton aku tanding bola saja, kan?"

"Karena itulah kamu gila, Elang. Kamu tahu, aku ini istri orang. Sekarang sudah jam sembilan malam. Kalau nonton kamu tanding, terus aku pulang jam berapa? Tidak baik istri pulang larut malam, terlebih aku tidak pamit sama suamiku, El." Tutur Lisna menjelaskan pada Elang, berharap bocah itu akan mengerti.

"Ayolah kak, temani aku main bola. Sekali ini saja, kak. Ya ya ya ya ya…" Rengeknya dengan raut wajah memelas.

"Tidak Elang."

"Kakak. Ayok dong temani aku tanding sekali ini saja. Please!!"

"No."

Elang mendengus kesal. Raut wajahnya tampak sangat kecewa. Lisna jadi merasa tidak enak hati.

"El, orang orang akan berpikiran negatif tentang aku saat aku nanti pulang larut malam dan diantar sama laki laki lain. Aku hanya mencoba menjaga harga diriku sebagai wanita yang sudah bersuami." Jelasnya dengan nada bicara yang lebih lembut dari sebelumnya.

"Kenapa harus takut dengan sangkaan orang lain. Toh aku ini adiknya kak Lisna, bukan? Ya kalau nanti suami kak Lisna curiga, kakak tinggal jawab saja bahwa Elang bocah ingusan ini adik angkatnya kak Lisna. Gampangkan." Ujar Elang.

"Tetap tidak Elang. Turunkan aku sekarang!" Tegas Lisna.

"Kak Lisna diam diam menyukai aku ya?"

Mata Lisna menyipit, alisnya hampir menyatu saat mendengar pertanyaan Elang barusan.

"Apa apaan kamu Elang."

"Ya kalau kakak tidak punya rasa apapun padaku, harusnya kakak bisa santai saja, kan. Anggap saja aku adik angkatnya kak Lisna. Masalah selesai."

Lisna malas berdebat dengan Elang yang semakin kesana semakin kesini. Hingga akhirnya dia mengangguk setuju.

"Benaran kak?" Tanya Elang sekali lagi.

"Iya, kakak temani adik El tanding bola." Jawab Lisna sambil mengantapkan gerahamnya.

"Asyiiikkk adik El ditemani tanding bola sama kak Lisna." Goda El mengulangi kata kata manis dari Lisna meski El tahu Lisna mengatakan itu dengan terpaksa.

Sepanjang perjalanan menuju gedung olah raga tempat El bertanding bola, senyum sumringah tidak pernah hilang dari wajahnya. Dia bahagia karena nanti saat tanding di tonton langsung oleh Lisna.

Akhirnya mereka tiba di gedung itu. Sebelum keluar mobil, Lisna meminta masker. Dia merasa perlu menutup setengah wajahnya.

"El, ada masker nggak?"

"Ada. Tapi seperti ini.."

Elang mengulurkan masker biasa yang talinya harus dikaitkan ke telinga. Sementara Lisna berhijab, jadi telinganya tertutup oleh kain jilbabnya.

"Kamu punya kabel atau tali?" Tanya Lisna.

"Tidak. Ee tapi kak Lisna bisa memakai masker ini, buka saja dulu jilbab kakak." Ujar Elang yang berhasil membuatnya mendapat tatapan tajam dari Lisna.

"Maksudku, kakak bisa melepas jilbab sebentar untuk memakai masker itu. Aku akan keluar lebih dulu." Lanjut El menjelaskan.

Segera saja Elang keluar lebih dulu dari mobil. Lalu dia berdiri membelakangi mobilnya. Saat itulah Lisna turun dari kursi. Dia berjongkok di lantai mobil, agar kepalanya tidak terlihat oleh orang dari luar sana. Dia melepas jarum penyatu jilbabnya, lalu mengaitkan tali masker ke masing masing telinganya. Setelah itu dia merapikan kembali jilbabnya dan segera turun dari mobil untuk menyusul Elang.

"Sudah?" Tanya Elang saat Lisna sudah berdiri di sampingnya.

Lisna hanya mengangguk.

"Ya sudah, yok kita masuk."

Elang melangkah lebih dulu memasuki gedung olah raga itu. Lisna mengekor dibelakangnya dengan menundukkan kepalanya, khawatir mungkin ada orang yang mengenalnya. Dia takut disalah pahami yang akhirnya berakibat fatal, jika sampai dituduh selingkuh oleh suaminya.

"Hai bro.." Sapa teman teman Elang.

Mereka menyambut Elang dengan sangat senang. Tentu saja beberapa diantara teman satu tim Elang juga membawa pasangan mereka. Dan Elang memperkenalkan Lisna pada mereka sebagai kakaknya

"Guys ini kakak gue. Namanya kak Lisna."

"Halo kak Lisna." Sapa mereka dengan ramah.

"Hai." Jawab Lisna singkat sambil tersenyum dibalik maskernya

Setelah perkenalan itu. Elang pun meninggalkan Lisna bersama pacar pacar dari teman satu timnya itu.

"Kakak duduk manis di sini, aku mau tanding dulu. Doakan adik kakak yang ganteng ini menang. Oke." Bisik Elang pada Lisna sebelum akhirnya dia pergi menuju lapangan bola kaki karena pertandingannya akan segera di mulai.

Dan Lisna, dia tidak menonton permainan itu dengan fokus. Karena fokusnya terganggu dengan kiriman foto foto liburan Wulan dan Fauzi di Bali. Yang mengirim foto foto itu adalah adik iparnya Fitri.

1
Ulya Hermansyah
aaaammmmpuuun daah/Drowsy/
Ulya Hermansyah
g krja sok sok an nikah lagi,realistis dooong.
Evy
kenapa meninggal Thor.. walaupun tak bersama Lisna seharusnya Erwin juga bisa bahagia dan sembuh dari penyakitnya..
Evy
Karena selalu berdoa minta sabar...maka Allah memberikan cobaan yang memang membutuhkan kesabaran yang extra tinggi..
Evy
Ada ya suami yang modelan seperti itu..
uh..ampun dah..
Dessy Christianti
Luar biasa
Soritua Silalahi
jgn pernah menghina seseorang yg blm bisa hamil Krn kamu ga tau kedepannya hidupmu seperti apa
Handayani sutani
ada ya istri kaya lisnaa di dunia nyataa
guntur 1609
bagus tuh lisna. movr on dari keluarga toxic yg gak tahu diri
guntur 1609
gak usah diladeni org sepwrti meteka lisna
biarkan metrka berusaha dengan keangkuhanya dulu
Neulis Saja
try again Lio, don't be afraid to try ✊
Neulis Saja
reader are moved
Neulis Saja
next
Neulis Saja
forever happy 🙏
Neulis Saja
sepertinya harta segalanya buat Fitri sehingga memilih saudagar kaya betusyti empat selamatlah fitri
Neulis Saja
lisna, finnaly you are pregnant
Neulis Saja
ya akhirnya akan mempermalukan diri sendiri disti
Neulis Saja
next 😀
Neulis Saja
niat jahat itu tak kan abadi, satu saat akan ketahuan juga
Neulis Saja
congratulations to both of you 🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!