Quinevere King Neutron, putri Nathan Ace Neutron bersama dengan Clementine Elouise King, kini sudah tumbuh menjadi seorang gadis dengan kepribadian yang kuat. Tak hanya menjadi putri seorang mantan mafia, tapi ia juga menjadi cucu angkat dari mafia bernama Bone. Hidup yang lebih dari cukup, tak membuatnya sombong, justru ia hidup mandiri dengan menyembunyikan asal usulnya. Quin tak pernah takut apapun karena ia sudah banyak belajar dari pengalaman kedua orang tuanya. Ia tak ingin menjadi pribadi yang lemah, apalagi lemah hanya karena cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NILAI SEMPURNA
Suasana tampak ramai di universitas. Hal itu dikarenakan hari ini merupakan puncak acara kelulusan dari para mahasiswa dan mahasiswi yang telah menyelesaikan studi mereka. Toga yang terpasang di tubuh mereka, menandakan betapa mereka begitu bangga pada diri mereka karena bisa menyelesaikan studi hingga akhir.
Para orang tua juga terlihat mengenakan pakaian resmi mereka dan kini sudah berada di dalam ruang serbaguna. Kursi-kursi sudah disusun sedemikian rupa dan pintu pun terbuka, di mana para mahasiswa dan mahasiswi masuk ke dalam ruangan tersebut secara teratur, disaksikan oleh para orang tua.
Tampak kedua orang tua Elon duduk di barisan terdepan. Meskipun Perusahaan Bush sedang dalam masalah, tapi George tetap datang ke sana karena ia merupakan salah satu orang berpengaruh di universitas tersebut.
Anya dengan mengangkat kepalanya, bangga dengan dirinya sendiri. Ia merasa menjadi wanita paling luar biasa di dalam ruangan tersebut. Ia tak ingin menampakkan bahwa saat ini masalah tengah mendera perusahaan dan suaminya sudah berbicara pada dirinya untuk mengurangi pemakaian uang untuk sementara waktu. Sungguh hal yang sangat sulit san tak mungkin, apalagi dengan kehidupan sosialita yang ia jalani.
Ia menatap sekeliling, memperhatikan setiap orang, hingga matanya menangkap sosok yang ia tahu melebihi dirinya, baik dari status maupun kekayaan.
“Dad, mengapa Tuan Neutron ada di sini?” tanya Anya dengan setengah berbisik dengan suaminya.
George berdecak karena istrinya itu sepertinya punya rasa ingin tahu yang terlalu besar.
“Aku tidak tahu, mungkin mereka memiliki anak yang kuliah di sini,” jawab George sekenanya.
“Aduhhh mengapa aku tidak tahu? Aku tahu mereka punya putri, seharusnya aku menikahkan Elon dengan putri mereka saja. Dengan begitu kita akan langsung menjadi bangsawan,” kata Anya yang mulai berangan-angan.
“Bisakah kamu diam? Putra kita sudah menikah,” kata George mengingatkan.
Anya berdecak, “aku merasa salah menikahkan Elon dengan Gisel. Baru acara resepsi saja, wanita itu sudah membawa kesialan dalam keluarga kita. Saham perusahaan langsung jatuh, hingga membuatmu membatasi jatah bulananku.”
George menarik nafas dalam. Ingin sekali ia menyumpal mulut istrinya itu, apalagi kepalanya saat ini sedang dipenuhi dengan bagaimana mengatasi masalah perusahaan yang belum ia ketahui jalan keluarnya. Ia tak mau perusahaan yang ia dapatkan, hancur begitu saja. Bisa sia-sia semua usahanya selama ini.
“Diamlah!” kata George pelan meski penuh penekanan.
Anya kembali berdecak lalu menatap ke depan karena acara akan segera dimulai. Namun, sesekali ia melirik ke arah pasangan Neutron yang terlihat begitu romantis, membuatnya iri.
Apa aku harus menggoda Tuan Neutron? Ku rasa aku masih cantik dan body-ku lebih wow daripada istrinya. - batin Anya sambil tersenyum tipis. Di kepalanya mulai tersusun rencana yang hanya dirinya saja yang tahu.
Sementara itu, Quin memicingkan mata saat melihat keberadaan kedua orang tuanya. Ia menghela nafas pelan karena tak menyangka jika hari ini akan tiba juga, hari di mana jati dirinya akan ketahuan.
***
Gisella yang berada di Mansion keluarganya pun mendapatkan nasihat dari kedua orang tuanya.
“Kalian berpisah saja!” ujar Meddy, Mommy Gisella.
“Benar, tak ada gunanya lagi kalian bersama. Seharusnya pernikahan kemarin dibatalkan saja,” Andrew, Daddy Gisella pun menyahut.
“Mom, Dad!” Gisella seakan tak terima dengan pernyataan kedua orang tuanya.
“Kamu menikah dengannya karena kerja sama bisnis antara Bush dengan Austen. Dad tidak mau kehancuran keluarganya juga turut menghancurkan kita. Sebaiknya berpisah saja.”
“Tapi, Dad … aku …,” Gisella menjeda ucapannya, “Aku hamil.”
Duarrrr
Seakan bom yang meledak di dalam diri kedua orang tua Gisella ketika mendengar bahwa putri mereka tengah berbadan dua. Gisella baru menikah kemarin dan ia sudah hamil, itu berarti …
“Arghhh!!!” teriak Andrew tak percaya dengan apa yang ia dengar.
Sementara Meddy menatap ke arah putrinya tak percaya. Ia menyangka belum terjadi apa-apa di antara keduanya karena ia memang langsung membawa Gisella pulang ke Mansion mereka, meski awalnya mereka sudah berada di dalam kamar hotel.
Flashback On
“Dad, kita harus membawa Gisella pulang,” ajak Meddy.
“Kamu benar. Saham perusahaan Bush anjlok luar biasa, ku rasa akan sulit sekali bagi mereka untuk bangkit. Kalau kita memiliki hubungan dengan mereka, bisa dipastikan kita akan selalu disangkut-pautkan.”
“Kita langsung ke kamar mereka saja.”
Andrew dan Meddy pun bergegas pergi menuju kamar di mana putri mereka berada. Gisella membuka pintu dan tampak kedua orang tuanya.
“Mengapa kamu menangis?” tanya Meddy, “dan mana Elon?”
Gisella menangis sesengukan sambil memeluk Mommynya, “E-elon pergi, Mom. Ia meninggalkan aku sendiri di sini.”
Panas-lah hati Andrew mendengar hal itu dan semakin bertambahlah keyakinannya untuk membatalkan pernikahan putrinya dengan Elon Bush.
“Kita pulang,” ajak Andrew.
Flashback Off
“Kapan kamu mengetahui bahwa dirimu hamil?” tanya Meddy.
Gisella masih menunduk. Ia tahu bahwa ia telah melakukan kesalahan. Kedua orang tuanya sudah pernah menasihatinya, untuk selalu menjaga dirinya. Namun, saat ia melihat Elon, ia menjadi egois dan ingin Elon terua berada di sampingnya. Oleh karena itulah ia memberikan miliknya pada Elon.
“D-dua minggu yang la-lu,” jawab Gisella.
“Lalu mengapa kamu tak memberitahu Mommy?”
“A-aku ….,” Gisella kembali menangis. Semalam, ketika ia baru saja ingin memberitahu kabar bahagia itu pada Elon, sebagai hadiah malam pertama mereka, Elon malah membentaknya, lalu meninggalkannya begitu saja.
“Gugurkan bayi itu!”
“Dad …,” Meddy juga syok mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya.
Ucapan Daddy-nya membuat dadda Gisella bergemuruh. Bagaimana bisa Daddy-nya berkata seperti itu, sementara bagi Gisella, janin yang ada dalam kandungannya adalah pengikat dirinya dengan Elon.
“Tidak! Aku tidak mau!” Gisella menutup kedua telinganya, sebelum akhirnya ia tak sadarkan diri.
***
George Bush kini tengah berdiri di panggung besar di ruang serbaguna universitas. Ia memberikan beberapa kata sambutan, serta ucapan terima kasih karena para dosen sudah menjaga Elon dengan sangat baik. Ia juga mengucapkan selamat untuk seluruh mahasiswa dan mahasiswi di sana.
Hingga tiba saatnya untuk memberikan beasiswa dan penghargaan bagi beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang meraih nilai terbaik, yakni beasiswa penuh dan beasiswa sebagian.
“Dan tahun ini, kita mendapatkan satu orang yang berhasil mendapatkan nilai sempurna dan berhak mendapatkan beasiswa penuh program master di negara pilihan, Quin, silakan naik ke atas panggung.”
Dosen tersebut tersenyum saat menyebut nama mahasiswi kesayangannya. Sebuah proyektor besar menayangkan wajah Quin dan juga nilai-nilai yang ia dapatkan. Tepuk tangan dari para mahasiswa dan para orang tua pun mengiringi langkahnya.
Quin melangkah ke depan, kemudian naik ke atas panggung. Wajahnya mengarah pada kedua orang tuanya kemudian tersenyum.
Setelah ini dia akan malu, orang tua miskinnya akan terpajang di atas panggung dan akan menjadi bully-an. - batin Anya tertawa tipis. Ia bisa membayangkan bagaimana malu-nya Quin nanti.
“Untuk orang tua dari Quinevere King Neutron, diharapkan naik ke atas panggung. Tuan Nathan Ace Neutron dan Nyonya Elouise King.”
“Mereka?”
🌹🌹🌹