Raya, Jenny, Nabilla, dan Zaidan. Keempat gadis yang di sangat berpengaruh di salah satu sekolah favorit satu kota atau bisa dibilang most wanted SMA Wijayakusuma.
Selain itu mereka juga di kelilingi empat lelaki tampan yang sama berpengaruh seperti mereka. Karvian, Agam, Haiden, dan Dio.
Atau bagi anak SMAWI mereka memanggil kedelapannya adalah Spooky yang artinya seram. Karena mereka memiliki jabatan yang tinggi di sekolahnya.
Tentu hidup tanpa musuh seakan-akan tidak sempurna. Mereka pun memiliki musuh dari sekolah lain dimana sekolah tersebut satu yayasan sama dengan mereka. Hanya logo sekolah yang membedakan dari kedua sekolah tersebut.
SMA Rajawali dan musuh mereka adalah Geng besar di kotanya yaitu Swart. Reza, Kris, Aldeo, dan Nathan. Empat inti dari geng Swart dan most wanted SMAJA.
Selain itu ada Kayla, Silfi, Adel, dan Sella yang selalu mencari ribut setiap hari kepada keempat gadis dari SMAWI.
Dan bagaimana jika tiba-tiba SMAJA dipindahkan ke sekolah SMAWI?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon oreonaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13 : Have a Whack At
Bel istirahat berbunyi. Para guru pun mengakhiri pembelajaran dan melenggang keluar menuju ke ruang guru.
Koridor kelas ramai dengan anak-anak yang berlari menuju ke kantin serta nongkrong di kursi depan kelas yang memang disediakan.
Seperti keempat gadis yang entah sedang apa, mereka hanya duduk diam di kursi depan kelas dengan melakukan hal-hal yang dibuat kebingungan siswa siswi yang lewat.
Zai yang bengong sembari menyenderkan tangannya pada tongkat pel. Jenny yang membuka jendela yang menghadap ke lapangan dengan lebar dan membelakanginya. Raya yang menutup matanya sembari memegangi sapu serta serokan sampah Dan yang terakhir Billa duduk di pinggiran kursi dengan tangan terbalut sarung tangan karena sehabis membuah sampah di depannya saja ada tong sampah kelas yang sudah bersih.
“Capek!” Lirih Jenny merenggangkan otot-otot tangannya membalikkan tubuhnya dan menatap luar jendela.
“Pak Anggoro kalau kasih hukuman gak main-main emang.” Ujar Zai. Billa mengangguk menyetujui sembari membuka sarung tangan dan membuangnya di tong sampah yang sudah bersih dan sudah ia ganti plastik baru.
“Ke kantin yuk.” Kata Jenny menatap ketiganya di sebelahnya.
Raya mengangguk menyetujui, menyimpan sapu, serokan sampah serta pel kepada kelasnya. Mereka berempat mengembalikan alat-alat kebersihan milik kelas Raya.
“Kuy.”
Mereka pun langsung berjalan menuju ke kantin yang ramai dengan anak Wijayakusuma saja.
“Duduk di sana aja.” Tunjuk Billa pada kursi belakang. Jenny mengangguk dan menggandeng Raya untuk ke sana diikuti oleh Zai serta Billa.
Baru saja keempatnya duduk, ada suara yang mengagetkan mereka berempat.
“HEH!”
Keempatnya terlonjak kaget dan siap-siap memarahi sang pelaku.
“Dio asu!” Umpat Zai menatap sengit Dio.
“Eh! Gak boleh gitu jadi cewek, Zai.” Saut Aiden. Mengambil tempat duduk di sebelah Billa.
“Cewek jadi-jadian, iya.” Gumam Agam yang dapat di dengar oleh Zai. Ia mulai duduk di sebelah Aiden.
Zai membelalakkan matanya, ia berdiri menatap taja Agam. “Lo ngajak tawuran bilang. Sabi gue, yok di mana!” Hardik Zai sembari menggulung lengan seragam.
“Diem.”
Ketujuhnya tersentak kaget apalagi Zai yang langsung dijejalkannya roti pada mulut Zai karena tidak dapat diam sedari tadi.
“Brengsek ya Lo!” Ujar Zai tidak jelas. Zai fokus mengunyah makanan di mulutnya agar tidak tersedak saat ia menelannya. Ia kembali duduk dengan tenang.
“Makan dulu yang bener, beb.” Kata Dio yang hanya dibalas tatapan tajam Zai. Zai sudah memberi ancang-ancang untuk melemparkan botol saus kepada Dio tetapi terhalang oleh Agam karena Dio bersembunyi dibalik tubuh Agam.
“Wah! Si bos dari tadi ilang tiba-tiba kasih makanan sebelum kita pesen. Gratis kan ini?” Aiden menatap lapar pada makanan di hadapannya.
“Kalau gratisan aja gercep ya.” Sindir Billa. Aiden mengangguk antusias, “Iya dong harus namanya juga kebutuhan tapi kalau neng Billa mau di gercepin, aa Aiden siap kok.” Balas Aiden dengan gombalan tak bermutunya serta wajah tengilnya itu.
“Haram.” Balas Billa acuh. Ia mulai memakan makanan di depannya.
Vian sang pelaku atas kdptn (Kekerasan dalam pertemanan) kepada Zai serta sang pelaku pembawa makanan gratis. Menatap malas kedua manusia berbeda jenis kelamin ini. Ia masih berdiri karena tadi ia sempat membayar terlebih dahulu makanan lainnya. Dengan tidak adanya belas kasih, Vian mendorong pelan Jenny agar bergeser tempat duduknya.
Jenny sempat hampir jatuh kalau saja Agam tidak gesit pindah tempat duduk di sebelah Jenny dan menahan Jenny.
“Sumpah ya, Vian ada masalah apa sih sama gue? Kalau tadi bener jatuh, gue suruh ganti rugi Lo.” Desis Jenny tidak terima.
Vian menatap acuh dan duduk di sebelah Raya yang tadi diduduki oleh Jenny. Raya hanya cuek mulai memakan bakso di hadapannya. Ternyata Vian tidak memesan satu menu saja, ada bakso, nasi goreng dan gorengan.
“Astaga, ganti rugi apaan. Jatuh lecet obati udah kelar.” Ujar Aiden dengan mulut penuh nasi goreng. Billa menatap jijik Aiden. Kalau bukan ini makanan gratis sudah hilang mood makannya gara-gara liat Aiden.
“Lo gak tau aja, Den. Kulit Jenny itu bak porselen yang harus hati-hati. Lecet sedikit aja, paniknya udah kayak mau bunuh diri.” Kata Dio menatap Jenny dengan tatapan tengilnya.
“Udah deh Lo item kulitnya diem. Burik, jelek, bego juga jadi diem aja.” Saut Billa tenang sembari memakan makanan dengan santai.
“Ya Tuhan, omongan mu mak jleb kena hati banget.” Dio memegangi hatinya dramatis. Dalam hati Dio mengucapkan kata-kata sabar karena omongan Billa memang mengena banget.
“Billa mah sekali omong memang fakta.” Setuju Aiden dengan kata-kata Billa. “Asu, Lo gak belain gue malah ikutan!” Marah Dio.
“Lah! Ngapain gue bela elo? Gak mutu.”
“OH GITU?! OKE, KITA NDAK TEMEN LAGI! AWAS LO KALAU BUTUH BANTUAN SAMA GUE.” Kata Dio kesal. Aiden menyengir, “Eh! Jangan gitu dong Dio. Lo kan temen gue.”
“Jingin giti ding Dii. Li kin timin gii, basi!!”
“Makan tinggal makan, bacot mulu dari tadi.” Sindir Raya yang sedari tadi diam.
Dio membalas dengan tatapan tajam kepada Aiden yang masih menatapnya dengan menyengir. Jenny sudah cekikikan sedari tadi, awalnya ingin marah kepada Dio tapi tak jadi karena sudah tergantikan bahan ejekan. Tempat duduknya pun sudah pindah, ia duduk dibelah kanan Raya dengan Agam yang duduk di sampingnya.
“Udah-udah makan aja, mumpung pak bos lagi baik hati traktir.” Lerai Zai dengan mulut penuh makanan.
Mereka berakhir memakan dengan tenang. Kantin tetap ramai dan semakin ramai. Sampai di mana kantin yang semula ramai sedikit demi sedikit mulai hening dikarenakan anak Rajawali yang sudah memasuki area kantin. Bertepatan dengan seorang yang mendekati meja Billa dan kawan-kawan.
“Hey, kita boleh gabung?”
Zai menatap tidak suka, “Lah! Duduk di meja lain kan bisa.” Ujarnya dengan nada yang ketara tidak suka kehadiran mereka. Meskipun hanya mereka berempat tidak dengan si Mak lampir.
Oknum yang dimaksud adalah Reza dan kawan-kawan. Yang meminta izin tadi adalah Nathan. Lelaki itu yang tadinya tidak mau melakukan hal ini karena gengsinya sangat tinggi itu merasa kesal. Nathan menatap tajam Zai dan dibalas tatapan tajam Zai juga. Al yang menyadari hal itu pun menengahi.
“Meja lain penuh.”
Raya mengamati sekitar, memang benar meja lainnya penuh. Dan juga banyak yang mengumpat dalam hati karena tidak suka dengan kehadiran anak Rajawali yang merusak suasana.
Kapan telinga gue denger kata-kata baik? Buruk muluk dari tadi.
“Duduk tinggal duduk.” Kata Raya.
Zai mendelik tidak terima, “Tidak bisa gitu dong, Ray.”
Raya mengangguk, “Bisa kok, gak denger kata kepala sekolah kemarin? Meja lain juga beneran penuh.” Balas Raya dengan tenang.
“Lo kayak gak suka kita duduk di sini.” Ujar Nathan.
“Emang gak suka! Kenapa? Senep gue liat wajah Lo.” Balas Zai.
Nathan mendengus, memilih tidak meladeni kembali dan duduk dengan tenang. Reza, Kris dan Al pun duduk setelah diberikan izin. Meskipun begitu, tatapan dari Vian, Agam, Aiden dan Dio mengarah pada mereka berempat dengan tajam. Billa menepuk pundak Zai untuk menenangkan. Jenny tidak memedulikan ia memfokuskan pada makanannya serta Raya yang kembali makan.
Al dan Reza duduk di sebelah Vian sedangkan Nathan dan Kris duduk di depan Reza serta Al bersebelahan dengan Zai dan Billa.
“Anak SMK 41 pengen nyerang.” Celetuk Reza to the point menoleh menatap Vian yang berada di sebelahnya.
Vian menghentikan gerakan makannya. Mengernyit tidak mengerti, menoleh mantap Reza yang menatapnya. “Maksud Lo apa?” Tanyanya sedikit ada nada tidak suka.
“Lo pasti tahu apa gue maksud.” Ujarnya sedikit melirik ke arah Raya yang dengan tenang memakan makanannya.
“Kita Cuma mau minta kerja sama aja. Kalau sewaktu-waktu anak SMK 41 nyerang SMA ini kita bisa lawan mereka sama-sama.” Ujar Kris.
“SMK 41? Lo pada mau tawuran di sekolah ini? Maksudnya? Gue gak terima ya, SMA Wijayakusuma gak pernah tawuran. Kalau Lo pada mau tawuran di sekolah mending di sekolah Lo aja!!” Kata Jenny.
SMA Wijayakusuma memang tidak ada catatan geng atau masuk ke dalam berita tawuran para murid. Murid disini dikenal dengan kepribadian yang sangat baik. Dari itu banyak murid yang tidak suka dengan itu. Banyak musuh Wijayakusuma sebenarnya tetapi dengan pintar siswa siswi Wijayakusuma selalu membangun SMA ini agar dikenal paling baik. Uang dan kuasa adalah nomor satunya.
“Bukan gitu maksud gue, Jen.” Kris membasahi bibirnya yang kering, menatap Vian yang menatapnya. “Lo pasti ngerti.”
“SMK 41 berencana ingin menyerang SMA Wijayakusuma tapi entah kapan. Lebih tepatnya geng Sparrow yang ingin mencari masalah. Karena sekarang kita sekolah di sini, mau enggak mau ya kita harus lindungi sekolah ini. Maka dari itu kita bicara sama kalian buat kerja sama.” Jelas Aldeo. Jengah karena teman-temannya tidak langsung menjelaskan.
“Sparrow? Yang ketuanya Gabriel, si cunguk gak tau diri itu?” Tanya Dio mengernyit heran. Nathan mengangguk sebagai tanda jawaban.
“Lo dapet info dari mana?” Tanya Agam.
“Gue di chat sama Gabriel, disuruh ke temuan dan dia bilang sendiri bakalan nyerang ke SMA Wijayakusuma.” Jawab Reza.
“Sparrow emang suka cari gara-gara emang. Gue masih punya dendam sama tu anak.” Sulut Aiden. Masih ingatkah, saat Raya, Jenny, Zai dan Billa ribut dengan Kayla and the geng. Saat itu Aiden, Dio dan Agam tidak ada dikarenakan mereka memang berniat membolos.
Tetapi saat di jalan mereka bertiga di hadang oleh anak Sparrow. Mereka berantem dan jotos-jotosan. Dan saat itu pula polisi lewat, mereka ketahuan bertengkar di tengah jalan meskipun jalan sepi dan tidak ada orang yang lewat.
Mereka kabur sebelum tertangkap dan tidak menyelesaikan perkelahian ini. Agam dan Dio dapat dengan cepat kabur sedangkan Aiden ia kesusahan karena motornya sempat di rusak oleh anak Sparrow. Tetapi untungnya Aiden dapat selamat dari kejaran polisi itu.
“Udah gitu, emak gue marah-marah lagi di rumah gara-gara liat gue babak belur. Dikira gue ikut geng-gengan padahal kan gue anak baik hati, rajin menabung dan tidak sombong. Mana ada sejarahnya seorang Aiden anak keluarga Wisnu masuk geng. Bisa-bisa gue di gorok sama kakek gue.” Kata Aiden, menceritakan keluh kesah dengan wajah sedih.
Billa di samping menatap risih Aiden, “Gak usah sok melas deh, wajah Lo malah jadi horor.”
Aiden mendelik, ingin melow tetapi hilang setelah Billa berbicara seperti itu. “Lo dari tadi ada masalah apa sih sama gue? Kayaknya julid muluk dari tadi.”
“Biasa penyakitnya kambuh.” Ujar Zai. Aiden mendengus kesal.
“Jadi intinya?” Tanya Jenny. Ia tidak paham pembicaraan para lelaki ini.
“Kami setuju.” Saut Raya memotong ucapan yang mau di keluarkan oleh Al. Raya meletakkan sendok-nya menatap Reza serta Vian yang menatapnya.
“Ini masalah sekolah kita, jadi untuk melindungi kita harus ikut serta bukan? Popularitas masih harus kita junjung.” Kata Raya dengan senyum miring. “Bukankah begitu Kak Eza?” Lanjutnya.
Reza tersentak kaget. Eza? Bukankah itu nama kecilnya? Kenapa Raya tahu nama kecilnya? Apakah?