NovelToon NovelToon
Khianat Cinta

Khianat Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:500k
Nilai: 5
Nama Author: nurselah

Samara wanita yang bergelar Sarjana Ekonomi, terpaksa menjadi seorang pembantu, karena ia tidak bisa meninggalkan ketiga buah hatinya yang masih kecil. Samara mau melakukan pekerjaan apapun yang penting halal, dan ia juga bekerja keras demi menghidupi, kondisi keuangan suaminya yang sedang berada di bawah.

Akan tetapi pekerjaannya saat ini.
Bisa mengetahui kebohongan yang selama ini suaminya tutupi.

Suami yang selama ini ia cintai, telah berkhianat dan membagikan rasa cintanya kepada perempuan lain.

Akankah Samara bertahan dengan suaminya, atau memilih mengakhiri rumah tangganya, yang sudah berjalan selama 10 tahun......???

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurselah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32 Samara bertemu dengan Chelsea di rumahnya

POV Samara.

Aku benar-benar tidak menyangka dengan perbuatan ibu mertuaku, yang mengincar lahan perkebunan yang di kerjakan oleh bapakku.

Karena setahuku, separuh dari tanah kebun itu milik kedua orang tuaku. Sedangkan ayah mertuaku hanya memberikan modal, untuk membiayai menanam di kebun.

Dan dari hasil itu, bapak dan ayah mertuaku membeli tanah dari warga. Untuk memperluas perkebunan yang di kerjakan oleh bapakku, tapi ayah mertuaku menjanjikan akan membagi lahan itu menjadi dua. Sebab bapakku yang banyak membantu dalam proses di perkebunan.

Tapi aku tidak tahu, kenapa bisa ibu mertua ingin memiliki itu semuanya? Padahal di surat wasiat almarhum ayah mertuaku itu, sudah di  jelaskan untuk di bagi dua dengan kedua orang tuaku.

Aku menghela nafas kasar, mendengarkan semua yang Bi Siti katakan padaku. Bagaimana pun caranya! Aku harus bisa mengembalikan apa yang harus menjadi milik keluargaku.

Setelah selesai berbicara dengan Bi Siti di restoran, aku segera mengajak ketiga anakku yang sudah selesai makan siang. Untuk pulang ke rumah, aku juga membelikan makanan untuk Mas Syaka. Agar ia mengetahui keterlambatan aku dan anak-anak, yang terlambat pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah.

Aku masih melihat di depan rumahku, masih terparkir mobil milik ibu mertua dan yang satunya lagi aku tidak tahu punya siapa.

"Sayang, nanti kalau sudah bersalaman dengan ayah dan juga Omah di dalam. Langsung masuk ke dalam kamar, untuk mengerjakan PR yah." aku menyuruh ketiga anakku untuk masuk ke dalam kamarnya. Jika sudah bersalaman dengan ayah dan Omahnya.

"Iya Bun," sahut Candra dan Kirana.

"Tapi.... Arsya ngantuk pingin bobo siang dulu boleh tidak Bun?" tanya Arsya.

"Iya, nanti sore baru kerjakan PR nya yah." aku mengusap kepala putra bungsuku itu. Karena tadi di jalan arah pulang, dia sudah terlihat mengantuk.

Aku dan ketiga anakku segera masuk ke dalam rumah.

"Bismillah, aku pasti bisa mengahadapi mereka," batinku menyemangati diri sendiri. Karena aku sudah yakin, kalau Mas Syaka pasti sudah menerima surat gugatan perceraian dariku. Sehingga ibunya masih berada di rumah ini, dan entah ada tamu siapa yang belum juga pulang dari rumah?

"Assalamualaikum," aku dan ketiga anakku mengucapkan salam kepada Mas Syaka dan juga ibu mertua yang berada di dalam rumah.

"Waalaikumsalam," jawab mereka berdua.

Tapi tatapan mata ibu mertua ke arahku, menatap dengan sinis sambil menyunggingkan senyuman.

"Di depan mobil milik siapa? Kok tidak ada tamunya di sini?" batinku yang tidak melihat ada tamu di dalam rumah ini.

"Kok jam segini baru pulang ke rumah?" tanya Mas Syaka pada ketiga anakku, yang sedang bersalaman kepadanya.

"Tadi bunda mengajak makan di restoran. Karena bunda belum masak, dan ini makanan untuk ayah." Arsya memberikan makanan yang sudah aku beli untuk Mas Syaka. Agar mereka mengetahui, atas keterlambatannya aku dan anak-anak pulang ke rumah.

"Sayang, yuk kita masuk ke kamar." aku mengajak ketiga anakku masuk ke dalam kamarnya. Untuk memastikan mereka bertiga masuk ke dalam kamar, dan tidak mendengar pembicaraan yang akan aku katakan pada Mas Syaka dan juga ibunya.

"Kamu tetap di sini! Biarkan anak-anak yang masuk ke dalam kamarnya tanpa kamu temani," ucap ibu mertuaku.

Anak-anak pun segera masuk ke dalam kamarnya.

"Maksud kamu apa? Mau menggugat cerai segala, mau tinggal di mana kamu selain di sini!" ucap Mas Syaka melemparkan surat gugatan perceraian yang sudah di terima olehnya.

"Kenapa kamu tidak terima aku gugat cerai Mas?" jawabku sesantai mungkin.

"Kamu...." Mas Syaka tidak jadi meneruskan ucapannya. Karena melihat Siska yang keluar dari kamar tamu bersama dengan Chelsea, mereka berdua pun masuk ke dalam ruang tamu.

"Jadi mobil di luar itu, milik perempuan ini," gumamku dalam hati.

"Kamu jangan kepedean deh, putraku sudah mendapatkan istri yang lebih segalanya dari kamu." ibu mertua memuji Chelsea yang datang menghampirinya.

"Jadi mantan pembantuku, adalah mantanmu Mas?" Chelsea melirik ke arahku dengan menyunggingkan senyuman mengejek.

"Gelarnya aja sarjana Ekonomi, tapi pekerjaannya malah jadi pembantu." Siska pun menimpali ucapan Chelsea.

"Meski jadi sarjana Ekonomi. Orang kampung seperti dia itu, ya cocoknya jadi pembantu," timpal ibu mertua.

"Pekerjaan menjadi pembantu itu lebih baik, dari pada menjadi pelakor," jawabku menatap sengit ke arah Chelsea.

"Kamu sebaiknya pergi dari rumah ini! Anakku pun dengan senang hati, menerima gugatan perceraian dari kamu. Karena putraku sudah mendapatkan istri yang cantik dan juga dari keluarga kaya raya, bukan seperti kamu yang berasal dari kampung," ibu mertua merangkul Chelsea yang duduk di dekatnya.

"Baiklah, tidak masalah. Aku juga tidak mau seatap dengan suami seperti dirimu Mas, tapi kalian harus ingat! Rumah ini atas namaku." aku tersenyum senang melihat mereka semua, yang kaget dengan ucapanku. Sepertinya mereka melupakan tentang rumah ini, yang sudah menjadi atas namaku.

Padahal kemarin itu, aku berani mengusir Mas Syaka. Karena rumah ini adalah hadiah untukku, yang di berikan oleh ayah mertua atas pernikahanku dengan Mas Syaka. Makanya saat pak Rudi mengatakan masalah harta gono-gini, aku tidak mempermasalahkannya. Menurutku rumah ini sudah lebih dari cukup untukku, dan juga ketiga anakku. Agar aku dan anak-anakku memiliki tempat untuk berteduh.

"Tapi aku yang sangat baik hati ini, mau menjual rumah ini. Dengan cara membagi dua denganmu Mas, asalkan..... kamu mau mendatangani surat ini." aku memberikan surat yang aku buat. Agar Mas Syaka mau mendatangani surat itu.

"Baiklah aku setuju." Mas Syaka yang akan mendatangani surat yang aku berikan di cegah oleh ibunya.

"Tunggu dulu Arsyaka! Jangan dulu di tanda tangani surat itu. Karena aku menginginkan! Samara juga harus pergi meninggalkan rumah ini, selama rumah ini belum terjual. Biar adil, kamu dan ketiga anakmu juga harus pergi meninggalkan rumah ini juga," ujar Ibu mertua dengan senyuman miring.

"Yang di katakan oleh ibu benar, kamu juga harus pergi meninggalkan rumah ini." Mas Syaka pun sependapat dengan ibunya.

"Iya tidak masalah, cepatlah tanda tangani surat itu. Setelah itu kalian pergi dari rumah ini. Karena aku juga tidak mau tinggal di dalam rumah, yang di dalamnya ada seorang pengkhianat dan pelakor," aku menatap sengit pada Chelsea.

"Chelsea itu istriku yang baik, bukan seperti kamu. Disaat keadaan suami seperti ini! Kamu malah menggugat cerai, istri seperti kamu tidak pantas aku pertahankan dan...."

"Cepatlah tanda tangani itu, aku sudah tidak mau ada urusan lagi dengan kalian semuanya," ucapku yang memotong ucapan dari Mas Syaka.

"Baiklah, aku juga tidak mau mempunyai istri seperti kamu yang tidak mau mengurus suaminya yang sedang sakit." Mas yang geram padaku, langsung mendatangi surat itu tanpa membaca isi yang ada di dalam surat.

Aku tersenyum simpul, mendengar ucapan Mas Syaka barusan. Bagaimana bisa aku mau mengurus dirinya, sedangkan dirinya saja telah mengkhianati cinta tulus yang aku berikan kepadanya.

Apalagi dengan kedatangan Chelsea di dalam rumah ini, sudah memperjelas. Kalau dirinya menginginkan aku dan Chelsea tinggal satu atap di rumah ini.

"Terima kasih, dan silahkan kalian semua pergi dari sini," aku segera mengambil surat yang sudah di tanda tangani oleh Mas Syaka.

"Kamu juga pergi dari sini," ibu mertua terus memperingatiku lagi.

"Iya tenang saja," balasku tersenyum penuh kemenangan.

Karena aku telah berhasil mendapatkan tanda tangan dari Mas Syaka, dan isi dari dalam surat itu adalah, mengubah sertifikat rumah baru milik Mas Syaka menjadi milikku. Aku melakukan hal yang sama, seperti yang di lakukan oleh ibu mertuaku yang licik. Ibu mertua berhasil mengambil kepemilikan harta warisan yang seharusnya di bagi dua dengan orang tuaku, aku pun berhasil merebut harta milik anaknya.

"Gadis dari kampung ini, jangan kalian kira lemah. Sikapku tergantung sikap kalian kepadaku," batinku yang tersenyum senang.

1
Noerlina
Biasa
Noerlina
Kecewa
Sitifirash Sulaiman
Samara kan perempuan yang bodoh
Sitifirash Sulaiman
mampus la lo Samara perempuan dok jagoan tp otak letak kat lutut
Sitifirash Sulaiman
bodoh Samara sok jagoan mampus la lo
Sitifirash Sulaiman
bodoh bodoh bodoh Samara bodoh teramat bodoh
Sitifirash Sulaiman
Samara perempuan nk bodoh teramat Bodoh bodoh bodoh....geram aku
Sitifirash Sulaiman
ternyata Samara perempuan bodoh
Soraya
samara megang surat rumah arsyaka yang baru jual aja rumah nya
Soraya
anehnya tabrakan parah tpi chelsea gak keguguran
Soraya
Samara anak kuliahan tpi bodoh dan gak peka
Soraya
istri yang gak peka
Soraya
mampir thor
Arin
hehe maaf sy udh seuzon sm kmu nay...
Arin
dasar keluarga lampir
Arin
semoga lumpuhny ngga sembuh,biar di pecat
Arin
heh setan...enak bngt loh gilirn skit nyari samara,Sono SM jalng aja😡😡👊👊👊
Arin
dasar pasangan LAKNAT...sy tunggu karmamu😡😡👊
Arin
dan nanti klo kmu bneran di turunin jbtny ya biar tau rsa,semoga karma scptny dteng buat psngn laknat itu
Arin
setan tuh si syaka....udh punya anak 3 kok msih gtel,blm jga kaya udh bertngkah😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!