"Berapa uang yang harus saya keluarkan untuk membeli satu malam mu?"
Erick Davidson, pria tajir dengan sejuta pesona, hendak menjebak seorang gadis yang bekerja sebagai personal assistan nya, untuk jatuh ke dalam pelukannya.
Elena cempaka, gadis biasa yang memiliki kehidupan flat tiba-tiba seperti di ajak ke roler coster yang membuat hidupnya jungkir balik setelah tuan Erick Davidson yang berkuasa ingin membayar satu malam bersama dirinya dengan alasan pria itu ingin memiliki anak tanpa pernikahan.
Bagaimana kisah cinta mereka? ikuti bersama!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Park alra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GCTE | Bab 32
"Kau akan menyesal karena memilih wanita itu di banding keluarga mu, Erickson!"
Perkataan terakhir tuan Rey masih terngiang di kepala Elena. Membuat dada gadis itu sesak, sehingga ia berusaha keras dengan menarik nafas dalam-dalam untuk mengusir bayang-bayang itu.
Kini ia berada di apartemen pribadi milik Erick. Pria itu membawanya setelah memutuskan untuk pergi dari mansion demi mempertahankan nya.
Elena merasa sangat bersalah, ia beranggapan karna dirinya hingga keretakan antara ayah dan anak itu terjadi. Ia selalu menyalahkan dirinya kenapa selalu menjadi beban untuk orang lain.
Erick yang baru masuk ke kamar, melihat sang istri yang masih tergugu di pinggir ranjang, segera menghampiri mengambil tempat di sampingnya membuat Elena seketika tersadar akan kehadiran nya.
"Tuan ... harusnya kamu tidak perlu sampai melakukan semua ini," lirih Elena pada pria yang beberapa jam lalu sudah sah menjadi imamnya.
"Jangan memanggil ku dengan sebutan tuan ... " kata Erick mengelak, tak suka dengan panggilan yang di berikan Elena.
"Sekarang aku adalah suami mu," imbuh Erick kembali.
"Lalu aku harus memanggilmu apa? ... " tanya Elena dengan raut polos dan air mata yang terus berlinang menatap Erick lekat.
Sontak membuat Erick tak bisa menyembunyikan kekehannya.. Padahal suasana yang terjadi tidak lah lucu sama sekali, tapi kegemasannya pada kepolosan sang istri membuat ia tak bisa menahannya.
"Apa saja seperti yang kau mau ... bisa mas atau sayang," ujar Erick lalu.
Elena nampak berfikir. "Bolehkah aku memanggil Mas?"
"Tentu saja, itu jauh lebih baik." jawab Erick terlihat senang sekarang.
Keduanya saling menatap, nampak masih ada kesedihan di kedua mata coklat Elena. Erick tahu ini tidak lah mudah untuk wanita itu, kehilangan beruntun orang terkasih telah menimpanya. Yang bisa Erick lakukan adalah mendekapnya dengan kehangatan dan rasa aman.
"Dengar, jangan khawatir kan apapun. Ada aku yang akan selalu bersama mu," bisik Erick di dekat telinga Elena, saat tubuh keduanya menyatu dalam dekapan hangat.
"Kita akan melewati semuanya bersama-sama?" tanya Elena kemudian.
"Tentu. Because you are my love," ucap Erick. Tanpa sadar membuat Elena tersenyum lebar, melupakan sejenak lara di hatinya.
Posisi kepala Elena bersandar pada dada Erick yang bidang, sedangkan dagu Erick bertumpu di pucuk kepala Elena, sementara kedua lengan nya yang kokoh memeluk pundak sang istri memberi kenyamanan.
"Tapi bagaimana dengan tuan-- Maksud ku, ayah mertua? beliau sama sekali tidak mau menerima ku," lirih, Elena bertanya. Erick tersenyum ketika hampir saja sang istri mengucapkan nama Rey Davidson di sandingkan dengan panggilan tuan, tapi gadis itu dengan cepat meralatnya membuat ia gemas sendiri.
"Kau tenang saja. Papa hanya sedang marah, beliau tidak bisa menerima semuanya karena terjadi secara tiba-tiba. Segera setelah dia meredakan emosinya, dia pasti akan menerima mu sebagai menantu nya," ucap Erick sebagai penghiburan. Karena ia sendiri pun tak terlalu yakin dengan di katakannya. Karena sangat tahu sifat keras kepala ayahnya.
Elena mengangguk di pelukan Erick. Menghirup aroma laki-laki itu dalam-dalam. Tak pernah ia menemukan kenyamanan yang seperti ini sebelumnya. Menyadari jika ia pun mencintai pria itu sudah lebih dari cukup alasan untuk Elena tetap di samping Erick meski banyak rintangan yang harus mereka hadapi.
...***...
Erick melirik jam bundar yang menempel di dinding. Lalu mengalihkan netranya pada Elena yang kini sudah tertidur pulas di dekapan nya.
Lalu pria itu sedikit mencondongkan diri agar bisa menatap sang istri lebih lekat, dan ia mulai menyadari satu hal jika ternyata wanita yang di nikahinya itu terlihat berkali-kali lipat lebih cantik ketika ia sedang memejamkan mata.
Bulu matanya yang lentik, bibir ranumnya yang sedikit terbuka, dengkuran halus yang terdengar berirama itu menjadi sesuatu yang paling indah yang pernah Erick saksikan.
Lantas laki-laki berkemeja putih itu sedikit menunduk, melabuhkan kecupan di kening Elena. Lama, ia menempelkan bibirnya lalu kemudian berpindah ke bibir tipis gadis berambut ikal mayang itu. Kembali, Erick melabuhkan kecupan nya di sana, kali ini lebih dalam, terasa kenyal dan lembut ketika kedua bibir mereka menyatu. Erick kemudian menyudahinya agar Elena tidak terbangun.
Mengusap pipi Elena sekilas seraya membelai anak- anak rambut yang menutupi wajah cantik istrinya, Erick lalu mulai merebahkan tubuh Elena dengan hati-hati di atas pembaringan.
Menaruh kepala Elena di atas bantal perlahan lalu menarik selimut menutupi hingga ke batas lengan gadis itu.
Setelah memastikan Elena- nya tidur dengan nyenyak, Erick mematikan lampu yang hanya menyisakan cahaya remang dari lampu kamar tidur yang berada di atas nakas.
...***...
"Anak itu benar-benar! menurun dari siapa sikap keras kepalanya itu?!" dengus kasar tuan Rey duduk di kursi singgasananya.
Ia berfikir jika kenekatan Erick yang pergi dari mansion hanya sebuah gertakan kecil saja agar dirinya menyanggupi untuk menerima gadis kampungan itu menjadi menantu nya.
Tapi berita dari mata-mata nya yang diam-diam membututi Erick membuat tuan Rey meradang. Sebab Erick benar-benar nekat meninggalkannya demi gadis yang menurutnya sangat rendahan itu.
"Mommy juga bingung dad. Apa yang Erickson lihat dari wanita itu? hanya modal tampang yang lumayan cantik, itupun tidak terlalu cantik tapi dia bisa menggaet Erick hingga bersikap durhaka kepada kita." seru nyonya Sarah nampak berfikir.
"Jelas lah mom, dia pasti sudah mencuci otak kakak." sahut Mona dengan ketidaksukaannya. "Yang lebih parah lagi dia sudah memberikan keperawanannya pada kakak dan menggoda kakak berkali-kali untuk terus berhubungan dengan nya hingga kakak bertekuk lutut."
"Mona benar." Tuan Rey membenarkan. "Wanita itu pasti sangat licik. Dia menghalalkan segala cara agar Erick bisa berada dalam kendalinya."
"Kita harus memisahkan mereka dad," ujar Mona bersungut-sungut.
"Ya tentu saja. Bagaimana pun kakak mu adalah CEO di perusahaan, Daddy tidak bisa mencabut wewenang nya begitu saja. Tapi sampai kapanpun Daddy tidak akan setuju jika wanita kampungan itu menjadi bagian keluarga ini."
"Lalu apa rencana Daddy?" tanya Mona nampak antusias.
"Bukan Daddy tapi kalian berdua," ucap pak Rey.
"Kami?" tanya balik nyonya Sarah.
"Benar." tuan Rey berdiri dari tempatnya.
"Ini adalah urusan perempuan. Menyingkirkan wanita hama itu kalian adalah ahlinya, right?"
Mona dan sang ibu saling berpandangan, ada seringai yang terbit pertanda rencana licik sedang coba mereka susun di otak mereka.
"Daddy tidak akan mungkin ikut campur dalam hal ini. Tapi kalian pasti bisa," ucap tuan Rey pada anak istrinya. Ia seakan sudah sangat percaya untuk urusan yang satu ini, karena tahu bagaimana kekompakan ibu dan anak itu jika tidak menyukai sesuatu dan bagaimana mereka akan menyingkirkan nya dengan mudah.
"Bagaimana mom?" tanya Mona.
"Mommy sedang berfikir ide yang bagus, darling," ucap nyonya Sarah.