Cerita ini hanya fiktif belaka, hasil kehaluan yang hakiki dari Author gabut. Silahkan tinggalkan jejak jempol setelah membaca dan kasih bintang lima biar karya ini melesat pesat. Percayalah Author tanpa Readers hanyalah butiran debu.
Siti dan Gandhi tetiba menjadi pasangan nikah dadakan, karena Siti menghindar perjodohan dari sang ayah yang akan di pindah tugas keluar Pulau.
Sebelumnya Siti sudah punya kekasih, tetapi belum siap untuk menikahinya. Jadilah Gandhi yang bersedia di bayar untuk menjadi suami pura-pura hingga Arka siap meminang Siti.
Isi rumah tangga Siti dan Gandhi tentu saja random, isi obrolan mereka hanya tentang kapan cerai di setiap harinya.
Mari kita simak bagaimana akhir rumah tangga Siti dan Gandhi yang sejak awal berniat bercerai. Apakah sungguh berpisah atau malah bucin akut?
Happy Reading All
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EmeLBy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7 : SARAN TANPA MIKIR
Gandhi dan Siti masih berada di balkon paling atas sebuah bangunan di pinggiran kota. Gandhi sejak tadi berada di sana, tempat favoritnya untuk memandang kota dari tempat yang tinggi dan baginya itu keren, juga akan selalu ia rindukan.
Sedangkan Siti bermaksud mencari tempat yang jarang di minati orang, agar dia bisa dengan bebas menumpahkan emosinya. Berharap hanya angin atau udara saja yang nanti mendengar teriakan kesalnya, tenyata ia salah. Rupanya di sana sudah ada penghuninya.
“Maaf.” Ujar Siti dengan singkat.
“Gak perlu minta maaf. Kita tidak sungguh sedang bertengkar tadi. Mungkin kamu sedang banyak masalah saja.” Simpul Gandhi yang terlihat dewasa.
Siti tidak menjawab, ia hanya menatap Gandhi yang baru saja mengeluarkan batang tembakau dari kotaknya dan mengeluarkan pemantik api dari saku yang sama.
“Kamu ngerokok?” tanya Siti kayak baru liat benda itu saja.
“Kamu mau, nih kalo mau coba.” Gandhi justru menyodorkan satu batang yang sudah terbakar ujungnya untuk Siti.
“Ih, gak ah. Ntar candu gak mampu aku belinya.” Tolak Siti agak lucu.
“Kok gitu banget jawabnya?” Gandhi merasa aneh dengan jawaban Siti.
“Beli itu tuh pake duit, kenapa gak gulung duit aja terus di bakar ujungnya.” Protes Siti kembali terasa menggelitik Gandhi.
“Kalo giti, aroma tembakaunya gak ada Sit.” Kekeh Gandhi dengan tatapan akrab pada Siti. Tetapi ia tidak mengisap batang tergulung isi tembakau tadi. Ia lantas mematikan api di bagian ujung itu, kemudian mengembalikan kedalam kotaknya.
“Kok di matikan, gak di isep?”
“Kodenya keras gitu. Dari kalimat mu jelas tersirat, di sini tuh udah kayak SPBU tau gak sih?” Ujar Gandhi pengertian.
“SPBU gak tuh?” Akhirnya Siti bisa ikut tertawa mendengar gurauan Gandhi yang ternyata peka.
“Di dahi loh udah ketulis No Smoking, Sit.” Kekehnya lagi.
“Gitu banget yak?” Sita malah terbahak mendengar kata menghibur dari Gandhi.
Gandhi hanya mengangkat dua bahunya.
“Oke, ku mau cabut duluan Sit.” Pamit Gandhi yang terlihat terburu setelah mengusap ponselnya dari dalam tasnya. Mungkin bergetar di dalam tas kecil yang terselempang di depan dadanya.
“Bentar, kita masih bisa ketemu lagi gak sih Gan?” tanya Siti merasa masih perlu teman bicara.
“Ku baru mau pergi kamu udah kangen aja Sit.” PeDe Gandhi mengejek Sita.
“Ku belum curhat loh.” Canda Siti.
“Yakin mau curhat sama aku, berbayar berani?” tantang Gandhi sungguh sudah menunda kepergiannya.
“Mahal?” serius Siti menanggapi ucapan Gandhi.
“Tergantung isi curhatnya aja lah.”
“Bayarnya per menit?” tanya Siti lagi.
“Ku punya waktu 15 menit nih. Ku dengerin curhatmu untuk perkenalan gratis deh sekarang.” Ujar Gandhi kembali duduk di sebelah Siti.
“Benernya ku punya masalah, beneran mau dengerin Gan?” tanya Sita meragu.
“Iya, ku dengerin.” Jawab Gandhi singkat.
“Aku tuh di suruh cepet nikah oleh orang tua aku.”
“Udah cukup umur kan?” belum selesai Siti bercerita sudah di potong aja oleh Gandhi.
“Katanya mo dengerin.” Protes Siti.
“Maaf, lanjut dah.”
“Masalahnya cowok ku gak siap kami nikah cepet.” Siti melepas nafasnya dengan berat.
“Itu masalah gampang, tinggal ganti calon nya aja beres, kawin dah tuh.” Saran tanpa mikir keluar dari mulut seorang Gandhi.
“Ganti calon, kamu kira ganti baju. Ku cinta sama Arka, mana bisa di ganti semudah itu.” Nada suara Siti meninggi.
“Cinta gak tuh?” kekeh Gandhi menertawai Siti.
BERSAMBUNG …
Mohon tinggalkan jejak jempolnya ya Gaes, syukur lagi kalo ada yang lempar mawar.
Berkah buat semua
pinisirin Tor?
Hanya ibadahnya belum lengkap aja
ujan ujan gitu, mknya cakit/Grin//Grin/
🏃🏃🏃🏃🏃🏃
Keren kok alurnya