Gadis Buta Di Sarang Mafia

Selina berusaha untuk tidak menangis. Jika ia menangis, pasti setelah wanita itu akan tersenyum senang. Selina pun bangkit dengan sekuat tenaga.

Ia abaikan rasa sakit yang membuat kakinya terkoyak. ya terus berjalan ke depan tanpa memikirkan apapun lagi yang ada di dalam pikirannya saat ini adalah bagaimana caranya ia harus kuat.

"Wah, kau begitu tangguh Selina. pantas saja kau bisa sampai ke babak ini. Tapi, setangguh apapun kamu, kau tetaplah wanita buta."

Selina berkonsentrasi penuh dan sedang mencari tahu, dimana wanita itu berada. Ia hanya diam dan mendengarkan.

Di tangan nya saat ini, ada pecahan beling yang sedang ia genggam.

"Oh ya, kau datang ke sini dengan membawa banyak orang-orang mu. Kau sungguh pengecut."

"Aku tidak peduli. Aku harus menang. Aku yakin aku bisa menjadi satu-satunya wanita yang akan menaklukkan Tuan Damian."

Hahahaha

Selina tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya. Khan tidak mengerti mengapa saat ini Selina malah tertawa di atas pecahan beling itu.

"Kau sungguh percaya diri sekali. kau bahkan tidak memiliki kemampuan yang sama denganku. Apa kau yakin kau akan bisa menang?" Ucap Selina.

"Memangnya siapa kau bisa mengejekku seperti itu? Kau itu buta. Bu-ta!"

Plak..

Dengan kencang Selina menam-par wajah wanita yang sejak tadi hanya berbicara saja. darah segar keluar dari pipi nya.

"Aahhh,, pipiku berdarah. ini sa-kit sekali. Ku-rang ajar kau Selina. Berani sekali kau menyakitiku dan merusak wajahku seperti ini."

"Baru segitu saja kau sudah meringis dan merengek seperti anak manja. Jika kau setangguh aku, ayo sama-sama kita berjalan di atas pecahan beling ini." ucap Selina sambil tersenyum.

Tak ada lagi rasa sakit yang ia rasakan. Kini kakinya begitu kebas. Adapun dendam yang ada di hatinya, membuat Selina sekuat sekarang ini.

Wanita itu menatap ngeri pada wajah Selina. Baru kali ini ia melihat wajah seorang wanita yang masih bisa tersenyum dengan seluruh luka yang ada di tubuhnya.

"Kau benar-benar tidak waras Selina. Kau sudah gila. Mana mungkin ada wanita yang masih bisa tersenyum ketika seluruh tubuhnya telah terluka."

"Kau tidak akan paham. Anak manja sepertimu hanya bisa merengek saja. pergi dari sini, aku tidak mau berurusan denganmu."

"Aku tidak mau pergi dari sini

Aku harus melihat sendiri kau mati di tanganku hari ini."

"Hidup dan matiku bukan kamu yang menentukan. bisa saja saat ini malah kau yang akan mati. kita sama sekali tidak tahu takdir Tuhan, bukan?"

"Selina, kau!"

wanita yang kasar itu pun berjalan dan mengambil vas bunga yang ada di sebelahnya. Ia pun langsung memu-kul kepala Selina dengan vas bunga tersebut.

Pyar..

Vas bunga itu pecah berkeping-keping saat ini. Seperti ada sesuatu yang begitu menyakitkan di kepala Selina.

Cairan segar berwarna merah mengalir dari kepalanya yang saat ini terlu-ka. Selina bahkan tidak menangis sama sekali saat kepalanya itu mengeluarkan darah segar.

"Mam-pus kau Selina! tidak akan kubiarkan kau merebut Tuan Damian. Tuan Damian adalah milikku. Dan hari ini kau harus mati di tanganku."

"Aku tidak akan mati semudah itu. Karena jalan takdirku masih panjang."

"Kau gila. Kau benar-benar gila Selina. Kau bahkan belum mati, padahal keadaanmu sudah seperti ini."

"Aku tidak akan mati dengan mudah. aku tidak akan mati sebelum aku bisa mendapatkan apa yang aku inginkan. Dan kau, kau tidak bisa menghalangi jalanku."

"Banyak omong kau Selina."

Wanita yang kesal itu pun mengambil pisau pengupas buah yang ada di atas meja. saat ini sasarannya adalah Selina.

Bagaimanapun caranya, Selina harus mati hari itu. Tidak ada yang tahu jika dirinya akan dilukai.

Namun satu hal yang tidak diketahui oleh wanita yang akan melukai Selina. Jika di dalam ruangan itu, banyak sekali kamera CCTV.

Bahkan dari segala sudut pun ada. Tuan Damian pun sedang melihat perseteruan itu dari monitor yang ada di ruangannya.

"Sudah cukup! Hentikan wanita itu."

"Baik, Tuan Damian."

Beberapa Pria berbadan besar masuk ke ruangan yang di dalamnya ada Selina dan juga seorang wanita yang akan menu-suknya.

Wajah wanita itu begitu senang sebentar lagi saingannya akan mati. Dan saat ini, Tuan Damian telah pergi.

Jadi, tidak ada yang tahu kejadian hari itu. Ia pun menyuruh orang-orang nya untuk membuang tubuh Selina dan Khan.

Ia juga sudah menyogok seseorang yang bisa menghapus CCTV hari itu. Ia berpikir, jika ia sudah aman.

Wanita itu sama sekali tidak tahu bahwa ia telah masuk ke dalam jebakan Tuan Damian, dan ia dimanfaatkan untuk menjadi lawan Selina yang tangguh.

"Kau akan mati di tanganku Selina!"

Wanita itu akan menusuk Selina. Namun tidak lama kemudian, suara tembakan terdengar dari arah yang tidak diketahui oleh Selina.

Dor...

Aaahhhh.....

"Tanganku terkena tembakan. Aduh, ini sakit sekali. Tolong aku. Tolong aku, ini sakit sekali."

Wanita itu menangis sambil memegang tangannya yang telah terluka karena terkena tembakan.

Adapun orang-orang yang dimiliki oleh wanita itu, langsung dilumpuhkan oleh orang-orang nya Tuan Damian dengan cepat.

"Siapa kalian? Mengapa kalian menembak aku? Apa kalian tidak tahu siapa aku sebenarnya? Aku adalah anak dari seorang menteri."

"Kami tidak peduli kau anak siapa. Jika kau sudah masuk ke kediaman Tuan Damian. Kau adalah miliknya. hidup dan mati mu ditentukan oleh Tuan Damian itu sendiri."

"Jangan asal bicara kau!" Tunjuk wanita itu ke arah wajah salah satu Orang-orang nya Tuan Damian.

Plak

Wajah wanita itu berulang kali tam-par oleh orang-orang nya Tuan Damian. Wanita itu terus saja menangis dan merengek karena hal itu.

Apalagi tamparan itu mengenai lu-ka di pipi nya.bertambah lah rasa sakit yang ia rasakan.

tuk

Tuk

Tuk

Suara sepatu terdengar dari kejauhan ketika ruangan itu terasa sepi. Mulut wanita yang menangis dan cengeng itu telah disumpal agar tidak berisik.

Telinga Selina menangkap suara dari sepatu seorang pria yang akan datang ke ruangan itu. Selina bertanya-tanya di dalam hati, siapakah Pria yang berjalan seperti itu.

Hanya dari suara sepatunya saja, tubuh mereka yang ada di sana akan langsung merinding. Apalagi jika sampai melihat orangnya.

"Apa yang terjadi di sini? Mengapa ruang makan ku berantakan seperti ini?"

"Tuan Damian, anda sudah datang? Lihatlah wanita gila itu, ia telah menghancurkan ruangan ini demi memikat anda."

Wanita itu membuka sendiri penutup mulutnya karena orang-orangnya Tuan Damian sedikit lengah.

"Benarkah seperti itu kejadiannya?"

Tuan Damian mendekat ke arah Selina. entah mengapa sepertinya Selina seperti pernah mendengar suara Tuan Damian di suatu tempat.

"Aku tidak bersalah." Ucap Selina dengan suaranya yang tegas.

"Lalu, apakah wanita itu yang bersalah?"

"Aku juga tidak tahu, karena mataku buta. aku tidak bisa melihat siapa orang yang telah menghancurkan ruangan ini."

Selina mengatakan hal itu dengan darah yang mengalir dari keningnya. Bahkan sudah seperti itu saja, ia pun masih berdiri di atas tumpukan beling.

"Kau itu buta. tapi jangan bodoh. Sudah tahu kakimu akan sakit, tapi kau masih saja menginjak pecahan kaca ini."

"Apa aku punya pilihan jika memang ada? Apakah kau bisa memberitahuku, tuan Damian?"

Senyum terukir di bibir Tuan Damian hari itu. Orang-orangnya begitu heran. Karena baru kali ini mereka melihat senyum milik Tuan Damian itu sendiri.

Apakah Selina adalah wanita itu? wanita yang akan mencairkan gunung es yang ada di dalam hati Tuan Demian selama ini.